Rezim Sentralistik Menumpulkan Upaya Penyelesaian

2. Rezim Sentralistik Menumpulkan Upaya Penyelesaian

Di bidang ekonomi, sudah terkuak dengan teramat transparan, bahwa kita tumbuh dan berkembang dengan landasan rapuh karena mentoleransikan pola hidup "lebih besar pasak

304 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 304 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998

Nyata-nyata, selama ini, kehidupan ekonomi dan politik telah dibaluri oleh lemak yang kian pekat. Sehingga, yang dibutuhkan adalah energi yang bisa membakar lemak yang sudah menyelubungi hampir seluruh sendi kehidupan. Akibatnya gerak kehidupan menjadi lamban. Alarm sistem peringatan dini tidak lagi berbunyi, sehingga kita kerap terperangkap di ambang krisis. Pemerintah tidak mampu lagi mengobati penyakitnya. Oleh karena itu, pemerintah mengundang IMF Sekali lagi, keberadaan IMF bukan untuk mengidentifikasikan penyakit kita, melainkan mengobati dengan resep dan terapi yang sebetulnya sudah diketahui benar, secara sadar pula, oleh pemerintah Indonesia sebagai pengundangnya. Kalau terkesankan kuat pada masyarakat bahwa para pejabat belum seia-sekata tentang kehadiran IMF, persoalannya adalah pada komunikasi dan sistem informasi yang tidak berjalan lancar di antara petinggi negara.

Jadi, ditilik dari latar belakang keberadaan IMF dan substansi permasalahan yang kita hadapi, agaknya persoalan yang berkembang hingga dewasa ini bukanlah sekadar krisis kepercayaan pada rupiah semata. Krisis rupiah cuma salah satu pemicu yang menguakkan "borok-borok" perekonomian dan praktik-praktik pemerintahan yang tidak sehat. Jadi, bantuan sekadar uang-dalam bentuk pinjaman siaga atau sejenisnya-untuk menyangga rupiah teramat tidak memadai. Dengan demikian, kucuran dana dari negara-negara sahabat-kalaupun terealisasi di luar kerangka IMF dan tidak ada ikatan sama sekali, yang kemungkinannya sangat kecil-bukanlah obat mujarab untuk menyembuhkan penyakit yang menghinggapi perekonomian Indonesia. Sepatutnyalah penguasa menyadari apa yang terjadi, bukannya terus berhujah bahwa fundamental ekonomi kita sangat baik dan menafikan segala yang selama ini menggerogoti sendi- sendi perekonomian. Membanjirnya komitmen bantuan dari

Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 305 Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 305

Sekalipun demikian, IMF bukanlah segalanya. Kalau karena begitu pentingnya posisi Indonesia di dalam geopolitik dan geostrategis Asia-Pasifik, lalu terjadi kompromi antara IMF dan pemerintah Indonesia, boleh jadi kemelut tidak akan berakhir. Karena, bisa saja masyarakat domestik dan investor asing menganggap itu tidak cukup untuk menjamin keamanan investasi mereka. Jadi, yang sebetulnya lebih utama adalah kesadaran dari diri kita sendiri, dan bahwa kepentingan bangsa lebih diutamakan daripada kepentingan orang per orang atau kelompok tertentu saja. Rakyat akan ikhlas berkorban sepanjang sakit sama dirasakan dan manis sama dinikmati. Sayangnya, hal itu tidak terwujud sehingga krisis tak kunjung terselesaikan.

Sebelum dan selama krisis, banyak kegiatan ekonomi yang terlalu dipaksakan dan menjadi laik usaha karena memperoleh perlindungan dan hak-hak istimewa lainnya. Para pengusaha nekad berutang, baik di dalam maupun luar negeri-dengan bunga tinggi sekalipun-karena mereka praktis tidak menghadapi kendala dalam menutupi biaya modal yang mahal itu triengingat mereka bisa menentukan harga jual produknya dengan cukup kluasa. Lemahnya kebijakan persaingan (competition policy) menyebabkan kompetensi dan daya saing menjadi tidak penting. Yang dibutuhkan cuma kesempatan (opportunity), dan yang diperlukan untuk mendapatkannya adalah kedekatan dengan para pembuat kebijakan atau pihak-pihak yang memiliki kekuatan untuk memaksakan keputusan bagi kepentingan dirinya sendiri. Kalau selama krisis banyak pengusaha yang bergelimpangan karena ulahnya sendiri dan karena usahanya lebih bertopang pada gelimangan fasilitas dari penguasa, maka biarkanlah mereka tergusur dari pasar. Seandainya ada di antara mereka yang memang betul-betul masih memiliki jiwa kewirausahaan sejati, mari kita persilakan mereka menemukan bidang usaha baru yang didasarkan pada kompetensi dan keunggulan daya saing yang

306 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 306 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998

Bagi pemerintah sendiri, pelajaran yang bisa ditarik dari krisis ekonomi dewasa ini sangatlah jelas. Pertama, perlu pembenahan manajemen pembangunan dan pemerintahan. Bagaimana mungkin, misalnya, kerapuhan struktur neraca pembayaran Indonesia hanya difokuskan pada satu sisi permasalahan sebagaimana tercermin dari dibentuknya Tim Peningkatan Ekspor (TPE). Di tengah krisis yang dipicu oleh memburuknya ketidakseimbangan eksternal yang akut, sepatutnya pemerintah meninjau permasalahannya jauh lebih dalam lagi, yaitu pada sisi produksi dan distribusi. Karena, pada hakikatnya kinerja ekspor sangat ditentukan oleh kelancaran produksi dan distribusi. Maka, sudah sepantasnya kalau kita mempertanyakan mengapa yang memegang komando cuma setingkat menteri teknis, yaitu Menteri Perindustrian. Tidakkah lebih efektif kalau kendali dipegang oleh Menko Produksi dan Distribusi yang jelas- jelas memiliki fungsi koordinasi lintas kementerian? Persoalannya menjadi lain kalau memang dalam kenyataannya posisi Menko tidak memiliki "gigi". Menjadi ironis pula karena TPE cuma mengutak-atik fasilitas PET (Produsen Eksportir Tertentu) dan menginventarisasikan berbagai permasalahan ekspor. Apa saja kerja departemen teknis selama ini kalau melakukan inventarisasi saja tak kunjung selesai? Lagi-lagi hal ini mencerminkan ada yang salah di dalam manajemen pemerintahan. Setidaknya, bisa disimpulkan bahwa pemerintahan kita tidak memiliki sistem peringatan dini (early warning system).

Pelajaran kedua, yang tidak kalah berharganya adalah reformasi sistem pengambilan keputusan. Persoalan ini, tentu saja, berkaitan erat dengan manajemen pembangunan dan pemerintahan. Penanganan krisis nilai tukar rupiah menjadi salah satu indikasi betapa mendesaknya pembenahan proses pengambilan keputusan. Gejolak nilai mata uang dan fenomena moneter lainnya membutuhkan penanganan sangat cepat dan didukung oleh kelengkapan data yang akurat. Fluktuasi nilai mata uang berlangsung dalam hitungan detik atau menit. Kalau

Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 307

pemerintah hendak melakukan campur tangan, efektivitasnya sangat ditentukan oleh timing yang tepat dan magnitut yang memadai. Bagaimana mungkin persyaratan tersebut bisa dipenuhi kalau sosok dan mekanisme kerja Dewan Moneter seperti sekarang. Dewan yang mengawal makroekonomi Indonesia ini diketuai oleh Menteri Keuangan, dengan anggota Menko Ekuwasbang/Ekuin (secara hierarki lebih tinggi daripada Menteri Kcuangan) dan Gubernur Bank Indonesia. Ada pula Sekretaris Dewan Moneter yang dijabat oleh salah seorang Asisten Menteri pada Menko Ekuwasbang/Ekuin dan seorang penasihat yang dijabat oleh Mensesneg. Dengan format keanggotaan seperti itu, mencari kesesuaian waktu untuk rapat lengkap saja cukup sulit, apalagi mencapai kesesuaian pandang dan kesepakatan. Kalau sudah ada kesepakatan pun, keputusan belum bisa segera dilaksanakan karena masih harus dilaporkan kepada presiden untuk dimintakan persetujuannya. Maka, tidak heran kalau banyak kalangan menilai langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam mengatasi krisis rupiah terkesan serba tanggung dan tidak timely, sehingga selalu kalah dengan kecerdikan para spekulan.

Ketiga, diperlukan pengembangan kelembagaan yang menopang peningkatan dinamika perekonomian yang semakin sehat sehingga bisa menekan biaya transaksi (transaction cost). Keberhasilan menekan biaya transaksi akan memperkokoh keunggulan komparatif bangsa, yang pada gilirannya mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu, bisa dihindarkan upaya-upaya pemberdayaan kelompok- kelompok masyarakat lemah-seperti yang dilakukan belakangan ini lewat Yayasan Dana Sejahtera Mandiri dengan lakesra- Kukesra-nya, Program Kemitraan, dan sejenisnya-yang tidak menyentuh akar permasalahan, bahkan justru menciptakan distorsi baru. Akhirnya, nilai tukar rupiah menembus Rp l0.000 per dolar AS. Kemerosotan nilai rupiah begitu cepatnya setelah Presiden Soeharto membacakan pidato pengantar RAPBN 1998/1999 di hadapan para anggota DPR. Pidatonya sendiri sangat datar, sejalan dengan kehampaan jiwa dari parade angka-angka RAPBN itu sendiri. Langkah-langkah reformasi komprehensif yang ditunggu-tunggu cuma impian belaka. Tidak jelas pula bagaimana

308 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 308 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998

9 % pada tahun 1998, apalagi keterkaitannya dengan sosok RAPBN. Lebih gelap lagi penetapan asumsi kurs Rp 4.000 per dolar AS. Kelihatannya pemerintah lebih mengandalkan doa ketimbang ikhtiar.

Apakah sejarah akan berulang? Apakah bangsa ini harus kembali ke titik nol untuk memulai lembaran baru lagi sebagaimana yang terjadi tahun 1967? Tanda-tanda ke arah sana sudah cukup banyak. Masyarakat sudah mulai menimbun barang. Pidato-pidato pejabat kian kerap dan lebih bersifat klise. Kepercayaan rakyat pada pemerintah dan pemimpin nasionalnya sudah hampir sampai titik nadir.

Memang, tingkat inflasi 1997 tidak seberapa dibandingkan dengan menjelang tumbangnya rezim Soekarno yang mencapai 650 %. Tetapi, untuk sampai pada puncak krisis tidak perlu menunggu inflasi sampai setinggi itu, karena isi gerbong perekonomian saat itu sudah sangat sarat beban sehingga tidak mungkin mampu menahan guncangan kenaikan harga sekadar 20 % sekalipun. Harus diingat bahwa dua pertiga penduduk Indonesia masih hidup pas-pasan, dengan pengeluaran per kapita sehari kurang dari Rp3.000. Kenaikan harga sebesar 20 % saja akan membuat mayoritas mereka tersungkur di bawah garis kemiskinan resmi yang ditetapkan pemerintah. Kenaikan harga sebesar 20 % juga akan menimbulkan tuntutan dari kalangan pekerja untuk menaikkan upah minimum paling tidak sama dengan tingkat inflasi, yang niscaya sangat memberatkan dunia usaha yang sedang di bawah tekanan tak terperikan. Keadaan ini semakin menghimpit kehidupan rakyat karena sebelumnya bencana demi bencana menerpa sepanjang tahun silam.

Bersamaan dengan itu, kepemimpinan Presiden Soeharto terus kian memperpanjang jajaran kelompok yang tidak puas dan barisan sakit hati. Padahal, dalam situasi krisis seperti itu yang diperlukan adalah penggalangan seluruh potensi masyarakat untuk bahu-membahu berjuang mengatasi krisis kehidupan berbangsa. Rakyat tidak mau lagi dicekoki oleh pidato pelipur lara dan himbauan moral karena tahu betul yang dilakukan oleh elit

Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 309 Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 309

Ironisnya, para petinggi negara masih saja disibukkan mencari "kambing hitam" aktor-aktor penyulut kemelut, padahal sosoknya sudah sangat nyata di pelupuk mata. Yaitu, paling tidak, ketidakmampuan sistem politik dan mckanisme pemerintahan untuk menciptakan perangkat peringatan dini dan langkah- langkah padu mengatasi krisis. Kerapuhan sistem politik dan mckanisme pemerintahan sudah berlangsung sangat lama, hampir seusia rezim yang sedang berkuasa itu sendiri. Awalnya barangkali tidak begitu menimbulkan masalah. Namun, lingkungan internal dan eksternal yang selalu berubah-bahkan telah berubah secara mendasar-membuat format pembangunan politik dan ekonomi yang dijalankan selama ini, tanpa banyak mengalami perubahan, semakin tumpul dan usang. Kekuasaan presiden yang semakin sangat eksesif membuat kontrol tidak berjalan, dan tidak mungkin efektif, karena loyalitas kepada penguasa lebih didasarkan pada konsesi material atau politik uang.

Pada masa "kejayaan" atau pertumbuhan tinggi, pemerintah bisa meredam ketidakpuasan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak terbawa oleh lokomotif pembangunan, yaitu dengan mengucurkan dana "sedekah" sejenis yang dikelola oleh Yayasan Dana Sejahtera Mandiri yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Tetapi, di masa krisis ini, kepahitan tidak bisa lagi diatasi dengan dana sedekah karena himpitan sudah sedemikian mencekiknya.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1