ada hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian tersebut.
C. Penipuan Data Dalam KUHPerdata
Di dalam KUHPerdata tidak ada memberikan perumusan tentang apa yang dinamakan dengan penipuan itu sendiri. Dalam hal ada penipuan, pihak yang
ditipu memang dapat memberikan pernyataan yang sesuai dengan kehendaknya, tetapi dapat disadari bahwa kehendak itu, karena adanya daya tipu yang sengaja
diarahkan ke suatu yang bertentangan dengan kehendak yang sebenarnya, yang seandainya tidak ada hal penipuan, merupakan kehendak yang benar. Jadi
kehendak di sini kesasar, karena disasarkan. Dengan demikian di sini, dapat dilihat bahwa rumusannya adalah ”kehendak dan pernyataan kehendaknya sama,
hanya dalam hal ada kesesatan, gambaran yang keliru sengaja ditanamkan oleh pihak yang satu melalui tipu muslihatnya kepada pihak yang lain.”
‡‡‡‡‡‡
Pada penipuan, kekeliruan tidak terbatas pada sifat hakikat bendanya atau atas diri pihak lainseperti pada halnya pada suatu tindakan paksaan dimana orang
sadar memberikan pernyataan kehendak, yang seandainya tak ada paksaan tak akan diberikan olehnya . Hal tersebut justru berbeda dengan kondisi yang terjadi
dalam penipuan, yangmana pada penipuan justru orang tertentu batu tahu bahwa dirinya ditipu atau tertipu sesudah perjanjian ditutup. Sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pasal 1328 KUHPerdata: ”Penipuan merupakan suatu alasan untuk pembatalan perjanjian, apabila
tipu-muslihat, yang dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa
‡‡‡‡‡‡
J. Satrio, SH, op. cit,, hal 351.
Universitas Sumatera Utara
hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika tidak dilakukan tipu-muslihat tersebut. Penipuan tidak
dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan.”
Jadi dalam rumusan Pasal 1328 KUHPerdata di atas dapat dikatakan mensyaratkan bahwa penipuan harus dilakukan oleh pihak lain, yaitu pihak lain
dalam perjanjian. Sebagai contoh kalau terjadi, bahwa perjanjian yang muncul antara ”A” dan ”B”, di dasarkan atas penipuan yang dilakukan oleh ”C”,
yanghadir pada persiapan pembuatan perjanjia, maka di sini ”A” hanya dapat menuntut pembatalan berdasarkan kesesatan, karena penipuan tidak dilakukan
oleh ”B”, lawan janjianya. Perbedaan antara penipuan dan pemalsuan adalah
Negara Indonesia adalah berdasarkan atas hukum bukan berdasarkan kekuasaan belaka. Oleh karena
itu maka orang yang merasa haknya terlanggar dalam suatu hubungan hukum pada umumnya tidak boleh bertindak sendiri dalam membela haknya itu, akan
tetapi pembelaan tersebut harus dilakukan dengan perantaraan badan pemerintah yang berwenang untuk itu, yaitu pengadilan. Notaris dalam melaksanakan
jabatannya sebagai pejabat umum yang membuat akta otentik tidak mungkin melakukan pemalsuan akta, akan tetapi pihak yang menghadap meminta untuk
dibuatkan aktanya tidak menutup kemungkinan kalau penghadap memberikan keterangan yang tidak benar dan memeberikan surat-suratdokumen-dokumen
palsu sehingga lahirlah akta yang mengandung keterangan palsu. Hal ini dapat dilihat pengaturannya di dalam Pasal 263, Pasal 264 dan Pasal 266 KUHPidana
yaitu sebagai berikut: 1.
Ketentuan Pasal 263 menyatakan:
Universitas Sumatera Utara
1 Barang siapa membikin surat palsuatau memalsukan surat, yang dapat
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu pertunangan atau yang dapat membebaskan daripada utang atau yang dapat menjadi bukti tentang
sesuatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu dapat mendatangkan kerugian, maka karena
memalsukan surat, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun.
2 Dipidana dengan pidana penjara semacam itujuga, barang siapa dengan
sengaja memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan. Seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau pemakaian surat itu dapat
mendatangkan kerugian.
2. Ketentuan Pasal 264 KUHPidana menyebutkan:
1 Yang bermasalah karena memalsukan memalsukan surat pidana dengan
pidana penjara selama-lamanya 8 delapan tahun, kalau perbuatan itu dilakukan terhadap:
a.
Surat pembuktian resmi akta otentik b.
Surat utang atu surat tanda utang dari suatu negara atau sebagainya atau dari lembaga hukum
c. Sero atau surat utang atau surat tanda sero atau surat tanda utang dari
suatu perhimpunan, yayasan, perseroan atau maskapai. d.
Talon, atau surat untung sero deviden atau surat bunga uang, dari salah satu surat yang diterangkan pada huruf b, dan c, atau tentang
surat bukti yangdikeluarkan sebagai pengganti surat itu.
e. Surat kredit atau surat dagang yang disediakan untuk diedarkan.
2 Di pidanadengan pidana itu juga barangsiapa dengan sengaja memakai
surat palsu atau surat yang dipalsukan tersebut dalam ayat 1, seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, jika hal memakai surat itu dapat
mendatangkan kerugian.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Akta Mengandung Keterangan Palsu
Akta yang dibuat dihadapan notaris tidak terlepas dari pasal-pasal yang mengatur tentang perjanjian itu sendiri yang terdapat dalam KUHPerdata, pasal-
pasal yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang lainnya, yang
Universitas Sumatera Utara
mengatur dan mendukung suatu perbuatan perjanjian yang dituangkan ke dalam bentuk akta sehingga mempunyaisifat otentik.
Apabila ada syarat yang ditentukan oleh undang-undang yang tidak tepenuhi maka hal tersebut dapat merupakan salah satu alasan yang menyebabkan
akta yang dibuat notaris dapat mengandung keterangan palsu, misalnya tidak terpenuhinya ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu perihal tidak cakapnya
seseorang untuk bertindak dalam membuat suatu perjanjain. Selain daripada itu, misalnya tidak terpenuhinya ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf d Undang-Undang
Jabatan Notaris UUJN yakni apabila notaris tidak melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya, oleh karena itu sebelum notaris
menuangkan hal-hal yang formil ke dalam materil akta wajib melakukan pencocokan fotokopi surat-suratdokumen-dokumen dengansurat-surat dokumen-
dokumen aslinya yang sebenarnya. Berkaitan dengan bunyi Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang NO 30 Tahun
2004 yang menegaskan bahwa notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang membuat akta otentik adalah hal yangmustahil apabila notaris
membuat akta jika akta tersebut mengandung keterangan palsu. Akan tetapi apabila notaris terlibat dalam pembuatan akta yang menyebabkan terjadinya
sengketa karena adanya unsur kesengajaan untuk menguntungkan salah satu pihak tanpa memperlihatkan kepentingan pihak lain, maka notaris akan dapat dikatakan
telah membantu dan turut serta dalam melakukan tindak pidana. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat
negara tidak terlepas dari tanggung jawab secara perdata dimana notaris selalu
Universitas Sumatera Utara
berpedoman danatau mengacu pada KUHPerdata, Undang-undang NO. 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pertanggungjawaban yang diminta kepada notaris bukan hanya dalam pengertian sempit yakni membuat akta, akan tetapi pertanggungjawabannya pada saat fase
akta dan tanggung jawab pada saat pasca penandatanganan akta.
D. Akibat Hukum Dari Tindakan Perbuatan Melawan Hukum Dan