Akibat Hukum Dari Tindakan Penipuan Data Di Hadapan Notaris

hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian, maka dapat diajukan gugatan perbuatan melawan hukum. §§§§§§ Suatu perkembangan yang pentingdalam teori hukum adalah mengenai pengertianmelawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Semula pengertian melawan hukum hanya diartikan secara sempit yaitu perbuatan yang melanggar undang-undang saja, akan tetapi, kemudian Hoge Raad dalam kasusnya yang terkenal Lidenbaum melawan Cohen memperluas pengertian melawan hukum bukan hanya sebagai perbuatan yang melanggar undang-undang, tetapi juga setiap perbuatan yang melanggar kepatutan, kehati-hatian, dan kesusilaan dalam hubungan antara sesama warga masyarakat dan terhadap benda orang lain. Penafsiran secara luas atas pegertian perbuatan melawan hukum juga sejalan dengan perkembangan teori dalam hukum perjanjian bahwa perjanjian harus dibuat dengan itikad baik yang berarti harus memperhatikan asas kepatutan. Sehingga isi perjanjian yang berat sebelah adalah tidak sesuai dengan kepatutan sehingga klausula yang berat sebelah tersebut dapat dinyatakan batal demi hukum dan tidak mengikat para pihak yang membuat perjanjian.

2. Akibat Hukum Dari Tindakan Penipuan Data Di Hadapan Notaris

§§§§§§ Suharnoko, SH., MLI., Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta Timur, 2004, hal. 116. Ibid, hal. 119. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana telah di jabarkan di atas mengenai perihal tindakan penipuan data maka mengenai tindakan tersebut yang nyata-nyata bertentangan dengan hukum yang berlaku tentunya tindakan tersebut akan mempunyai akibat hukum terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut. Dalam Pasal 1451 dan Pasal 1452 KUHPerdata menentukan bahwa dapat dimintakan pembatalan terhadap perjanjian yang telah dibuat karena yang disebabkan oleh adanya ketidak cakapan Pasal 1541 KUHPerdata dan sebagai akibat terjadinya kekhilafan, paksaan dan juga termasuk di dalamnya penipuan Pasal 1542 KUHPerdata pada salah satu pihak dalam perjanjian membawa akibat bahwa semua kebendaan dan orang-orangnya dipulihkan sama seperti keadaan sebelum perjanjian dibuat. Secara lengkapnya rumusan Pasal 1451 dan Pasal 1452 KUHPerdata dikutip sebagai berikut: ††††††† Pasal 1451 ”Pernyataan batalnya perikatan-perikatan berdasarkan ketidakcakapan orang-orang yang disebutkan dalam Pasal 1330, berakibat bahwa barang dan orang-orangnya dipulihkan dalam keadaan sebelum perikatan dibuat, dengan pengertian bahwa segala apa yang telah diberikan atau dibayarkan kepadaorang-orang yang tidak berkuasa, sebagai akibat perikatan itu, hanya dapat dituntut kembali sekedar barang yang bersangkutan masih berada di tangan orang tak berkuasa tersebut, atau sekedar ternyata bahwa orang ini telah mendapatkan manfaat dariapa yang telah diberikan atau dibayar itu atau bahwa apa yang dinikmati telah dipakai atau berguna bagi kepentingannya.” Pasal 1452 ”Pernyataan batal dan berdasarkan paksaan, kehilafan atau penipuan, juga berakibat bahwa barang dan orang-orangnya dipulihkan dalam keadaan sewaktu sebelum perikatan dibuat. ††††††† Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Seri Hukum Perdata Hapusnya Perikatan, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, hal. 194. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian berarti pembatalan perjanjian demi hukum menghapuskan perikatan yang ada di antara para pihak, yang timbul dari perjanjian tersebut” Ketentuan Pasal 1453 KUHPerdata bahkan menentukan lebih lanjut bahwa dalm hal perjanjian yang dibuat tersebut telah mengakibatkan kerugian nyata bagi pihak yang tidak cakap Pasal 1446 KUHPerdata dan pihak yang khilaf, dipaksa, atau ditipu Pasal 1449 KUHPerdata, maka selain pembatalan perjanjian, jika diminta dan telah terbukti adanya alasan untuk itu, bersama-sama dengan putusan pembatalan perjanjian dapat pula dijatuhkan putusan berupa penggantian biaya, kerugian dan bunga bagi pihak yang tidak cakap atau pihak yang khilaf, dipaksa atau ditipu tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBATALAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH AKIBAT ADANYA PENIPUAN DATA DI HADAPAN NOTARIS Di tanah air kita notaris sudah dikenal semenjak Belanda menjajah Indonesia, Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik, mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya. Semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris PJN tidak memberikan uraian yang lengkap mengenai tugas dan pekerjaan notaris. Dikatakan demikian, oleh karena selain untuk membuat akta-akta otentik, notarisjuga ditugaskan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara pendaftaran dan mensahkan waarmenken dan legaliseren surat-surat atau akta- akta yang dibuat di bawah tangan L.N.1916-46 jo.43. ‡‡‡‡‡‡‡ Notaris juga memberikan nasehat hukum dan penjelasan mengenai Undang-Undang kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Dari pengertian Pasal 1 PJN ini dapat diketahui bahwa wewenang notaris adalah ”regel” bersifat umum sedang wewenang pejabat lainnya adalah pengecualian, wewenang dari para pejabat lainnya itu untuk membuat akta sedemikian hanya ada apabila oleh Undang-Undang dinyatakan secara tegas bahwa selain dari notaris, mereka juga turut berwenang membuatnya atau untuk pembuatan sesuatu akta tertentu mereka oleh Undang-Undang dinyatakan sebagai satu-satunya yang berwenang untuk itu. §§§§§§§ Jadi dapat disimpulkan wewenang utama dari notaris adalah untuk membuat akta otentik. Otentiksitas dari akta notaris bersumber dari Pasal 1 PJN dimana notaris dijadikan ”Pejabat Umum” Openbaar ambtenaar, sehingga dengan demikian akta yang dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh sifat akta otentik seperti yang dimaksud. Sepanjang mengenai wewenang yang harus dipunyai oleh pejabat umum untuk membuat suatu akta otentik, seseorang notaris hanya boleh melakukan atau menjalankan jabatannya di dalam seluruh daerah yang ditentukan baginya dan hanya di dalam daerah hukum itu ia berwenang. Akta yang dibuat oleh seseorang notaris di luar daerah hukumnya daerah jabatannya adalah tidak sah. ‡‡‡‡‡‡‡ G.H.S. Lumban Tobing, SH. op. cit., hal. 37 §§§§§§§ ibid Universitas Sumatera Utara

A. Proses Perbuatan Akta Jual Beli Oleh Notaris