Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh seorang mahasiswa yang sedang kuliah di Universitas Sriwijaya.
Banyak yang bilang kampung saya kolot, tidak tau perkembangan zaman, saya tantang itu loh,,karena apa? Yah,, mempercayai tempat
keramat bukan berarti jadi ketinggalan zaman, saya bisa merasakan perubahan yang terjadi di kampung saya, bagaimana saya bisa
berkomunikasi dengan orang tua kalau bukan karena HP yang kami miliki sekarang
. Nova Tamba Dari hasil wawancara beberapa informan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa masyarakat Daerah Tamba berada pada tahap metafisik dimana mereka diantara tahap teologis dan tahap positivis, seperti yang yang dikatakan Aguste Comte
dalam Maliki 2012:62 Masyarakat yang berada pada tahap metafisik adalah masyarakat yang berada pada tahap transisi yaitu dari tahap teologis yang percaya
akan kekuatan supernatural menjadi masyarakat yang berfikir spekulasi dengan menggunakan akal budi yang mereka miliki. Meskipun masyarakat sudah bisa
menerima perubahan yang berupa ilmu pengetahuan dan teknologi mereka belum bisa berpikir empiris atau membuktikan apa yang mereka pikirkan tetapi mereka hanya
bisa berspekulasi terhadap roh nenek moyang.
5.2. Kepercayaan masyarakat Daerah Tamba
Masyarakat Daerah Tamba adalah masyarakat yang percaya akan adanya tempat keramat sebagai warisan dari para leluhur Nenek moyang. Meskipun
masyarakat Daerah Tamba memiliki agama sebagai jalan keselamatan namun, masyarakat hingga pada saat ini masih mempercayai tempat keramat dalam kehidupan
mareka. Masyarakat yang mempercayai tempat keramat adalah masyarakat yang setiap hari minggunya ke gereja untuk beribadah. Mereka mempercayai tempat
keramat, tetapi mereka tetap aktif beribadah dan berdoa meminta berkat dari Tuhan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang informan bahwa kepercayaan adalah ketika kita mengimani sesuatu hal dan berarti atau bermanfaat
bagi diri kita. Kepercayaan itu tidak dibuat-buat, tetapi kepercayaan bersumber dari kepribadiaan kita masing untuk sesuatu hal. Hal ini diperkuat oleh jawaban informan
yaitu Bapak O. Lbn.Gaol menyatakan bahwa:
“..Jolma na Makhaporseai keramat dang gabe dang manghaporsai Tuhan ale sude nai tergantung tu akka namanhaporseai do. Tempat
keramat ido gabe parhitean dibaen akka jolam mamuji debata. Molo porsea hita tempat I gabe hangoluan sian debata bah……akka aha
natapingido ikkon do tajalo. Ima molo tahaporsea i...”
Artinya “..Mempercayai tempat keramat belum tentu tidak percaya kepada
Tuhan sebagai penguasa alam semesta, tetapi saat kita percaya bahwa tempat keramat bisa dijadikan sebagai wadah menuju kesalamatan
maka itu akan terjadi. Mempercayai tempat keramat adalah sebagai jalan yang diberikan Tuhan . mempercayai tempat keramat tergantung
iman setiap orang saat dia percaya tempat itu adalah wadah untuk menyembuhkan penyakit maka itu akan benar-benar terjadi. Jadi
mempercayai bukan asal-asalan mempercayai..” Hasil wawancara 14 November 2013
Dari hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa masyarakat Daerah Tamba menyatakan bahwa kepercayan mereka terhadap tempat keramat merupakan suatu
pemikiran yang subjektif, bahwa suatu benda akan memiliki arti bagi dirinya sendiri ataupun kelompok jika, benda tersebut diyakini memiliki kekuatan. Sama halnya
dengan kepercayaan terhadap tempat keramat. Tempat keramat ini bisa tidak memiliki pengaruh apapun bagi kehidupan seseorang jika, tidak mempercayai benda tersebut
memiliki kekuatan. Saat masyarakat berpikir subjektif terhadap suatu benda atau perkara maka dia akan memperoleh nilai subjektif terhadap dirinya. Nilai Subjektif
adalah nilai kualiti yang diterima atau ditolak oleh seseorang individu dengan berdasarkan kepada pandangannya sendiri terhadap sesuatu benda atau perkara.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini juga diperkuat oleh salah satu informan tokoh pendidikan yaitu Ibu Magda yang menyatakan bahwa:
Mempercayai ajaran Tuhan dapat membawa manusia ke jalan yang benar, kalau seseorang percaya. Demikian dengan benda-benda
keramat, benda keramat bisa bermanfaat saat saya misalnya mendapat bantuan. Sejak agama belum masuk ke Indonesia, masyarakat
mempercayai agama terdahulu yaitu dinamisme dan animisme, tetapi setelah agama masuk masyarakat mempercayai Tuhan bukan lagi roh
atau benda. Jadi seandaniya agama tidak masuk, yah masyarakat akan tetap mempercayai dinamisme dan animism. Makanya itu semua
bagaimana kita mengimani suatu benda. Hasil Wawancara 1 Desember 2013
Dari hasil wawancara dengan ibu magda dapat kita lihat bahwa Kepercayaan- kepercayaan tradisional yang ada di Daerah Tamba sebelum masuknya agama-agama
modern. Masyarakat Daerah Tamba masih menganut kepercayaan tradisional sebagai kepercayaan aslinya. Kepercayaan tradisional tersebut yaitu dinamisme dan animisme
yang menyembah pada roh-roh nenek moyang yang mereka anggap masih bersemayam di gunung, sumur, pohon rindang dan tempat-tempat yang dianggap
keramat. Kepercayaan dinamisme yaitu menyembah kepada kekuatan alam atau benda-benda seperti gunung, sumur, dan pohon. Kekuatan-kekuatan ini dijadikan
sebagai penangkal bahaya atau berfungsi sebagai alat memperoleh keselamatan. Namun, setelah masuknya agama modern kepercayaan itu beralih menjadi
kepercayaan monoteisme yaitu kepada Tuhan. Kepercayaan tradisional dijadikan sebagai penghargaan terhadap warisan yang sudah diberikan yang memiliki nilai bagi
masyarakat. Kepercayaan inilah yang dianggap mereka sebagai warisan yang perlu untuk dipelihara dan dijaga. Mukhlis,1995:30.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti melihat bahwa di dalam masyarakat Daerah Tamba terjadi sinkritisme. Sinkritisme adalah perpaduan dua kepercayaan
yang saling berlawanan untuk dijadikan menjadi satu paham. Mempercayai tempat keramat dalam agama adalah suatu hal yang bertentangan dengan ajaran agama
Universitas Sumatera Utara
khususnya agama Kristen. Agama Kristen melarang supaya manusia tidak boleh menyembah benda-benda gaib selain Tuhan. Sumber keselamatan berasal dari Tuhan,
bukan benda-benda gaib atau roh-roh manusia yang telah mati. Dengan adanya sinkritisme ini, akan ada efek-efek tertentu pada tradisi, karena tradisi yang
bercampur dengan nilai- nilai agama sering menimbulkan kesalahpahaman. Jadi disini peneliti berkesimpulan bahwa di masyarakat Daerah Tamba terjadi sinkritisme agama.
5.3. Nilai –Nilai yang diakui oleh masyarakat Daerah Tamba.