Keterlibatan IMF
l. Keterlibatan IMF
Agaknya posisi Indonesia sudah jelas, yaitu membutuhkan penyembuhan segera. Jadi, bukan bantuan teknis (technical assistance) atau pemberian nasihat-nasihat semata, seperti yang dikatakan Mensesneg Moerdiono berkali-kali saat itu. Akibat pernyataan Moerdiono yang mencerminkan belum padunya persepsi para pejabat terhadap keberadaan IMF sempat membuat nilai rupiah merosot berulang kali. Dari pernyataan-pernyataan menteri keuangan sebetulnya telah dengan kuat mengindikasikan bahwa yang diperlukan Indonesia adalah bantuan program dan formulasi, yang tentu saja disertai dengan kucuran dana. Keberadaan IMF yang disertai oleh tim Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia semakin memperkuat konstatasi ini.
Jadi, sudah kurang relevan untuk mempertanyakan apakah ketiga lembaga internasional tersebut akan mendikte pemerintah. Yang telah berlangsung adalah pembicaraan antara penyandang dana dan calon penerima pinjaman. Tentu setiap pihak memiliki cara pandang yang berbeda sesuai dengan posisi dan kepentingan masing-masing. Pihak Indonesia mengutarakan derita yang dirasakannya dan rencana-rencana untuk mengatasinya. IMF akan mengevaluasi usulan pemerintah. Boleh jadi, IMF memandang usulan pemerintah belum memadai, lalu menyarankan langkah-
Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 301 Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 301
Bagaimana seandainya perbedaan kepentingan antara IMF dan pemerintah tidak bisa dikompromikan, lalu IMF menarik diri? Akibatnya akan sangat tragis. Kepercayaan investor akan pupus. Sungguh tak terbayangkan dampaknya bagi perekonomian Indonesia. Semoga pemerintah masih rasional sehingga kemungkinan tersebut sangat kecil. Jadi, pemerintah berada pada posisi tidak bisa mundur (point of no return). Jika memang demikian halnya, maka persoalan tinggal pada sejauh mana kompromi terjadi antara pemerintah dan IMF.
Pemerintah Indonesia sepatutnya memanfaatkan momentum yang terbuka luas ini untuk melakukan pembenahan mendasar, tidak setengah hati lagi seperti di masa-masa lalu. Harga yang harus dibayar memang sangat mahal. Juga sekaligus bisa dijadikan momentum bagi terjadinya seleksi alamiah untuk menghasilkan pengusaha-pengusaha yang tangguh dan teruji yang mampu keluar dari kemelut.
Dari sinilah kita lalu melangkah ke agenda masa depan. Agenda terpenting adalah memahami sejernih-jernihnya kecenderungan yang telah terjadi pada sistem keuangan global. Keadaan sekarang tidak bisa ditoleransikan lagi. Betapa tidak. Transaksi valuta asing di seluruh dunia telah mencapai lebih dari US$1 triliun sehari. Dalam 12 tahun terakhir nilai transaksi valuta asing meningkat dramatis, jauh melampaui transaksi barang. Dalam keadaan seperti ini, negara-negara berkembang penghasil barang akan selalu berada pada posisi yang sangat rentan. Kemakmuran, yang tercipta dari kemampuan mereka menghasilkan barang dengan bermandikan peluh, bisa terkikis dalam sekejap ditelan oleh pelaku-pelaku di pasar uang yang cuma duduk di depan layar komputer. Sehebat-hebatnya fundamental ekonomi suatu negara dan sebanyak-banyaknya cadangan devisa yang dimilikinya, tidak akan berarti kalau
302 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 302 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998
Tidak hanya kita yang harus bertindak, melainkan masyarakat internasional harus mencari jalan keluar dengan memikirkan sistem alternatif yang mampu memelihara harkat dan martabat umat manusia. Tidak boleh terjadi penjajahan dan eksploitasi baru atas sesama umat manusia dengan memanfaatkan mekanisme pasar keuangan yang berlaku sekarang. Kita merindukan Indonesia menjadi pelopor pendobrak kondisi status quo yang, tentu saja, sangat ingin dipertahankan oleh para pemuja kebebasan demi untuk kebebasan semata. Bukan sebaliknya, pasrah terbawa arus dan justru ikut menerima gagasan memerangi "kebiadaban" dari bentuk penjajahan baru yang jauh lebih dahsyat daripada praktik kolonialisme masa lalu. Inilah pesan moral yang harus kita sampaikan.
Di tengah tersendatnya perundingan pemberian bantuan program yang bersifat formal (program and formal assistance) dari IMF, Indonesia dibanjiri oleh komitmen bantuan dana dari negara-negara tetangga. Bermula dari Jepang tatkala wakil menteri keuangannya mengunjungi Jakarta, yang selanjutnya dikuatkan oleh Perdana Menteri Hashimoto dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Soeharto. Menyusul kemudian kesediaan Singapura yang disampaikan oleh Perdana Menteri Goh Tjok Tong. Lalu datang Timbalan Perdana Menteri Malaysia mengutarakan niat serupa. Belakangan menyusul Perdana Menteri Australia. Konon, Selandia Baru menawarkan bantuan pula. Juga kabarnya Brunei Darussalam telah mengutarakan kesediaannya menyalurkan dana segar. Semua bantuan tersebut merupakan cerminan dari solidaritas negara-negara tetangga untuk membantu Indonesia yang sedang menghadapi krisis keuangan.
Besarnya dana, sifat, dan persyaratan yang diajukan masih simpang-siur. Dalam beberapa hal, keterangan pemerintah Indonesia tidak sesuai dengan penjelasan dari pemerintah negara- negara sahabat. Ada yang telah mengutarakan ancar-ancar
Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 303 Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 303
Sudah barang tentu, ada motif khusus dari masing-masing negara calon pemberi bantuan, dan itu sesuatu yang teramat wajar karena dalam hubungan antarbangsa tidak ada yang bebas motif atau "gratisan". Kemelut ekonomi di Indonesia pasti akan merembet ke Singapura. Ancaman peningkatan pengangguran akibat krisis ekonomi di sini akan mempersulit Malaysia dalam membendung pencari kerja ilegal dari Indonesia. Kemerosotan ekspor dan lesunya pasar dalam negeri niscaya akan merugikan investor Jepang. Kemerosotan nilai rupiah, boleh jadi, akan mengurangi penerimaan devisa Australia dari pelancong dan pelajar Indonesia yang meningkat deras belakangan ini.
Namun, agaknya sulit membayangkan uluran tangan negara-negara tetangga semata bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat Indonesia dan investor asing terhadap rupiah. Persoalan yang dihadapi saat itu tidak lagi sekadar kepercayaan pada rupiah, sebagaimana diutarakan presiden pada Hari Pemuda
28 Oktober 1997. Kalau soalnya cuma itu, kita tidak memerlukan keterlibatan IMF dengan segala konsekuensinya. Seandainya itulah keyakinan penguasa, betapa ironisnya. Padahal, nyata sekali bahwa persoalan yang dihadapi telah menyentuh sendi-sendi kehidupan ekonomi dan politik yang paling mendasar.