2. Kelemahan Economic Value Added
Disamping keunggulan, EVA juga memiliki kelemahan. Hal-hal yang menjadi kelemahan menurut Mirza 1999 diantaranya adalah sebagai berikut :
1. EVA hanya mengukur hasil akhir, sementara aktivitas penentu seperti
loyalitas dan referensi konsumen tidak diperhatikan, Fokus EVA terhadap kinerja keuangan masih kuat sehingga kinerja nonkeuangan
seperti loyalitas dan referensi konsumen belum terlalu diperhatikan.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan antuk menjual atau membeli saham tertentu.
3. Konsep ini sangat tergantung pada transportasi internal dalam
perhitungan EVA secara akurat. Adanya data yanga makin lengkap dengan klasifikasi yang jelas membuat EVA dapat dihitung dengan
akurat.
Dipihak lain, Hanafi 2004:52 menyatakan EVA memiliki kelemahan sebagai berikut:
a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu.
Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah,
karena di masa datang EVA yang dimiliki negatif.
b. Secara konseptual EVA memang lebih unggul dibandingkan konsep
tradisional namun secara praktis EVA belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas
biaya modal dan estimasi ini sulit untuk dilakukan bagi perusahaan yang go public.
Universitas Sumatera Utara
D. Market Value Added MVA
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of
equity dan jumlah yang ditanamkan investor ke dalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai Market Value Added MVA. MVA digunakan untuk mengukur
seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerja manajerial di-presentvalue-kan sepanjang
umur perusahaan Mirza Imbuh, 1999. MVA diperoleh dengan mengalikan selisih antara harga pasar saham dan
nilai buku per lembar saham dengan jumlah saham yang dikeluarkan. Nilai pasar saham perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang tercantum pada akhir
periode selama tahun tersebut berlangsung umumnya per 31 Desember. Nilai buku per lembar saham diperoleh dengan membagi keuntungan perlembar saham
atau earning per share EPS dengan tingkat pengembalian atas modal sendiri atau return on equity ROE atau dengan membagi total equity dengan jumlah
lembar saham yang beredar. MVA dapat dirumuskan sebagai berikut :
MVA = nilai pasar saham akhir tahun – nilai nominal perlembar saham x jumlah saham yang dikeluarkan pada akhir tahun.
Semakin besar MVA, menunjukkan indikasi MVA semakin baik. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bila MVA positif maka perusahaan telah
berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan, sedangkan bila nilai MVA negatif maka perusahaan tidak berhasil mengubah investasi menjadi lebih
Universitas Sumatera Utara