Memburuknya Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

h. Memburuknya Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Kemiskinan mempunyai kaitan erat dengan masalah sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Masyarakat miskin sangat rentan terhadap perubahan pola pemanfaatan sumberdaya alam dan perubahan lingkungan. Masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan, daerah pinggiran hutan, kawasan pesisir, dan

96 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 96 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998

Masyarakat miskin mengalami masalah dalam mengakses sumber-sumber air yang diperlukan untuk usaha tani dan menurunnya mutu air akibat pencemaran dan limbah industri. Berkurangnya air waduk akibat penggundulan hutan dan pendangkalan, serta menurunnya mutu saluran irigasi mengakibatkan berkurangnya jangkauan irigasi. Selain itu, pengambilan air oleh perusahaan air minum yang terjadi di beberapa daerah tangkapan air (catchment area) mengakibatkan berkurangnya pasokan air untuk irigasi dan menurunnya intensitas tanam pertanian. Masalah ini membuat lahan tidak dapat diusahakan secara optimal sehingga mengurangi pendapatan petani. Masalah penurunan muka air tanah juga terjadi di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan sumber air tanah yang berlebihan oleh pengusaha hotel, pengusaha industri, dan Rumah tangga.

Masyarakat miskin seringkali terpinggirkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Penetapan area hutan sebagai kawasan lindung seringkali memarjinalkan penduduk miskin yang tinggal di sekitar atau di dalamnya yang seharusnya dapat hidup secara seimbang. Sekitar 30% hutan produksi tetap hanya dikelola oleh lima perusahaan (BKPK, 2001). Pada tahun 2002, Indonesia memiliki kawasan lindung seluas 50,68 juta ha (26,4 persen terhadap luas daratan) meliputi hutan lindung seluas 32,34 juta ha dan kawasan konservasi daratan sebanyak 371 unit dengan luas 18,34 juta ha. Sedangkan kawasan konservasi laut sebanyak 35 unit dengan luas 4,72 juta

ha mencakup jenis cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, dan taman nasional (Bappenas, BPS dan UNDP, 2004). Pengelolaan kawasan lindung tanpa mempertimbangkan kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya akan menjauhkan akses masyarakat terhadap sumberdaya dan justru menghambat

Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 97 Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 97

hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat miskin akibat penurunan mutu lingkungan hidup terutama hutan, laut, dan daerah pertambangan. Berdasarkan statistik kehutanan, luas hutan Indonesia telah menyusut dari 130,1 juta ha (67,7% dari luas daratan) pada tahun 1993 menjadi 123,4 juta ha (64,2% dari luas daratan) pada tahun 2001. Penyusutan ini disebabkan oleh penebahan hutan yang tidak terkendali, penjarahan hutan, kebakaran, dan konversi untuk kegiatan lain seperti pertambangan, pembangunan jalan, dan permukiman (Bappenas, BPS dan UNDP, 2004). Sekitar 35% dari hutan produksi tetap seluas 35 juta ha juga rusak berat. Hutan yang dapat dikonversi kini tinggal 16,65 juta ha. Dengan laju konversi tetap seperti saat ini maka dalam waktu 25 tahun areal hutan konversi akan habis. Saat ini laju deforestasi hutan Indonesia diperkirakan sekitar 1,6 juta hektar per tahun (BKPK, 2001). Dampak lanjutan dari kerusakan ini adalah terjadinya degradasi lahan yang disebabkan oleh erosi. Selain itu, kerusakan hutan juga berdampak bagi masyarakat miskin dalam bentuk menyusutnya lahan yang menjadi sumber penghidupan, dan terjadinya erosi dan tanah longsor yang menyebabkan semakin berat beban yang mereka tanggung.

Masyarakat miskin yang tinggal di sekitar daerah pertambangan tidak dapat merasakan manfaat secara maksimal. Mereka hanya menjadi buruh pertambangan dan bahkan banyak di antaranya tidak dapat menikmati hasil tambang yang dikelola oleh investor, serta tidak adanya hak atas kepemilikan terhadap areal pertambangan yang dikuasai oleh para pemilik modal atas ijin dari negara. Maraknya pertambangan yang dikelola secara resmi maupun liar dengan tidak mempertimbangkan aspek dampak terhadap lingkungan dan manusia yang tinggal di sekitarnya. Penambangan sumberdaya mineral secara liar (illegal) semakin marak sejak tahun 1998 yang melibatkan banyak perusahaan termasuk perusahaan asing yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dan degradasi kawasan hutan (Bappenas-PSDA,

98 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998

2002). Masyarakat miskin nelayan juga menghadapi masalah

kerusakan hutan bakau dan terumbu karang. Hal ini berdampak pada rusaknya habitat tempat induk ikan mencari makan dan bertelur. Hutan bakau menyusut menjadi setengah dalam waktu sekitar 11 tahun. Terumbu karang saat ini dalam kondisi rusak dan sangat kritis. Degradasi lingkungan wilayah pesisir mengakibatkan menurunnya populasi ikan dari 5-10% kawasan perikanan tangkap, dan meningkatnya kesulitan nelayan dalam memperoleh ikan.

Sementara itu, perkembangan industri tanpa disertai pengawasan pembuangan limbah secara ketat telah menyebabkan terjadinya pencemaran sungai yang merupakan sumber air utama bagi masyarakat miskin perkotaan. Selain itu, penggunaan bahan kimia yang intensif seperti pestisida dan pupuk di daerah pertanian selama beberapa dasawarsa juga menyebabkan terjadinya pencemaran air, menurunnya mutu lahan garapan, dan meningkatnya kekebalan hama dan penyakit tanaman. Hal ini menyebabkan ketergantungan petani terhadap bahan kimia yang semakin besar dan meningkatnya beban pengeluaran petani.

Berbagai permasalahan tersebut menegaskan terbatasnya akses dan kesempatan masyarakat miskin yang tinggal di kawasan hutan, kawasan pertambangan, kawasan pesisir, dan kawasan lindung terhadap sumberdaya alam sebagai sumber penghidupan. Masalah tersebut diperparah dengan terjadinya kerusakan dan degradasi lingkungan yang mengakibatkan menurunnya mutu lingkungan hidup sebagai penunjang kehidupan. Perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup seperti pembuatan peraturan perundangan juga sering mengabaikan partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan review berbagai kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1