Kemiskinan Merajalela

1. Kemiskinan Merajalela

Salah satu kebanggaan rezim Soeharto yang kerap dikedepankan, termasuk ketika Presiden Soeharto menyampaikan Pidato Pertanggungjawabannya yang terakhir kepada MPR tanggal 1 Maret 1998, adalah keberhasilannya mengurangi jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1970, ada 70 juta orang miskin atau

60 % dari jumlah penduduk Indonesia kala itu. Setelah itu, jumlah penduduk miskin, baik secara absolut maupun persentase, terus mengalami penurunan secara konsisten. Pada tahun 1996, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tinggal 22,5 juta jiwa atau 11,2 % jumlah penduduk.

Keberhasilan mengurangi jumlah penduduk miskin selama

30 tahun terakhir kini bagai tak berbekas. Krisis ekonomi selama

10 bulan sudah memaksa puluhan juta penduduk Indonesia kembali terpuruk hidup di bawah garis kemiskinan. Pemicu utamanya adalah meroketnya harga-harga kebutuhan pokok, terutama pangan. Hal ini disebabkan karena ternyata unsur penting di dalam perhitungan adalah garis kemiskinan teramat dominan, yaitu lebih dari 80%. Akibatnya, kenaikan harga pangan menjadi sangat peka terhadap perubahan jumlah orang miskin. Meroketnya harga-harga berbagai barang dan jasa telah menjadi kenyataan.

Selama dua bulan pertama tahun 1998 saja, inflasi versi pemerintah berdasarkan basis bulanan, misalnya angka inflasi Februari 1998, didapat dari laju pertumbuhan indeks harga konsumen Februari 1998 dibandingkan dengan indeks harga konsumen Januari 1998-telah mencapai 19,64 %. Dengan menggunakan basis tahunan -misalnya inflasi untuk Januari 1998, diperoleh dari laju pertumbuhan indeks harga konsumen Januari

324 | Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998

1998 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya- inflasi selama Januari hingga Februari telah mencapai lebih dari 100%. Penghitungan inflasi dengan basis tahunan lebih lazim digunakan secara internasional karena lebih banyak manfaatnya. Perlu dicatat pula bahwa pola inflasi yang selama ini terjadi di Indonesia ditandai oleh inflasi makanan yang hampir selalu lebih tinggi dari inflasi umum.

Dengan alasan di atas, kita mengacu pada inflasi pangan saja, karena menghasilkan perhitungan lebih cermat dalam memperkirakan dampaknya terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin. Hitungan kasarnya adalah sebagai berikut: Jika harga pangan naik 25 %, maka jumlah penduduk 111iskin akan naik lebih dari dua kali lipat atau persisnya 129 %. 1candainya harga pangan naik 50 %, jumlah orang miskin naik dua setengah kali lipat, yaitu dari 22,5 juta menjadi 78,1 juta jiwa. Kedua skenario tersebut sudah jauh dari kenyataan. Karena kenyataannya harga pangan telah meningkat lebih dari dua kali lipat, maka tidak berlebihan untuk mengedepankan kenaikan harga pangan sebesar 100 %. Kenaikan harga pangan menjadi dua kali lipat ini mengakibatkan jumlah orang miskin membengkak menjadi 118,5 juta jiwa atau 60,6 % jumlah penduduk. Gambaran tersebut bukan lagi sekadar perkiraan, melainkan telah menjadi kenyataan. Maka, gambaran kasar kemiskinan dewasa ini sudah lebih buruk dibandingkan ketika rezim Soeharto mulai berkuasa.

Memang, angka-angka di atas merupakan gambaran kasar yang didapat dari keterbatasan data yang tersedia. Namun, hakikatnya tidak akan jauh meleset. Oleh karena itu, teramat beralasan kalau terjadi kerusuhan di manamana, termasuk kerusuhan paling dahsyat di Jakarta, Mei 1998, karena pemicunya adalah urusan pemenuhan kebutuhan perut. Hal ini diperparah dengan membengkaknya tingkat pengangguran yang mencapai lebih dari 10 juta jiwa hanya pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi yang terus berlanjut.

Jika benar yang dikemukakan ketua FSPS1 bahwa setiap penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 % mengakibatkan PHK sebesar 300 ribu pekerja, maka penurunan laju pertumbuhan

Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 325 Ekonomi Pembangunan: Overview Indonesia Masa Krisis 1998 | 325

dari seluruh pekerja. Nasib buruh kian terpuruk karena tahun { ini tidak ada kenaikan upah minimum. Sebaliknya, harga-harga

kebutuhan pokok meroket sehingga membuat daya beli sebagian pekerja khususnya dan masyarakat umumnya sudah terpangkas ke tingkatan yang sudah sangat mengkhawatirkan. Dampak nyata selanjutnya adalah pada pembengkakan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan mengacu pada angka inflasi Januari-Maret 1998 yang telah mencapai 100 %, kalau menggunakan basis perhitungan inflasi tahunan, maka potensi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan sudah mencapai lebih dari 100 juta orang.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1