BAB V TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA
5.1. Tahap pengembangan masyarakat Daerah Tamba
Masyarakat senantiasa akan berkembang jika masyarakat memiliki pola pikir atau cara pikir yang maju. Setiap manusia baik pribadi maupun kelompok
mememiliki pola pikir yang berbeda. Perbedaan pola pikir dapat dipengaruhi oleh lembaga atau lingkungan sekitar. Suatu benda atau suatu hal akan memiliki arti yang
berbeda jika masyarakat yang memandang tidak memiliki pandangan atau pola pikir yang sama yang mengakibatkan arti suatu benda itu adalah berbeda. Demikian
halnya dengan perkembangan masyarakat, kehidupan akan terus bergulir yang dimulai dari kehidupan yang memiliki pemikiran primitif hingga kehidupan yang
memiliki pemikiran yang lebih maju. Ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai
perkembangan masyarakat atau gerak sejarah masyarakat kepada arah kemajuannya.
Perkembangan masyarakat di dukung oleh ilmu pengetahuan yang maju yang bisa melihat dan mempelajari perkembangan atau gerak sejarah masyarakat
kepada arah kemajuannya atau dapat membawa masyarakat keluar dari keterbelakangan. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Aguste Comte dengan
Hukum tiga tahap perkembangan masyarakat yaitu hukum teologis, hukum
metafisik, dan hukum positivisme.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa hasil pra observasi sama dengan hasil penelitian. Hasil pra observasi menemukan bahwa masyarakat
Daerah Tamba berada pada tahap metafisik. Setelah peneliti melakukan penelitian lapangan benar bahwa Masyakat Daerah Tamba berada dalam tahap metafisik
dimana tahap metafisik Menurut Comte dalam Maliki 2012 : 62 dalam tahap ini
Universitas Sumatera Utara
bahwa masyarakat percaya pada kekuatan abstrak dan bukan pada kekuatan yang meniru gambaran Tuhan Personifikasi sebagai sumber kekuatan atau realitas
sosial. Dalam tahap ini bahwa sumber kekuatan dunia ini bersumber dari hasil spekulasi manusia dengan menggunakan akal budi yang mereka miliki, sehingga
diperoleh pengertian-pengertian metafisis. Prinsip-prinsip tentang realitas, fenomena, dan berbagai peristiwa dicari dari alam itu sendiri. Tahap ini sebenarnya
disebut tahap transisi, yaitu tahap peralihan dari teologi menjadi metafisis. Didalam tahap ini manusia hanya bisa berspekulasi atau berfikir abstraksi. Masyarakat dalam
tahap ini belum bisa membuktikan berfikir empiris tentang apa yang mereka pikirkan. Dalam tahap ini kepercayaan kepada hal- hal yang bersifat abstrak dan
spekulasi masih berkembang dalam kehidupan sehari-hari dikalangan sebagian besar masyarakat. Kepercayaan pada hal- hal yang bersifat spekulatif ini berkembang pada
negara-negara yang belum modern, sebab mereka hanya memiliki akal budi untuk menyatakan suatu realitas sosial yang terjadi dan tidak memiliki kemampuan
mencari suatu kebenaran.
Masyarakat Daerah Tamba memiliki kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang atau yang biasa disebut dengan kepercayaan animisme, percaya pada
kekuatan-kekuatan benda yang disebut sebagai dewa, namun masyarakat Daerah Tamba percaya pada agama setelah masuknya agama modern. Masyarakat Daerah
Tamba berada pada tahap metafisik dapat juga dilihat dari perkembangan teknologi- teknologi di masyarakat, percaya pada ilmu pengetahuan, dan memiliki pendidikan
yang tinggi. Hal ini dapat kita lihat menurut hasil wawancara yang saya lakukan bahwa masyarakat Daerah Tamba mempercayai adanya Tuhan melalui masuknya
agama, percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun demikian, mereka tidak meninggalkan kekuatan-kekuatan supernatural karena merupakan bagian
Universitas Sumatera Utara
tradisi atau kebiasaan masyarakat Daerah Tamba yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Jadi masyarakat tidak bisa terlepas dari kepercayaan terhadap roh
animisme dan benda dinamisme sebagai bentuk penghargaan tehadap para
leluhur zaman dahulu.
Hal ini diketahui dari hasil melakukan wawancara dengan masyarakat Daerah Tamba yang mempercayai tempat keramat. Untuk lebih jelas berikut hasil
wawancara peneliti dengan salah satu informan ketika ditanya seputar tentang tahap
pengembangan masyarakat yaitu J.U Tamba Laki-laki, 75:
“..sittong doi au sandiri dang boi maninggalhon haporseaon nadimemehon ni akka natua-tua naparjolo. Molo didok Tuhan Jesus
do dalan holan Jesus do dalan ni hangoluan, molo i dang boi parsoadaon alai marhite akka natua-tua naparjolo do au mananda
Tuhan i. Anggo so adong natua-tua i dang lao tandaon Tuhan sipalua i. Molo didokpe hami nahatinggalan jaman dang parsolan i di au
dohot akka sipasolhot. Makkahaporseai akka hau dohot akka begu ni opung na parjolo lapatana namamuji Tuhan Debata do hami
disi.Marhite Debata dilean ma bisuk tu akka jolma asa bisuk akka jolma nadiportibion mangulahon hata ni Tuhan i.
Artinya “..saya sebagai penganut kepercayaan ini tidak bisa meninggalkan
kepercayaan zaman dahulu yaitu kepercayaan yang sudah ditanamkan oleh orang tua saya sejak kecil. Jika dibilang Tuhan adalah jalan
kehidupan secara kristen itu adalah benar\dan saya tidak menyangkalnya, tetapi melalui orang tua zaman dululah saya
mengenal Tuhan. Tanpa ada orang tua, saya tidak akan mengenal atau mengetahui siapa itu Tuhan sebagai penyelamat manusia. Jika saya
disebut orang terbelakang atau ketinggalan zaman itu tidak masalah bagi saya dan keluargaku. Mempercayai benda- gaib dan roh nenek
moyang berarti saya sudah menghormati dan memuliakan Tuhan. Tuhan memberikan ilham untuk kita supaya kita manusia di dunia
bijak untuk mengartikan dan menjalankan firman Tuhan..”
Hasil wawancara tanggal 11 November 2013
Informan menyatakan bahwa beliau mempercayai tempat keramat, tetapi bukan berarti tidak percaya kepada Tuhan sebagai sumber penyelamat hidup.
Informan mempercayainya bukan berarti melupakan Tuhan tetapi beliau masih memegang kuat nilai- nilai yang telah diwariskan oleh para orang tua zaman dahulu
Universitas Sumatera Utara
yang selalu mereka hargai. Berikut hasil wawancara dengan salah satu informan dengan tokoh adat yaitu J. Tamba Laki-laki, 62.
“…Disomba hami pe hau manang aek i dang gabe mambaen gana- gana ni Tuhan, alai marhite hau dohot aek i ma hami mangelek tu
Tuhan asa dilean parhitean tu akka siseanna. Unang gabe ala disomba aek manang hau igabe di dok dang porsea tu Tuhan, alai ima salah
satu bentuk manomba Tuhan sipalua i. Makkaporseai akka begu ni opung na jolo i ma bentuk pasanggapon nami tu nasida naung akka
parjolo i. Tuhan pe diajarhan do hita asa pasangapon natua-tuata be songon na dipatik palimahoni. Dang boi be dibereng hami natua-tua
nami diportibion gabe songoni ma dibaen bentuk pasangapon tu nasida. Songon nima dalanna boasa hami makhaporseai akka hau
manang aek dohot akka begu ni opung najolo…” Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2013
Artinya “…Saya menyembah benda gaib seperti pohon dan air bukan berarti
menduakan Tuhan, tetapi melalui penyembahan inilah kami meminta kepada Tuhan supaya diberikan Tuhan berkat sama hambanya yang
meminta. Jika dibilang bahwa mnyembah benda gaib atau roh tidak mempercayai Tuhan, itu tidak bisa kami terima tetapi melalui
penyembahan inilah saya menyembah Tuhan. Mempercayai roh nenek moyang dan benda gaib adalah bentuk penghormatan kepada orang
tua seperti yang difirmankan Tuhan dalam titah kelima agama Kristen menghormati orang tua. Saya tidak bisa melihat mereka di dunia ini
lagi secara langsung, untuk itu dengan bentuk seperti inilah saya menyembahnya sebagai rasa hormat kami kepada mereka. Seperti
itulah alasan mengapa saya dan masyarakat disini masih bertahan pada kepercayaan ini…”
Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2013
Sejalan dengan yang diungkapkan oleh tokoh adat masyarakat Daerah Tamba yaitu J.Tamba, Hal ini juga senada dengan yang disampaikan oleh tokoh agama yang
menjadi salah satu informan sebagai penganut kepercayaan ini yaitu M.Tamba Laki-laki, 60 menyatakan:
“..Haporseaoni dang boi dijokkali akka jolma na diportibi on, mamereng haporsaon ni Molo jolma na diluat ni Tamba on sampe
sadarion dang boi maninggalhon haporsean na tu akka opung na parjolo, Alana mulai dakdanak nunga dimemehon akka natua-tua na
be didia na denggan na gabe diihuthon akka gellengna be sampe sadarion. Molo di luat Tamba on nunga masuk be agama i alai nang
pe naung masuk agama i sampe sadarion akka hau dohot begu ni opung naparjolo tong do dihaporseai namangalean gogo tu akka
keturunanna. Makkaporseai akka hau dohot begu ni opung parjolo dang na gabe mangalo hata ni Tuhan i, alai marhite hata ni Tuhan i
Universitas Sumatera Utara
do hami makkaporseai i. Tuhan makatahon molo hita ikkon pasangapon ta natua-tua ta, alani do sampe sadari on disomba hami
ma akka naua-tua naparjolo namaringan di dolok-dolok on dohot dibona ni hau on. Mulai najolo sampesadarion molo haporseaon i
dang bo.i di tinggahon sian parngoluon name..” M.Tamba.
Artinya “..Kepercayaan seseorang terhadap Tuhan tidak bisa diukur oleh
orang lain yan ada di dunia ini. Masyarakat Daerah Tamba dari dahulu hingga sekarang tidak bisa meninggalkan kepercayaan
terhadap tempat keramat, karena dari sejak kecil para orang tua sudah mengajarkan mana yang baik untuk diikuti dan dilaksanakan
yang hingga sekarang masing dipegang kuat oleh para generasinya. Masyarakat Daerah Tamba sudah lama mengenal agama, namun
meskipun agama sudah masuk kepercayaan ini tetap dilaksanakan dan dipegang kuat oleh masyarakat sebagai sumber kehidupan bagi
generasinya. Mempercayai Roh dan benda gaib bukan berarti melawan ajaran Tuhan , tetapi karena firman Tuhan yang
mengajarkan supaya menghormati orang tua sehingga kami mempercayainya dan kekuatan Tuhan berikan melalui benda-benda
dan roh nenek moyang dulu yang bertempat tinggal di gunung dan di sumur. Sehingga kepercayaan itu tetap kami pertahankan dalam
hidup kami sampai saat ini. M.Tamba Hasil wawancara 12 November 2013.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa masyarakat mempercayai Tuhan setelah masuknya agama modern, tetapi mereka tidak
meninggalkan kebiasaan atau nilai-nilai yang sudah ada sejak dulu yaitu berupa kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka sebagai warisan nenek moyang.
Jika Informan masih mempercayai hal demikian bukan berarti mereka tidak menerima perubahan yang ada. Masyarakat di Daerah ini tetap mau menerima
perubahan seperti mengenal ilmu pengetahuan dan menerima masuknya teknologi. Masyarakat sangat terbuka dengan perubahan yang ada. Hal ini dapat kita ketahui dari
pengakuan salah seorang informan. Mempercayai tempat keramat belum tentu masyarakat ketinggalan
jaman, buktinya anak masyarakat disini bisa memiliki pendidikan yang tinggi
, memiliki TV,HP, bahkan udah bisa main internet, berarti ga ketinggalan kan?
Jaraden Sinaga Wawancara tanggal 8 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh seorang mahasiswa yang sedang kuliah di Universitas Sriwijaya.
Banyak yang bilang kampung saya kolot, tidak tau perkembangan zaman, saya tantang itu loh,,karena apa? Yah,, mempercayai tempat
keramat bukan berarti jadi ketinggalan zaman, saya bisa merasakan perubahan yang terjadi di kampung saya, bagaimana saya bisa
berkomunikasi dengan orang tua kalau bukan karena HP yang kami miliki sekarang
. Nova Tamba Dari hasil wawancara beberapa informan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa masyarakat Daerah Tamba berada pada tahap metafisik dimana mereka diantara tahap teologis dan tahap positivis, seperti yang yang dikatakan Aguste Comte
dalam Maliki 2012:62 Masyarakat yang berada pada tahap metafisik adalah masyarakat yang berada pada tahap transisi yaitu dari tahap teologis yang percaya
akan kekuatan supernatural menjadi masyarakat yang berfikir spekulasi dengan menggunakan akal budi yang mereka miliki. Meskipun masyarakat sudah bisa
menerima perubahan yang berupa ilmu pengetahuan dan teknologi mereka belum bisa berpikir empiris atau membuktikan apa yang mereka pikirkan tetapi mereka hanya
bisa berspekulasi terhadap roh nenek moyang.
5.2. Kepercayaan masyarakat Daerah Tamba