Perubahan Nilai Satuan dan Nilai Tukar Produk-Produk Ekspor Negara-Negara Penghutang Besar di antara Periode 1980-1982 dan Periode 1983- 1986 (dalam Persentase)
Tabel 9. Perubahan Nilai Satuan dan Nilai Tukar Produk-Produk Ekspor Negara-Negara Penghutang Besar di antara Periode 1980-1982 dan Periode 1983- 1986 (dalam Persentase)
Keseluruhan Ekspor Produk Manufaktur Negara
Perubahan Perubahan Nilai Satuan
Perubahan
Perubahan
Nilai Satuan Nilai Tukar Argentina
Nilai Tukar
Prabirjit Sarkar, “Debt Crisis of The Less Developed Countries and The Transfer Debate Once Again,” The Journal of Development Studies, vol. 27, no. 4, July 1991.
Akumulasi Hutang Luar Negeri
Dalam upaya memecahkan masalah beban hutang luar negeri yang dialami oleh sebagian besar negara-negara berkembang, tepatlah kiranya apabila kita meneliti secara cermat
Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 115 Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 115
Berakumulasinya hutang luar negeri pada sebagian besar negara-negara berkembang pertama sekali dapat dijelaskan dengan melihatnya dari sisi permintaan yang ditimbulkan oleh negara-negara berkembang ini. Cara pendekatan ini didasarkan atas apa yang disebut “loan-pull theory”. Eksposisi yang telah dikemukakan oleh Hallberg (1986) antara lain termasuk dalam kerangka teori ini.
Permintaan akan pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh negara-negara berkembang berdasarkan teori ini dapat dibagi dalam dua komponen. Komponen pertama ialah permintaan yang betul-betul dilandasi oleh perhitungan yang matang dan jelas mengenai proyek-proyek yang akan dibiayai. Proyek-proyek ini secara jelas terkait dengan proses peningkatan kapasitas produksi nasional. Dengan perkataan lain, proyek-proyek yang dibiayai hutang luar negeri ini jelas akan menimbulkan kapasitas pembayaran kembali (repayment capacity) hutang luar negeri yang telah digunakan untuk membiayainya. Komponen kedua ialah permintaan pinjaman luar negeri yang ditentukan oleh faktor-faktor yang random di dalam negara-negara berkembang ini.
Faktor-faktor yang random ini banyak berkaitan erat dengan perilaku elit kekuasaan di negara-negara ini yaitu perilaku yang bersifat korup dan mengandung unsur penyalahgunaan kekuasaan dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional terutama sumber-sumber keuangan internasional yang merupakan pinjaman luar negeri yang didasarkan atas faktor-faktor yang random ini banyak yang tidak punya kaitan dengan peningkatan kapasitas produksi riil sehingga tidak menimbulkan kapasitas
116 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 116 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998
Ada juga faktor random yang lain, yang tidak terkait dengan perilaku penyimpangan oleh elit kekuasaan yaitu faktor kebutuhan untuk mempertahankan nilai tukar yang relatif tinggi untuk mata uang dalam negeri (overvalued currency) sehingga impor barang konsumsi meningkat dan faktor kebutuhan untuk mempertahankan cadangan devisa yang relatif tinggi. Pinjaman luar negeri untuk membiayai kedua kebutuhan ini jelas tidak menjurus kepada proses peningkatan kapasitas produksi nasional.
Berakumulasinya hutang luar negeri pada sebagian besar negara-negara berkembang dapat juga dijelaskan dengan melihatnya dari sisi penawaran yang datang dari pihak-pihak kreditor. Cara pendekatan ini didasarkan atas apa yang disebut loan-push theory. Teori ini terdiri dari dua bentuk eksposisi. Eksposisi yang pertama mengemukakan bahwa peningkatan akumulasi hutang luar negeri pada sebagian besar negara-negara berkembang secara substansial banyak diakibatkan oleh dorongan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional yang menguasai surplus petrodolar. Surplus petrodolar ini terpaksa dengan berbagai upaya dan cara dilempar ke negara- negara berkembang oleh karena berkurangnya permintaan akan pinjaman di negara-negara maju. Pelemparan dana petrodolar ini dikenal dalam dunia keuangan internasional sebagai proses recycling of petro-dollars (William Darity dan Bobbie Horn, 1988).
Dalam proses seperti ini, banyak proyek ekonomi di negara-negara sedang berkembang secara perhitungan ekonomis tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kolaborasi antara pihak kreditor dengan pejabat-pejabat pemerintahan terjadi sehingga
Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 117 Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 117
Eksposisi yang kedua telah dikemukakan oleh Mandel yang menyatakan bahwa berakumulasinya hutang luar negeri negara-negara berkembang merupakan manifestasi yang spesifik dari overheating of credit yang terjadi di negara-negara kapitalis maju demi mencegah terjadinya krisis dalam sistem kapitalisme di negara-negara ini setelah melihat adanya gejala-gejala resesi yang berkepanjangan. Pelemparan dana pinjaman ke negara-negara berkembang adalah dalam rangka menstimulir proses pertumbuhan ekonomi di negara-negara kapitalis maju ini (Ernest Mandel, 1986).