Pengaruh harga CPO dunia terhadap ekspor CPO Indonesia Pengaruh pendapatan perkapita Uni Eropa terhadap ekspor CPO Indonesia

197 minyak sawit Indonesia cukup bagus. Hal ini terlihat dari Uni Eropa merupakan Negara-negara pengimpor minyak sawit terbesar bagi Indonesia. Sedangkan Uni Eropa sendiri sangat selektif bagi penerimaan impor minyak sawit dari luar Uni Eropa karena mereka memiliki aturan mengenai standard kualitas demi menjaga lingkungan.

7. Pengaruh harga CPO dunia terhadap ekspor CPO Indonesia

Hasil analisis lah menunjukkan bahwa pengaruh harga CPO dunia terhadap ekspor CPO Indonesia tidak signifikan secara negative sebesar 16,5. Hasil penelitian telah sesuai dengan hipotesa yang memiliki hubungan negative antara pengaruh harga CPO dunia terhadap ekspor CPO Indonesia. Kemudian Hal ini tidak sesuai dengan hasil temuan Zainal 2008 yang meneliti tentang analisis ekspor crude palm oil CPO Indonesia, hasil penelitiannya adalah harga CPO dunia berpengaruh nyata terhadap ekspor crude palm oil CPO Indonesia, karena hasil penelitian tidak memiliki pengaruh antara harga CPO dunia terhadap ekspor CPO Indonesia. Pada berbagai kemungkinan tingkat harga-harga komoditi bersangkutan, ketersediaan, perkiraan akan perubahan harga dan sebagainya. Hal ini tidak berlaku bagi pengaruh harga CPO dunia terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa karena hasil analisa memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Permintaan CPO dunia yang cukup tinggi khususnya Uni Eropa secara langsung tidak akan mengurungkan niat Uni Eropa untuk mengimpor CPO dari Indonesia, berapapun harganya. Dengan adanya perjanjian kontrak sebelumnya antara Negara pengekspor Universitas Sumatera Utara 198 dan pengimpor terjadi kesepakatan untuk harga dan volume ekspor, maka harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap volume ekspor.

8. Pengaruh pendapatan perkapita Uni Eropa terhadap ekspor CPO Indonesia

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan perkapita Uni Eropa terhadap ekspor CPO Indonesia signifikan secara negatif sebesar 18,7. Berdasarkan teori dasar semakin tinggi pendapatan perkapita suatu Negara maka semakin meningkat pula permintaan terhadap barang atau jasa. Menurut M. Akbar Siregar 2006 yang meneliti tentang permintaan CPO Indonesia oleh Jerman dan Belanda, hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan perkapita Belanda tidak berpengaruh terhadap permintaan CPO indonesia oleh Belanda. Belanda sebagai Negara tujuan ekspor CPO terbesar memiliki sifat sebagai Negara pembeli CPO paling potensi bagi Indonesia baik sekarang maupun dimaa mendatang, Belanda membeli CPO dari Indonesia di dalam tujuan untuk menjaga jumlah tok penjualan CPO di pasar Rotterdam, dimana pembelian CPO dilakukan melalui kontrak perdagangan berjangka. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dengan pendapatan perkapita Uni Eropa terhadap ekspor CPO Indonesia, karena hasil analisis adalah signifikan secara negatif. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya depresiasi antara kedua hubungan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita tidak diiringi oleh peningkatan ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, karena pendapatan perkapita Uni Eropa mulai tahun 2000 tidak begitu meningkat secara signifikan, sedangkan mulai di Universitas Sumatera Utara 199 tahun 2000, Negara yang masuk ke dalam Uni Eropa adalah Negara yang masih berkembang seperti Estonia 2004, Latvia 2004, Lituania 2004, Polandia 2004, Malta 2004, Republik Ceko 2004, Slowakia 2004, Hongaria 2004, Siprus selatan 2004, Bulgaria 2007 dan Rumania 2007, tidak seperti Negara yang menjadi keanggotaan Uni Eropa sebelumnya seperti Swedia 1995, Finlandia 1995, Denmark 1973, Jerman 1952, Belanda 1952, Belgia 1952, Luksemburg 1952, Irlandia 1973, Britania Raya 1973, Perancis 1952, Portugal 1986, Spanyol 1986, Italia 1952, Austria 1995, Slovenia 2004, Yunani 1981 yang memiliki pendapatan perkapita tinggi.

9. Pengaruh produksi minyak makan Uni Eropa terhadap ekspor CPO Indonesia