Nilai –Nilai yang diakui oleh masyarakat Daerah Tamba.

khususnya agama Kristen. Agama Kristen melarang supaya manusia tidak boleh menyembah benda-benda gaib selain Tuhan. Sumber keselamatan berasal dari Tuhan, bukan benda-benda gaib atau roh-roh manusia yang telah mati. Dengan adanya sinkritisme ini, akan ada efek-efek tertentu pada tradisi, karena tradisi yang bercampur dengan nilai- nilai agama sering menimbulkan kesalahpahaman. Jadi disini peneliti berkesimpulan bahwa di masyarakat Daerah Tamba terjadi sinkritisme agama.

5.3. Nilai –Nilai yang diakui oleh masyarakat Daerah Tamba.

a. Nilai Tradisional Masyarakat Daerah Tamba merupakan masyarakat yang menjungjung tinggi nilai-nilai tradisional yang merupakan bagian penting dalam hidup masyarakat Daerah Tamba. Mempercayai tempat keramat merupakan suatu bentuk nilai tradisional yang ada di masyarakat Daerah Tamba yang sudah ada sejak dahulu hingga saat ini. Nilai - nilai tradisional ini adalah nilai- nilai yang sudah mendarah daging terinternalisasi bagi masyarakat Daerah Tamba sejak kecil dari generasi ke generasi masyarakat Daerah Tamba yang akhirnya nilai ini akan dipelihara dan dipertahankan. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu informan yang menyatakan : “..Mempercayai Tempat keramat adalah hal yang patut kami banggakan dalam hidup kami, karena tempat ini sangat berarti bagi kami khususnya masyarakat Daerah Tamba. Sejak dulu hingga sekarang tempat ini selalu bernilai positip apabila kita melakukan sesuai dengan aturan yang berlaku, jadi patut kami junjung nilai- nilai ini yang sudah membantu keselamatan hidup kami yang telah diwariskan para orang tua zaman dulu ..” Hotma Tamba Hasil wawancara 15 November 2013 Dari hasil wawancara diatas dikatakan bahwa kepercayaan ini memiliki nilai-nilai yang positip bagi kehidupan mereka, sehingga patut mereka junjung nilai tersebut hingga sekarang. Nilai tradisional ini masih dipertahankan oleh masyarakat namun, meskipun nilai tradisional masih mereka jaga dan pertahankan bukan menjadi Universitas Sumatera Utara penghambat masuknya nilai-nilai modern untuk daerah ini. Daerah Tamba bisa menikmati nilai-nilai modern saat ini seperti halnya dengan ajaran agama zaman sekarang atau disebut dengan agama modern. Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah, seperti dalam masyarakat Daerah Tamba, sebelum agama modern ini masuk kepercayaan terhadap tempat keramat dijadikan sebagai agama, namun sekarang kepercayaan itu dianggap sebagai tradisi. Hal ini diperkuat dengan salah satu informan yang menyatakan bahwa “…Tempat keramat masih kami junjung sampai sekarang meskipun kami hidup ditengah –tengah modernisasi, nilai ini tetap kami pertahankan karena nilai ini berdampak positip bagi kehidupan kami. Nilai ini sudah lama ada sejak nenek moyang lahir hingga sekarang, tetapi meskipun nilai ini masih bertahan kami tetap bisa mengikuti arus zaman atau zaman modernisasi, terutama kehadiran agama modern, agama modern yang dapat mengubah pola pikir kami, kehadiran agama inilah kami bisa memilah –milah bahwa agama yang disembah nenek moyang kami kurang tepat sesuai ajaran agama, tetapi ini akan tetap kami lakukan karena ini sangat berarti bagi kami yang kami anggap sebagai kebudayaan bukan agama…” Risana Tamba. Hasil wawancara pada tanggal 18 November 2013. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai tradisional bukan penghambat masuknya nilai-nilai modernisasi. Nilai tradisional dan nilai modernisasi saling berkaitan satu sama lain, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh swarsono 1996 :32 dalam teori kelambatan budaya Cultur Lag theory yang menyatakan bahwa nilai tradisional akan masih tetap hidup untuk menjaga waktu yang panjang sekalipun faktor dan situasi awal yang menumbuhkan nilai tradisonal itu telah tiada. Kaitan antara nilai tradisional dan nilai modernisasi tidak hanya merupakan kaitan sepihak. Disatu sisi modernisasi mempengaruhi hilangnya sebagian nilai-nilai tradisional, tetapi disisi lain nilai-nilai tradisional juga mempengaruhi modernisasi dan terbentuknya nilai-nilai modern. Universitas Sumatera Utara b. Nilai kepatuhan Penanaman nilai-nilai kepatuhan berpengaruh besar pada kepercayaan terhadap tempat keramat. Nilai kepatuhan akan menjadikan anak menaati apa yang sudah menjadi aturan, mulai peraturan yang diterapkan di rumah, sekolah, maupun di masyarakat. Anak yang sudah tertanam nilai kepatuhan tidak akan mau berbuat yang melanggar aturan meski tidak ada yang mengawasi, termasuk orang tua yang tidak mungkin setiap saat mengawasi anaknya. orang tua menerapkan aturan, jika menaiki gunung jangan sembarangan mengucapkan kata-kata tidak sopan “Anak yang tertanam nilai kepatuhan tak akan berani mengucapkan kata-kata sembarangan selama dia berada di sumur ataupun gunung. Nilai-nilai kepatuhan itu harus ditanamkan sejak kecil dan tidak bisa dilakukan dengan seketika. Orang tua harus melakukan pendekatan-pendekatan, berbicara dari hati ke hati dengan anak. Masyarakat Daerah Tamba mengakui orang tua tentu mengakui bahwa orang tua tentu tidak mungkin bisa mengawasi anak setiap waktu sehingga perlu menanamkan nilai-nilai kepatuhan kepada anaknya dalam berbagai aspek kehidupan. Nilai-nilai kepatuhan ini terciptanya karena adanya kedisplinan yang ditanamkan oleh lingkungan baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Ketika orang tua bertindak disiplin maka anak-anak akan patuh terhadap aturan yang dibuat oleh para orang tua. Jika nilai kepatuhan ini dijadikan titik berangkat terhadap kepercayaan ini, sedikit atau banyak perilaku disiplin mencerminkan suatu kepatuhan terhadap aturan yang ditanamkan oleh orang tua. Mereka yang patuh akan norma- norma yang Universitas Sumatera Utara diajarkan oleh para orang tua tidak hanya menerima nilai kepatuhan tersebut tetapi juga cara-cara yang telah disepakati. Berdasarkan uraian diatas mengenai nilai kepatuhan maka penuturan salah seorang informan yang menyatakan “…Kepercayaan ini sampai sekarang tetap bertahan hingga generasi sekarang karena kepatuhan anak untuk menjalankan aturan yang diajarkan oleh para orang tua. Orang tua mengajarkan bahwa Tempat keramat tersebut sangat berbahaya jika anak tidak mendengar apa yang diajarkan oleh orang tua. Anak-anak di Daerah Tamba adalah anak-anak yang patuh mendegar nasehat orang tua sehingga tidak pernah terjadi lagi kejadian-kejadian seperti dulu akibat pelanggaran terhadap aturan yang diajarkan oleh orang tua…” Hanni Tamba Hasil wawancara pada tanggal 18 November 2013. Hal ini diperkuat dengan jawaban informan Risana tentang nilai kepatuhan sebagai berikut : “..Saya mempercayai tempat keramat ini, karena saya masih mau mendengar nasehat orang tua saya supaya jalan kehidupan saya baik-baik saja. Saya belum pernah melihat dengan mata saya sendiri apa yang terjadi jika melanggar peraturan yang sudah diajarkan oleh para orang tua jaman dulu. Tetapi sebagai anak saya akan mematuhi aturan yang sudah iajarkan oleh orang tua. Masalah benar atau tidaknya kejadian itu saya tidak tau, tetapi saya mempercayainya karena menurut cerita para orang tua hal itu sudah pernah terjadi karena melakukan pelanggaran terhadap aturan yang sudah diajarkan oleh para orang tua zaman dahulu. Saya sebagai anak ingin kehidupan saya aman-aman saja, sehingga saya harus mematuhi perintah para orang tua. Jika saya melanggar aturan atau perintah orang tua, sanskinya saya sendiri toh yang rasakan meskipun saya tidak dihukum secara langsung tetapi saya bisa dikucilkan oleh masyarakat” Risana Tamba Hasil wawancara pada tanggal 18 November 2013. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh informan lainnya sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara “...Para orang tua tidak ingin anaknya hidup dalam kesusahan atau penderitaaan, saat orang tua mengajarkan hal- hal yang baik seorang anak harus mendengar dan melaksanakannya. Saya sendiri sebagai anak, meskipun pendidikan saya lebih tinggi dari orang tua saya, tetapi saya tetap mendengar nasehat mereka. Saya mematuhi apa yang diajarkan oleh orang tua saya. Saat mereka melarang saya untuk tidak melakukan sesuatu hal saya melakukannya, karena apa yang diajarkan oleh orang tua adalah benar dan tidak akan membawa saya ke jurang...”Andro Naibaho Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2013 Dari hasil wawancara dengan beberapa informan dapat dikatakan bahwa kepatuhan seseorang terhadap perintah orang tua dapat mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat ini.

5.4. Makna kepercayaan masyarakat terhadap tempat keramat

Dokumen yang terkait

Eksistensi Masyarakat Wilayah Pesisir Sumatera Utara Dalam Kegiatan Pembangunan (Studi Kasus Masyarakat Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara)

1 55 7

Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

13 119 64

Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

2 112 64

Persepsi Masyarakat dan Prospek Pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu (Studi Kasus di Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara)

10 70 78

Tempat Perkembangbiakan Anopheles Sundaicus Di Desa Sihepeng, Kecamatan Siabu, Kabupaten mandailing Natal, provinsi Sumatera Utara

0 31 7

Diversifikasi produk wisata di pulau samosir, kabupaten samosir, provinsi sumatera utara

3 35 121

24.PJI D.I SITIO TIO PARSINGGURAN

0 1 1

Eksistensi Masyarakat Wilayah Pesisir Sumatera Utara Dalam Kegiatan Pembangunan (Studi Kasus Masyarakat Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara)

0 0 7

Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

0 0 10

Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

0 0 9