Modernisasi dan Teknologi Aceh Baru yang Mandiri

kontrol terhadap implementasi kebijakan pemerintah. Maka dari itu harus ada Suatu Aceh yang modern yang mereka maksud adalah masalah modernisasi teknologi dalam semua sektor kehidupan sosial, ekonomi dan politik dan alat-alat produksi. Selama ini teknologi secara umum di Aceh masih sangat jauh tertinggal dengan daerah lain. Ini dapat dilihat, selama ini masyarkat Aceh yang bergerak di bidang produksi masih sangat minim mengunakan teknologi. Mayoritas petani Aceh masih mengunakan sistem pertanian dengan cara manual dalam bercocok tanam atau berproduksi. Untuk memproduksi suatu hal dibutuhkan dua hal yaitu alat produksi dan tenaga produktif. Tenaga produktif dalam hal ini adalah manusia. Kalau manusianya tidak modern ini semua tidak akan tercapai. Hal ini bukan saja dalam bidang pertanian tetapi dalam bidang- bidang yang lain juga seperti itu. Pendidikan yang ada di Aceh saat ini tidak berorientasi pada rakyat, artinya tidak adanya arah yang jelas dalam sistem pendidikan yang dibuat pemerintah. PRA akan berjuang dan mendorong bagaimana pemerintah menciptakan sistem pendidikan yang berorientasi pada teknologi informasi, industri dan lain-lain sehingga dapat menciptakan tenaga-tenaga produktif yang siap kerja dan bersaing di era globalisasi ini. Karena pendidikan merupakan prioritas utama bagi pembangunan Aceh yang baru. Pendidikan adalah alat untuk memerdekakan Aceh secara berkualitas. Menciptakan lembaga-lembaga terobosan baru untuk mencapai Aceh baru tersebut sebagai yang di uraikan dibawah ini.

3.1.7.1. Modernisasi dan Teknologi

94 94 Wawancara Thamrin Ananda, loc. cit. Universitas Sumatera Utara pendidikan seperti universitas yang bergerak dalam pertambangan, kelautan, perkebunan dan sebagainya yang pada akhirnya bisa menciptakan pabrik-pabrik erupakan agenda penting bagi Aceh ncapaian teknologi yang lebih modern dan lebih baik. Tetapi kalau hal ini tidak didukung dengan kemandirian ekonomi dan politik serta ditopang dengan modernisasi alat-alat produksi suatu Aceh yang baru tidak akan terwujud. pengolahan kekayaan sumberdaya alam Aceh. Oleh karena itu PRA akan berjuang dalam peningkatan kualitas pendidikan generasi muda Aceh dan mampu menegakkan kepala dalam dunia global saat ini. 95 Di bidang pemerintahan, bagaimana pelayanan publik juga ditingkatkan dengan modernisasi alat-alat pelayanan publik, komputerisasi kartu tanda penduduk, data base penduduk dan sebagainya. Sehingga hal ini bisa menunjang lebih cepat kerja semua institusi. Globalisasi bukan hal tabu bagi masyarakat saat ini. Maka dari itu, teknologi informasi seperti internet, harus bisa menyerap sampai pelosok-pelosok Aceh, sehingga semua informasi dapat di akses masyarakat yang pada akhirnya mendorong rakyat Aceh ke arah yang lebih maju. Bagi PRA pemerintah adalah pelayan bagi rakyat Aceh. Dalam visi Aceh baru, pemerintah harus demokratis dan partisipatif dan berkiblat pada dunia internasional. Hak Azasi Manusia HAM m baru. Pendidikan dan kesehatan yang gratis dan berkualitas adalah dambaan rakyat Aceh baru. Hal kalau tidak didorong oleh generasi muda yang kuat, kreatif dan mandiri, semua ini tidak akan tercapai. Oleh karena itu PRA akan berjuang dalam pe 95 Wawancara Thamrin Ananda, Ibid. Universitas Sumatera Utara

3.1.7.2. Aceh Baru yang Mandiri

Suatu konsep Aceh yang mandiri menurut Aguswandi adalah mandiri alam ung dengan asing. Lantas bagaimana caranya ? Kita PRA awal-awal implementasi MoU Helsinki, ketika Aceh melaksanakan Pilkada tahun 2006 lalu, dimana partisipasi masyarakat untuk d pengertian tidak tergantung sama orang lain, dengan sistem budaya, investasi, bantuan asing, dan bisa mengurusi dirinya sendiri baik secara ekonomi maupun secara politik, artinya Aceh baru harus dapat memiliki sumberdaya manusia yang berpikir cerdas dan kritis untuk suatu perubahan. 96 Mandiri secara ekonomi yaitu bagaimana pengelolaan semua kekayaan sumberdaya alam dikelola secara mandiri, tidak lagi tergantung dengan orang luar, tidak lagi tergant harus membuat suatu konsep yang saling menguntungkan. Pemilik modal baik dalam, maupun luar negeri yang memiliki mesin teknologi dan Aceh memiliki sumberdaya alam artinya adanya keseimbangan modal baik pemilik modal maupun pemerintah. Mandiri secara politik sebenarnya telah tampak ketika Aceh diperbolehkan membuat partai politik lokal. Pendirian partai lokal adalah awal dari terbukanya proses demokrasi di tanah rencong ini. Aceh yang baru merupakan anti tesis dari aceh lama, bagaimana saat ini dan kedepan PRA menciptakan konsep politik yang pluralis, mampu menghargai perbedaan pendapat, berbeda suku bangsa, agama, dan mampu hidup dalam satu ikatan sosial, ekonomi, yang dicita-citakan. Oleh karena itu, tranformasi pemikiran- pemikiran kader-kader kepada masyarakat adalah hal yang penting. Mandiri secara politik juga telah tampak di 96 Wawancara Thamrin Ananda, Ibid. Universitas Sumatera Utara perubahan Aceh begitu besar. Aceh baru dalam kontek politik harus lebih demokratis, bagaimana mendorong terbukanya ruang demokrasi di Aceh dan partai politik lokal di daerah lain. Mandiri dalam sistem pemerintahan, yaitu bagaimana di dalam mengambil sebuah kebijakan tidak tergantung atas intervensi orang asing. Banyak hari kebijakan yang dibuat pemerintah bukan berdasarkan aspirasi rakyat tetapi kepentingan elit sangat tidak berpihak kepada rakyat. Ha Ananda ; t jauh dari nilai-nilai Islam. Islamisasi di berbagai sektor kehidupan”. 97 lam konteks dunia politik, termasuk qanun-qanun peraturan daerah yang dibuat, l yang sama juga dikatakan Thamrin “Bahwa syari’at Islam hari ini sanga Islam adalah agama yang universal dan agama kaum pembebasan. Jadi yang terjadi saat ini di Aceh bukan syari’at Islam tetapi Untuk itu menurut beliau, bahwa syari’at Islam hari ini perlu di tinjau kembali dalam konteks hukum dan implementasinya. Bagi sebagian orang Aceh bahwa syari’at Islam tidak mendukung kemajuan Aceh da globalisasi. Syari’at Islam di Aceh hanya membatasi privacy seseorang dan mengurusi hak-hak perempuan saja. Bukan penegakan hukum seperti korupsi dan sebagainya yang menjadi masalah utama untuk diselesaikan. Islam itu adalah agama yang mendidik dan membebaskan manusia. PRA ingin Islam kembali menjadi salah satu alat pembebasan rakyat Aceh. PRA akan berjuang menumbuhkan Islam yang progresif, yang pro terhadap rakyat kecil dan berpihak pada kaum tertindas. Kami PRA menolak bentuk syari’at Islam sedang dilaksanakan di Aceh saat ini. Karena praktek qanun-qanun peraturan daerah 97 Wawancara Thamrin Ananda, Ibid. Universitas Sumatera Utara adalah pengkerdilan terhadap ajaran Islam, sehingga Islam ditakuti masyarakat saat ini. Untuk itu PRA akan melahirkan qanun-qanun syari’at Islam untuk melawan korupsi, melindungi lingkungan, memberikan hak kebebasan kepada perempuan dan kepada rakyat kecil. Menurut PRA bahwa wilayah politik harus di pisahkan dari agama. Di Aceh harus tumbuh Islam yang moderat, toleransi, dan berkeadilan sosial. Tetapi ada juga pandangan yang lebih ekstrim tentang penerapan syari’at Islam di Aceh yang melihat bahwa syari’at Islam itu tidak perlu diterapkan ajarkan tentang Islam dia ; a at kalau kita datang kerumah orang kaya lalu njingnya mengongong, maka anjing itulah syari’at Islamnya. Bagi dalam hidupnya “. 98 alami krisis identitas sebagai bangsa yang merdeka. Usaha-usaha untuk ngem , karena sejak lahir dan berkembang orang Aceh itu sudah di dan hukumnya, seperti yang pandangan Tarmizi menurut “Syari’at Islam Ib r a saya syari’at Islam itu tidak perlu, karena orang Aceh dari dahulu sudah tahu kalau Islam itu memiliki syari’at dan telah mengakar Menurut peneliti PRA ingin menjadikan Islam sebagai spirit perjuangan orang-orang tertindas di Aceh. Transformasi Islam harus terjadi di Aceh dalam memperbaiki tatanan sosial ekonomi masyarakat. Islam harus dapat menumbuhkan pemikiran-pemikiran yang kritis dan modern dalam proses perubahan revolusioner serta menciptakan gerakan-gerakan sosial yang mampu mengontrol pemerintahan. Saat ini, Islam di Aceh telah kehilangan kesadarannya dan meng me bangkan kesadaran kritis inilah yang menjadi tanggungjawab kader-kader 98 Wawancara Tarmizi, loc. cit. Universitas Sumatera Utara PRA dan rakyat Aceh untuk mengambil kembali peran atau posisi mereka dalam negara. Selanjutnya, Mandiri dan modern dalam hal lain kita mendorong berdirinya pabrik-pabrik, ini menjadi prioritas bagi PRA. Aceh yang baru adalah Aceh yang tanpa pengangguran. Dengan adanya pabrik-pabrik akan terserap nga gguran dengan cara embu tenaga kerja yang banyak. Karena saat ini orientasi kerja orang Aceh adalah kalau tidak jadi pegawai negeri berarti kerja di NGO non-goverment organitation hal lain tidak ada. Ini disebabkan karena tidak ada lapangan kerja dan alat produksi yang lain. Peneliti melihat, untuk menjadi lebih mandiri PRA melakukan terobosan baru menuju Aceh baru dengan berbagai program yang dianggap mendesak untuk dikerjakan, diantaranya; nasionalisasi industri minyak, gas dan listrik, dan sumberdaya alam lainya. Membuka lapangan kerja dengan industri nasional, penghapusan hutang luar negeri, PRA menganggap bahwa hutang luar negeri dapat menghambat keuangan negara dalam program industrialisasi nasional, menghambat pemassalan teknologi dan menghambat pembentukan capital social seperti pendidikan, kesehatan, dan meminimalisir pe n m ka lapangan kerja, serta menghapuskan komando teritorial TNI Tentara Nasional Indonesia dari Aceh. Semua pemikiran-pemikiran orang-orang ini telah di konsepkan dalam bentuk Program Partai Rakyat Aceh ke depan sebagai political will untuk memperjuangkan perubahan Aceh. Untuk mendorong cita-cita suatu Aceh baru, PRA akan terus berupaya, berjuang demi perubahan untuk mempersiapkan Aceh menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi ini. Globalisasi secara positif telah membawa rakyat Universitas Sumatera Utara mengetahui dunia dan teknologi informasinya. Rakyat Aceh harus melihat keluar hijrah ke negara-negara tetangga. Belajar bagaimana negera tersebut bisa maju, modern dan makmur rakyatnya. Rakyat Aceh harus belajar dari Cina. Orang Cina terkenal dengan etos kerjanya yang sangat gigih dan giat. Mereka memiliki kemampuan beradaptasi dengan situasi dunia baru. Rakyat Cina secara idikan gratis sampai penguruan tinggi harus menjadi kebudayaan adalah dunia ketiga tetapi secara pemikiran dan teknologi bisa jadi rakyat dunia pertama. Kita bisa lihat bagaimana ideologi komunisme di sandingkan ideologi kapitalis dalam pasar dunia. Banyak dunia luar yang belajar dari Cina. 99 Oleh karena itu pemerintahan Aceh yang baru harus bisa menjadi babu bagi rakyat Aceh. Pemegang kekuasaan yang sejati adalah sebenarnya adalah rakyat, kehendak merekalah yang sebenarnya harus diikuti, bukan sebaliknya. Pemerintahan Aceh baru harus programer dan visioner dalam pembangunan masa depan yang lebih baik. Setiap kebupatenkota di provinsi Aceh harus mempunyai pemikir-pemikir untuk merumuskan konsep-konsep dan rekomendasi konkrit untuk pembangunan. Tetapi untuk menciptakan orang-orang ini, kalau tidak dengan pendidikan yang berkualitas dan murah tidak akan menghasilkan pemikir- pemikir development. Pend prioritas utama pemerintah. Dalam sejarah Aceh peran kaum perempuan menjadi salah satu kebangkitan Aceh melawan kolonialisme, oleh karena itu pemerintah harus menghargai hak-hak laki-laki dan perempuan dan memberikan kesempatan yang luas bagi mereka. 100 99 Aguswandi, 9 Langkah Memajukan Diri Membangun Aceh Baru, Banda Aceh, Aceh People Forum Aceh Media Kreasindo, 2007. 100 Aguswandi, Ibid., hal. 71. Universitas Sumatera Utara Kemudian, Aceh terkenal sebagai masyarakat yang religius, oleh karena itu bagaimana saat ini kita PRA membumikan Islam yang besar di Aceh. Membangun Islam yang besar, fokus terhadap hal-hal substansi dan melahirkan Islam yang moderat. Masyarakat Aceh harus mengkaji kembali Islam yang dipraktekan oleh endatu sebelumnya. Karena itu merupakan karakter utama orang Aceh di masa dulu; pertama, sufisme; yakni menekankan pada hubungan langsung antara manusia dengan Tuhannya. Kedua; rakyat Aceh mendefinisikan jihad fisabilillah secara luas dimana penekanannya pada masalah keadilan sosial sebagai tujuan hidup seorang muslim. Ketiga; orang Aceh memiliki tradisi terbuka dan ramah tamah terhadap tamu. Keempat; Islam di Aceh membudayakan tradisi hijrah merantau untuk menimba ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan diri. Jika tradisi Islam di demikian yang dikembangkan maka kita akan bisa membangun Aceh yang lebih makmur dan Islam yang moderat dan besar. 101 Untuk itu PRA perlu menciptakan strategi baru dalam melawan rasa pesimisme rakyat Aceh saat ini baik itu kepada pemerintah Jakarta maupun kepada partai politik baik nasional maupun lokal dengan cara; iliteri

3.1.7.2.1. Upaya Menumbuhkan Kesadaran Berpolitik

Keadaan terparah sistem demokrasi dalam sebuah negara adalah dimana saat seluruh komponen rakyat hidup ketakutan dalam bayang-bayang rezim m stik. Tidak bebas berekspresi dan mengemukakan pendapat politiknya. Lebih naif lagi, bila kita melepaskan begitu saja kesempatan berdemokrasi tanpa melakukan tindakan politik. Ben Anderson, pengamat politik Indonesia terkemuka 101 Aguswandi, Ibid., hal. 127. Universitas Sumatera Utara menyakini sejarah Indonesia adalah sejarah pergerakan kaum muda. Dalam setiap fase sejarah, kepemimpinan kaum muda adalah motor pengerak perubahan zaman. Keberhasilan menjatuhkan rezim orde baru tentunya menjadi pengalaman pada gerakan baru bagi gerakan mahasiswa. Namun dalam aspek yang lain, keberhasilan itu telah melahirkan euforia luar biasa, sehingga seolah-olah mengangap bahwa tugas kaum muda telah selesai. Di Aceh, gerakan kaum muda seperti belum menemukan bentuk idealnya, terhitung sejak era reformasi angkatan muda Aceh muncul dan mendobrak kekuasaan rezim Soeharto militeristik yang memberlakukan DOM di Aceh. Tsunami dan perundingan damai antara pemerintahan Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka GAM telah memberi ruang lebar ke politik kaum muda sebagai gerakan sosial baru dalam demokrasi di Aceh. Meskipun di sisi lain, gerakan politik kaum muda Aceh dapat dikatan tidak beranjak dari isu-isu lokalisme yang terus menghantui ideologi gerakan politik mereka. Mendirikan partai politik bagi kaum muda Aceh adalah kehendak objektif dari situasi Aceh saat ini. Partai politik sebagai organisasi modern mutlak dibangun, untuk meneruskan cita-cita terdahulu yang belum selesai. Membangun organisasi modern partai lokal sebagai alat menuju cita-cita revolusioner mustahil dilakukan tanpa orang-orang yang pragmatis dan oportunis. Membangun partai politik lokal bagi Partai Rakyat Aceh PRA adalah proses penghancuran sisa-sisa feodalisme dan militeristik yang dipraktekan kekuasaan kaum tua orde baru dan reformis gadungan. Bagi PRA kaum muda yang tidak Universitas Sumatera Utara memilih politik sebagai kehidupannya adalah kehidupan yang individualis, tanpa menyadari bahwa kehidupannya ditentukan oleh keputusan-keputusan politik. 102 Untuk itu PRA berupaya semaksimal mungkin melakukan penyadaran ari revolusi Indonesia, pada permulaanya memang ditentukan oleh “kesadaran”. Dengan kesadaran politik rakyat Aceh kita bisa menguatkan gerakan sosial dan menciptakan agen-agen sosial sebagai antagonis dalam melawan hegemoni negara. Karena PRA percaya bahwa untuk bangkit menjadi Aceh baru kita harus menolak nasib. Jika rakyat Aceh miskin hari ini mereka harus berjuang, berusaha. Nasib kita bukanlah menjadi budak di negeri sendiri, tetapi manusia merdeka, begitu ungkapan Aguswandi. aruhi oleh keadaan sosial, ekonomi dan politik sekitarnya. Hal h kegagalan dari sistem kebijakan pemerintahan yang lama. Perubahan kearah Aceh baru, yaitu Aceh yang secara kebijakan ekonomi lebih pro rakyat, politik bagi generasi muda, petani, nelayan, dan seluruh rakyat Aceh dengan pendidikan politik dan sebagainya. Kesadaran politik bagi rakyat Aceh sangat penting dalam menentukan arah demokrasi dan wajah Aceh Baru. PRA percaya bahwa watak khas dan arah d

3.1.7.2.2. Transisi Politik

Kenyataan menunjukan bahwa kebangkitan gerakan sosial kaum muda Aceh di peng terlihat dari sejarah Aceh dibawah rezim militeristik konflik dan demokrasi yang sentralistik. Semua ruang publik tertutup bagi rakyat. Fenomena ini mendorong timbulnya gerakan-gerakan untuk melawan hegemoni negara. Apa yang terjadi di Aceh adala sat akyat Aceh, tanggal 22 Januari 2008. 102 Wawancara dengan Syafrudin, Wakil Sekretaris Jendral PRA, di Kantor Dewan Pimpinan Pu Partai R Universitas Sumatera Utara da progresif. dan p terjadi landasan; dengan formasi elit politik saat sekarang di monopoli kekuatan tertentu yang berkuasa h t. n kondisi stabilitas politik yang aman, dan dipimpin oleh kaum muda yang 103 Dari hasil analisis peneliti di lapangan bahwa sebenarnya situasi politik roblem yang dialami oleh rakyat Aceh saat ini adalah mengharuskan nya transisi politik dari kaum tua elit politik lama ke kaum muda, dengan 1. Bahwa rakyat sudah tidak percaya ini yang dinilai sudah gagal menciptakan perubahan. Krisis kepemimpinan ini jika tidak dimanfaatkan oleh kaum muda, malah bisa berbuntut oligarkhi politik, maksudnya adalah bahwa sistem politik bukan karena dukungan rakyat melainkan karena faktor pemaksaan, modal dan kekuasaan. 2. Ruang politik kedepan harus dimanfaatkan harus di olah ole generasi muda, gerakan kaum muda, di kombinasikan dengan gerakan ekstra-parlementer untuk memperoleh dukungan kuat dari rakya 3. Untuk menciptakan kekuatan politik baru, gerakan mahasiswa dan pemuda harus membangun aliansi strategis dengan sektor rakyat seperti buruh, tani, pengawai, kaum miskin kota dan perempuan. 4. Menyusun program-program perjuangan strategis yang merupakan solusi dari problem-problem yang di alami oleh rakyat Aceh saat ini. 103 Mulyadi Rusman, Yang Muda Yang Dipercaya, Surat Kabar, Haba Rakyat, Edisi-November 2007. Universitas Sumatera Utara Berbagai persoalan yang terjadi di Aceh selama ini telah mencapai klimaknya. Masalah konflik bersenjata, telah memasuki fase penyelesaian secara menyeluruh, kondisi demokrasi mulai terbuka, liberalisasi secara ekonomi dan politik terjadi. In lama. Pasca tsunam yaitu kapitalisme feodalisme dalam is e dan politik. Masih banyak asala mental psikologi, ekonomi dan transisi politik untuk menyelesaikan karena ini politek kaum muda” 104 . Agar politik menjadi pendorong Salah satu potensi itu adalah kembalinya Indonesia ke rezim neo-orde baru bahwa i bukan kondisi Aceh baru, tapi merupakan dampak dari Aceh i dan MoU, PRA menyimpulkan ada masalah pokok rakyat dengan intervensi modal asing, neoliberalisme dan sisa-sisa lapangan budaya, militer m m h yang belum terselesaikan seperti masalah kesejahteraan dan stabilitas politik. Masalah ini menurut peneliti bisa mempolarisasi masalah yang lain. Bertitik tolak dari hal diatas, seperti yang diungkapkan Thamrin Ananda bahwa; “Aceh saat ini harus melakukan suatu transisi, baik transisi konflik, Aceh yang sedang sakit ini. Mengantikan elit politik lama adalah hal yang paling penting. Saatnya sekarang kaum muda memimpin Aceh Selama ini rakyat hanya menjadi objek politik dari elit politik dan terisolasi dari ruang demokrasi akibat konflik. Politik saat ini masih seperti gaya lama, lebih-lebih memunculkan budaya politik droe ke droe orang per orang, sehingga politik menjadi masalah bagi rakyat. Bukan menyelesaikan berbagai persoalan rakyat. Sekarang menurut Thamrin Ananda, politik itu adalah cara menyelesaikan berbagai persoalan rakyat perubahan, maka rakyat harus terlibat di dalamnya. Maka dari itu transisi harus dilakukan meskipun transisi memiliki potensi-potensi baik positif maupun negatif. 104 Wawancara Thamrin Ananda, loc. cit. Universitas Sumatera Utara demokrasi tidak penting, yang penting adalah sejahtera. Kemudian ada beberapa partai besar yang mendorong kembalinya ke azaz tunggal seperti Golkar dan lain- lain. Ini artinya sentralisme kekuasaan akan terjadi lagi seperti wacana penunjukan langsung seorang gubernur. 105 PRA memandang bahwa desentralisasi merupakan bagian dari transisi masyarakat agar mereka tahu masalah apa sebenarnya yang terjadi di Aceh. Menciptakan kader-kader yang berjuang sampai tingkat akar rumput untuk mencapai cita-cita Aceh baru yang menjadi tujuan partai ini. Pendidikan politik bagi masyarakat untuk menumbuhkan semangat membangun Aceh baru ini. Kader-kader partai PRA adalah agen-agen sosial yang mentranformasikan ide-ide dalam menciptakan gerakan-gerakan politik sebagai antagonis terhadap hegemoni negara.

3.1.8. Program Kerja I. Bidang Pem