jelasnya berikut hasil wawancara dengan Tokoh adat Daerah Tamba yaitu Pak J.U Tamba saat peneliti melakukan wawancara seputar peran masyarakat
mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat. “…Molo masalah songon dia dibaen hami asa boi bertahan
haporseanoni akka jolma dison, dang adong dibaen hami age aha.Alai diboto akka dak- danaki pe inganan i nadipaboa
manang dipodahan akka natua- tua na be do nang songoni akka dongan na. holan songoni do. Ale tutu burju akka dakdak
na di hutaon manangihon sian akka dongan na. ale dijabu na be dipatorang natua- tuana ma attong akka pattangan molo lao
tu tu mual i manang tu tombak i…” J.U Tamba. Artinya
“…Kalau masalah peran mempertahankan kami hanya mensosialisasikan kepada anak bahwa ada pantangan-
pantangan di tempat tersebut. Selain sosialisasi kami tidak ada melakukan apa- apa, tetapi ini bisa bertahan karena anak
disini mau mendengar nasehat dan mau bertanya sama teman- teman sepermainan atau lingkungannya. Tetapi dirumah
masing- masing orang tua selalu menasehatinya kalau tempat tersebut yaitu sumur dan gunung harus dipercayai sebagai
penghormatan kepada para leluhur, mungkin itu saja yang bisa daya jelaskan Hanya seperti itu kami lakukan…” J.U Tamba
Hasil wawancara pada tanggal 13 November 2012
Dari hasil wawancara diatas bahwa peran masyarakat mempertahankan kepercayaan ini hanya dengan cara melakukan sosialisasi kepada anak-anak mereka
tentang tempat keramat, Selain sosialisasi yang dilakukan oleh para orang tua masyarakat Daerah Tamba, Anak-anak juga bisa mengetahuinya lewat lingkungan
masyarakat seperti teman bermain. Orang tua tidak pernah merasa bosan untuk memberi nasehat kepada anak- anak mereka. Melalui sosialisasi ini, anak- anak
melakukan perintah atau nasehat orang tua yang didapat dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat Daerah Tamba Teman bermain.
5.6.2. Mitos dan Kebiasaan yang berkembang pada masyarakat Daerah Tamba.
Universitas Sumatera Utara
Setelah peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa informan di masyarakat Daerah Tamba, maka peneliti menemukan bahwa kepercayaan terhadap
tempat keramat bisa bertahan hingga saat ini dilatarbelakangi oleh faktor mitos dan kebiasaan yang berkembang di masyarakat. Kebiasaan berpengaruh besar terhadap
pembentukan perilaku masyarakat, sehingga sampai saat ini kebiasaan tersebut tetap bisa bertahan di masyarakat itu sendiri. Disaat zaman sudah maju, pola pikir
seseorang atau kelompok juga bisa berubah seperti rasionalitas berpikir. Namun, kebiasaan yang ada di masyarakat Daerah Tamba tidak memudar atau berubah
meskipun masyarakat Daerah Tamba menerima perubahan yang datang dari luar seperti kemajuan tingkat pendidikan dan teknologi. Ternyata selain faktor kebiasaan,
ada faktor yang menguatkan kepercayaan ini tetap bisa bertahan yaitu mitos yang berkembang di masyarakat.
Mitos yang berkembang di masyarakat dapat memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat, hingga masyarakat memiliki kekwatiran dalam
hidup masing-masing bahwa dunia penuh dengan kekuatn-kekuatan gaib. Mitos berlawanan dengan sikap rasionalis yang mendewakan rasio atau akal budi serta
kemampuan alam pikiran ilmiah yang memandang rendah terhadap mistis yang ada. Peneliti melihat bahwa kepercayaan terhadap tempat keramat masih ada di
zaman modern seperti sekarang ini karena faktor mitos dan faktor kebiasaan yang melekat di dalam setiap pribadi individu dimana, kebiasaan tersebut adalah proses
turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Pewarisan tersebut dilakukan melalui sosialisasi yang cukup intens, dimulai dari anak-anak
hingga dewasa. Jika dikaitkan dengan kepercayaan saat ini tentunya secara kultural hal tersebut dapat terjaga dengan baik sehingga kepercayaan yang bersifat adat-
istiadat kebiasaan merupakan suatu hal yang perlu dilestarikan oleh setiap generasi,
Universitas Sumatera Utara
disamping mereka tetap menjalankan suatu ajaran dan perintah agama. Walaupun ada beberapa adat istiadat yang merupakan manifestasi kepercayaan yang cenderung
bertentangan dengan ajaran agama. Hal ini diperkuat dengan salah satu informan kunci yaitu tokoh agama tentang
latarbelakang mempercayai tempat keramat “…Sebenarna hami na di huta on, dang naso porsea tu hata ni
Tuhan , Tuhan do raja ni sude portibion, nang pe didok marhogogoon do portibi alai dang boi do honon portibi on
unggogo sian Tuhan, alai Tuhan do mambaen adong portibion ro disude isina. Porsea pe hami tu akka mual dohot dolok-
dolok adong do alana ima taringot adat naung diajarhon ni akka natua- tua naparjolo, alani adat on ma sappe saonari
diporseai hami akka namaringanan i. alai nang pe diajarhon I tu hami, molo jolma saonari Tuhan ni do di haporseai, ibaenna
so masuk dope agama Kristen da molo najolo i. boi do honon molo jolma naparjolo makhaporsea i akka tondi ni oppung
naparjolo do. Jadi dijaman saonari gabe songon bentuk adat na ma attong on da…”
Artinya “…Sebenarnya kami masyarakat bukan tidak mempercayai
ajaran Tuhan, Tuhan adalah penguasa dunia, meskipun kekuatan dikatakan bahwa ada kekuatan dunia. Kehidupan ini
yang punya adalah Tuhan, Dunia tercipta bahkan manusia tercipta karena Tuhan. Namun ada alasan tertentu mengapa
kkami mempercayai tempat keramat ini yaitu karena faktor budaya, budaya ini harus kami jaga karena sudah diwariskan
oleh nenek moyang kami. Kami mempercayai tempat ini, tetapi yang kami muliakan adalah Tuhan sebagai pencipta alam.
Disamping karena ini adalah adat kebiasaan kami, saya boleh mengatakan mempercayai tempat keramat ini adalah agama
masyarakat jaman dulu atau disebut dengan agama primitif. Sebelum agama masuk ke Daerah Tamba ini secara khusus dan
secara umum Suku Batak, masyarakat mempercayai roh –roh nenek moyang sebagai pembawa keselamatan kehidupan.
Sehingga para orang tua jaman dulu selalu mengajarkan kepada kami bahwa tempat ini adalah pembawa keselamatan.
Jadi, mempercayai tempat keramat ini adalah agama primitive setelah masuknya agama modern yang dijadikan sebagai
budaya oleh masyarakat
…” M.Tamba Hasil wawancara 12 November 2013
Dari hasil wawancara dengan bapak M.Tamba bahwa, mempercayai tempat keramat adalah bentuk penghormatan masyarakat kepada para leluhur yang dijadikan
Universitas Sumatera Utara
sebagai tradisi. Tradisi adalah salah satu bentuk nilai yang ada di masyarakat yang dihargai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Selain karena faktor tradisi
kebiasaan, kepercayaan terhadap tempat keramat juga dianggap sebagai agama primitif yang dijadikan sebagai sumber keselamatan masyarakat zaman dahulu.
Meskipun kepercayaan terhadap tempat keramat dianggap sebagai agama primitif di zaman modern saat ini, namun masyarakat Daerah Tamba mengatakan bahwa hal
tersebut dijadikan sebagai bagian tradisi masyarakat. Tradisi ini memiliki nilai yang sangat berharga bagi masyarakat sehingga sampai saat ini masyarakat sangat
menghormatinya. Namun, selain karena faktor diatas salah seorang informan menyatakan ada juga yang melatarbelakangi masyarakat tetap mempercayainya yaitu
mitos yang berkembang di masyarakat. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara peneliti dengan seorang guru di chinese school sekolah cina .
“…Menurut saya masyarakat mempercayai tempat keramat hingga saat ini dikarenakan kekuatiran masyarakat akan
mitos yang berkembang. Benar jika dikatakan itu adalah faktor budaya, namun banyak masyarakat semakin patuh atau
taat akan peraturan yang berlaku dikarenakan mitos yang ada. Mitos itu adalah sesuatu hal yang belum tentu
kebenarannya. Mungkin saja itu hanya untuk menakut- nakuti karena masyarakat sekarang belum pernah melihat realita
yang terjadi. Masyarakat hanya mendengar- dengar apa yang disampaikan oleh orang lain dan kemudian dipercayai oleh
yang mendengar. Pertama- tama mungkin hanya opini masyarakat namun, masyarakat terutama anak muda semakin
percaya karena dipengaruhi ajaran dari keluarga. Seandaiya itu adalah benar, maka tidak aka nada yang berani
berkunjung ke tempat tersebut. jadi menurut saya itu mungkin hanyalah sebuah mitos yang kemudian diyakini atau
dipercayai oleh masyarakat…”
Anita Naibaho Hasil wawancara pada tanggal 28 November 2013.
Hal ini senada juga disampaikan salah satu informan lainnya yaitu :
Universitas Sumatera Utara
“...Sebenarnya kalau kita pikir –pikir apa benar itu sudah pernah terjadi?karena budaya sebenarnya yang
mempengaruhi pola pikir manusia dan kemudian ini kami ikuti. Karena budaya ini saya harus mempercayainya. Kalau dipikir-
pikir ingin rasanya saya membuktikan kebenarannnay tetapi katekutan tersendiri dalam pribadi saya sendiri. Saya kwatir
dikarenakan opini –opini masyarakat yang sangat menakutkan. Tetapi dibalik itu banyak orang menyatakan itu hanyalah
sebagi mitos dalam masyarakat karena itu jaman dulu, dan tidak pernah lagi terjadi sekarang. Seandainya itu benar
terjadi saya akan semakin yakin. Kita tidak tau apakah jaman dulu itu benar terjadi atau tidak karena cerita yang kami
dengar dan mungkin itu cerita juga yang didengar orang tua dari nenek moyang mereka. Itu aja sich menurutku...” Andro
Naibaho Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2013
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa ada 3 faktor yang melatarbelakangi masyarakat mempercayai tempat keramat ini yaitu tradisi
kebiasaan, agama primitif sebagai sumber keselamatan, dan mitos yang berkembang di masyarakat. Ketiga faktor inilah yang mempengaruhi atau yang melatarbelakangi
masyarakat percaya pada tempat keramat hingga saat ini. Mempercayai tempat keramat ini tidak tertutup kemungkinan bagi masyarakat yang memiliki pendidikan
tinggi. Kepercayaan ini dipercayai masyarakat, baik masyarakat yang pendidikan rendah maupun masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi. Ketiga faktor ini yang
berpengaruh membentuk perilaku masyarakat, hingga masyarakat taat untuk melakukan peraturan yang berlaku di masyarakat.
5.6.3. Melestarikan Tradisi Nenek Moyang .