2.2.1. Tindakan Tradisional
Menurut Weber dalam Sunarto 2000 : 16 tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang
berlaku didalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan.
2.3. Kearifan Lokal
Dalam jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata Republik Indonesia 2011 menyatakan bahwa Kearifan lokal adalah sesuatu yang berkaitan dengan tradisi dan menggambarkan cara-cara hidup
masyarakat tertentu yang memiliki nilai-nilai tradisi atau ciri-ciri lokalitas yang mempunyai daya guna untuk mencapai harapan atau nilai-nilai yang diinginkan oleh
masyarakat yaitu kebahagian dan kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal ini salah satu bentuk kearifan yang dilakukan oleh manusia untuk menjaga lingkungannya
disuatu tempat atau daerah. Kearifan lokal ini tidak hanya diketahui, tetapi kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan, dan diwariskan dari generasi kegenerasi
sekaligus untuk membentuk perilaku terhadap sesama manusia, alam, maupun gaib. Kearifan lokal dapat dikatakan sebuah religi kepercayaan dimana masyarakat
tidak hanya berhenti pada etika yang ada, tetapi masyarakat harus melaksanakan norma yang berlaku dalam konteks kehidupan sehari- hari. Kearifan lokal sebagai sebuah
strategi masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan supaya terjadi keseimbangan ekologis dari bencana dan keteledoran manusia. Kearifan lokal
terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara
Universitas Sumatera Utara
terus-menerus dijadikan pegangan hidup meskipun bernilai lokal, tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat universal
Menurut Haba dalam Irwan Abdullah, 2008 kearifan lokal merupakan bagian dari kontruksi budaya. Kearifan lokal Ini merupakan kekayaan budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam sebuah masyarakat dikenal, dipercayai, dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu menguatkan kohesi sosial diantara warga
masyarakat. Kearifan lokal memiliki 6 fungsi yang dapat digunakan sebagai alat ketika masyarakat mengalami masalah antara lain :
1. Sebagai alat untuk menunjukkan identitas suatu masyarakat atau
komunitas masyarakat. 2.
Sebagai perekat aspek kohesi lintas warga, lintas agama, Dan kepercayaan.
3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas top down, tetapi
sebuah unsur kultural yang ada dalam hidup masyarakat. 4.
Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas. 5.
Kearifan lokal akan mngubah pola pikir masyarakat baik individu maupun kelompok sesuai dengan budaya yang mereka miliki.
6. Kerifan lokal berfungsi mendorong terbentuknya kebersamaan,
penghargaan apresiasi, solidaritas komunal, dan komunitas yang terintegrasi.
Hal ini dapat diartikan bahwa pentingnya pendekatan yang berbasis nilai- nilai atau kearifan lokal, dimana sumber-sumber budaya dapat dijadikan sebagai alat untuk
mempublikasikan identitas suatu kelompok masyarakat bagi kelangsungan hidup masyarakat tersebut maupun aliran kepercayaan suatu kelompok masyrakat. Masalah
yang ada akan mampu diselesaikan secara arif tidak harus berdasarkan politik ataupun
Universitas Sumatera Utara
hukum. Agama dan kearifan lokal menunjukkan bagaimana nilai-nilai dan kearifan lokal berfungsi sebagai pendekatan baru dalam studi agama. Kearifan lokal juga
dinilai mampu mempertegas fungsi identitas teologis suatu kepercayaan agama tertentu.
2.4 . Nilai Dan Norma Budaya