5.6.1. Sosialisasi Keluarga masyarakat Daerah Tamba kepada
Anak
Kepercayaan ini tetap bisa bertahan karena dapat dipengaruhi proses belajar dari lingkungan. Dalam hal ini tentu saja ada proses interaksi antara oang tua dengan
anak serta dengan orang lain. Keluarga adalah kelompok primer yang berperan untuk memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada si anak yang mengalami aksi dan
disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial. Orang tua mengajarkan hal- hal apa yang pantas diajarkan kepada anaknya dimana, orang tua
berperan mempengaruhi perilaku si anak supaya si anak menjalankan perintah si orang tua. Mempercayai tempat keramat ini masyarakat tidak begitu susah untuk
mempertahankannya, kepercayaan ini bisa bertahan hanya dengan sosialisasi kepada anak- anak.
Sosialisasi yang ada terhadap kepercayaan terhadap tempat keramat terlihat melalui proses belajar dengan penyusuaian lingkungan serta pengalaman mental yang
didapat dari orang tua serta didukung kebiasaan yang mereka pelajari dari masyarakat sekitar. Maka dari itu mereka mendapatkan sosialisasi bagaimana mereka bisa
percaya terhadap kepercayaan yang dibawa oleh kedua orang tua mereka. Setelah peneliti melakukan penelitian lapangan bahwa menurut masyarakat
Daerah Tamba Sosialisasi individu Antara orang tua dengan anak yang dilakukan oleh masyarakat untuk mempertahankan kepercayaan ini. Dalam hal mempertahankan
kepercayaan terhadap tempat keramat masyarakat tidak pernah melakukan sosialisasi secara kolektif. Sosialisasi ini terus dilakukan kepada anak melalui keluarga atau
informasi di dapat melalui lingkungan masyarakat seperti teman sepermainan. Hanya melalui sosialisasi ini kepercayaan ini bisa bertahan hingga sekarang, dan masyarakat
tidak melakukan sesuatu untuk mempertahankan kepercayaan ini. Untuk lebih
Universitas Sumatera Utara
jelasnya berikut hasil wawancara dengan Tokoh adat Daerah Tamba yaitu Pak J.U Tamba saat peneliti melakukan wawancara seputar peran masyarakat
mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat. “…Molo masalah songon dia dibaen hami asa boi bertahan
haporseanoni akka jolma dison, dang adong dibaen hami age aha.Alai diboto akka dak- danaki pe inganan i nadipaboa
manang dipodahan akka natua- tua na be do nang songoni akka dongan na. holan songoni do. Ale tutu burju akka dakdak
na di hutaon manangihon sian akka dongan na. ale dijabu na be dipatorang natua- tuana ma attong akka pattangan molo lao
tu tu mual i manang tu tombak i…” J.U Tamba. Artinya
“…Kalau masalah peran mempertahankan kami hanya mensosialisasikan kepada anak bahwa ada pantangan-
pantangan di tempat tersebut. Selain sosialisasi kami tidak ada melakukan apa- apa, tetapi ini bisa bertahan karena anak
disini mau mendengar nasehat dan mau bertanya sama teman- teman sepermainan atau lingkungannya. Tetapi dirumah
masing- masing orang tua selalu menasehatinya kalau tempat tersebut yaitu sumur dan gunung harus dipercayai sebagai
penghormatan kepada para leluhur, mungkin itu saja yang bisa daya jelaskan Hanya seperti itu kami lakukan…” J.U Tamba
Hasil wawancara pada tanggal 13 November 2012
Dari hasil wawancara diatas bahwa peran masyarakat mempertahankan kepercayaan ini hanya dengan cara melakukan sosialisasi kepada anak-anak mereka
tentang tempat keramat, Selain sosialisasi yang dilakukan oleh para orang tua masyarakat Daerah Tamba, Anak-anak juga bisa mengetahuinya lewat lingkungan
masyarakat seperti teman bermain. Orang tua tidak pernah merasa bosan untuk memberi nasehat kepada anak- anak mereka. Melalui sosialisasi ini, anak- anak
melakukan perintah atau nasehat orang tua yang didapat dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat Daerah Tamba Teman bermain.
5.6.2. Mitos dan Kebiasaan yang berkembang pada masyarakat Daerah Tamba.