“...Sebenarnya kalau kita pikir –pikir apa benar itu sudah pernah terjadi?karena budaya sebenarnya yang
mempengaruhi pola pikir manusia dan kemudian ini kami ikuti. Karena budaya ini saya harus mempercayainya. Kalau dipikir-
pikir ingin rasanya saya membuktikan kebenarannnay tetapi katekutan tersendiri dalam pribadi saya sendiri. Saya kwatir
dikarenakan opini –opini masyarakat yang sangat menakutkan. Tetapi dibalik itu banyak orang menyatakan itu hanyalah
sebagi mitos dalam masyarakat karena itu jaman dulu, dan tidak pernah lagi terjadi sekarang. Seandainya itu benar
terjadi saya akan semakin yakin. Kita tidak tau apakah jaman dulu itu benar terjadi atau tidak karena cerita yang kami
dengar dan mungkin itu cerita juga yang didengar orang tua dari nenek moyang mereka. Itu aja sich menurutku...” Andro
Naibaho Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2013
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa ada 3 faktor yang melatarbelakangi masyarakat mempercayai tempat keramat ini yaitu tradisi
kebiasaan, agama primitif sebagai sumber keselamatan, dan mitos yang berkembang di masyarakat. Ketiga faktor inilah yang mempengaruhi atau yang melatarbelakangi
masyarakat percaya pada tempat keramat hingga saat ini. Mempercayai tempat keramat ini tidak tertutup kemungkinan bagi masyarakat yang memiliki pendidikan
tinggi. Kepercayaan ini dipercayai masyarakat, baik masyarakat yang pendidikan rendah maupun masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi. Ketiga faktor ini yang
berpengaruh membentuk perilaku masyarakat, hingga masyarakat taat untuk melakukan peraturan yang berlaku di masyarakat.
5.6.3. Melestarikan Tradisi Nenek Moyang .
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam kalangan masyarakat tradisional pengaruh dan keterikatan pada nilai- nilai tradisi sangat kuat. Disana hampir tidak
terdapat pemisahan yang jelas antara ha-hal yang religius dan profan. Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat diyakini sebagai kegiatan yang bersifat sosial
religius. Banyak tradisi terancam hancur dan musnah justru oleh ketidakpedulian para pemiliknya artinya, kita tidak boleh berhenti pada tahap pengungkapan rasa prihatin
saja, tetapi diharapkan adanya partisipasi dalam melestarikan tradisi tersebut. Tradisi dapat terlestari dengan baik, apabila tradisi tersebut dijaga dan dipertahankan oleh
masyarakat. Tradisi adalah bentuk pewarisan para nenek moyang kepada generasinya supaya dijaga, dipertahankan, dan diwariskan kepada generasi selanjutnya yang
memiliki nilai yang sangat berharga di masyarakat khususnya masyarakat yang masih memegang nilai-nilai tradisional. Untuk melestarikan tradisi kebiasaan yang
diwariskan nenek moyang, masyarakat berusaha untuk melakukan usaha. Demikian dengan masyarakat Daerah Tamba, Untuk mempertahankan
kepercayaan ini masyarakat tetap melestarikan tradisi atau kebiasaan yang diwariskan nenek moyang. Mempertahankan kepercayaan merupakan nilai yang sangat berharga
bagi masyarakat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat daerah sekitar. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat Daerah Tamba untuk melestarikan tradisi nenek
moyang mereka yang sampai saat ini masih dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan.
“...Untuk melestarikan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kami, kami hanya berusaha untuk menjaga sikap dan
tindakan kami. Mematuhi semua peraturan yang berlaku dan mau mendengar larangan ataupun anjuran yang diberikan oleh
orang tua cukup hanya itu saja. Jika dilarang menebang pohon ataupun mengambilnya kami tidak megambilnya, jika
disarankan untuk bersikap sopan kami bersikap sopan. Hal-hal yang seperti itu yang kami lakukan..” Hanni Tamba
Wawancara pada tanggal 18 November 2013
Universitas Sumatera Utara
Hal ini juga senada dengan yang disampaikan oleh kepala Desa Janjimaria seputar upaya untuk melestarikan tradisi nenek moyang.
“…Dari zaman dahulu hingga pada sekarang ini, hal yang dilakukan masyarakat untuk melestarikan tradisi ini adalah
menjalankan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Jika masyarakat tidak melanggar peraturan yang ada, saya rasa
kita akan aman-aman saja dan tidak ada masalah cukup hanya menjalankan semua peratuaran yang berlaku
…” Jasa Haro Munte
Hasil wawancara 23 Desember 2013. Sejalan dengan hasil wawancara dengan Kepala Desa Janjimaria, hal yang
sama juga diungkapkan oleh kepala Desa Tamba Dolok yaitu Ibu Merika Tamba yang menyatakan bahwa:
ada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh para orang tua zaman dahulu terhadap tempat keramat ini yaitu berupa
penyembahan yang dilakukan oleh masyarakat. Saat meminta bantuan kepada penghuni tempat tersebut kita tidak hanya
menjaga sikap tetapi kita juga melakukan beberapa tindakan yaitu berupa upacara, membuat sesajen, Pembacaan doa, dan
sebagainya.
Merika Tamba Hasil wawancara tanggal 3 Januari 2014
Sejalan dengan hasil wawancara diatas maka peneliti melihat bahwa untuk
mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat, masyarakat harus ikut serta dalam melestarikan tradisi nenek moyang dengan cara menjaga perilaku masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh Krech dalam Rusli Ibrahim 2001 Perilaku sosial itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal
balik antar pribadi. Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, dan keyakinan terhadap sesuatu hal. Dari hasil wawancara dengan informan tersebut dapat
kita lihat apa saja tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk perilaku masyarakat terhadap tempat keramat yaitu:
1. Melaksanakan upacara.
Universitas Sumatera Utara
Upacara akan dilakukan setelah persiapan upacara sudah lengkap. Persiapan tersebut yaitu dengan membawa perlengkapan upacara seperti napuran Daun sirih,
tinopingan Beras yang diwarnai dengan kunyit. Upacara ini dilakukan dengan
bersamaan oleh para pengunjung. Upacara ini dilakukan oleh orang yang memiliki kepentingan terhadap tempat keramat yang dilakukan secara bersamaan. Tujuan
daripada upacara ini untuk memohon dan meminta keselamatan serta berkah bagi kelurga atau sekaligus meminta kesembuhan dalam menghadapi penyakit.
Informan kunci yang telah ditentukan menuturkan pendapat mereka mengenai pelaksanaan upacara.
“…Molo naeng mangelek hami ikkon diparrohahon do sude akka perlengkapan na porlu, Alana akka perlengkapan on
porlu do, molo adong na hurang apala sada, hami dang boi mamele. Ikkon jolo lengkap do sude baru pe dimulai
…” J.Tamba
Hasil wawancara tanggal 11 November 2013
Artinya “…Perlengkapan upacara sangat kami perhatikan, karena
perlengkapan ini sangat dibutuhkan saat upacara supaya upacara berjalan dengan sempurna. Upacara tidak akan
dilanjutkan saat alat untuk melakukan upacara tidak lengkap. Maka pengunjung harus berusaha untuk melengkapi peralatan
tersebut…
” J.Tamba
Hasil wawancara tanggal 11 November 2013. 2.
Pembacaan Doa pembukaan Pada Tahap ini upacara akan dilakukan dengan membaca doa pembukaan.
Saat pembacaan upacara sedang berlangsung seluruh peserta dalam keadaan mengheningkan cipta serta ikut membaca doa dalam hati. Isi doa penyembahan
tersebut adalah doa permohanan kepada para penghuni tempat keramat. Setelah pembacaan doa selesai pemimpin doa menyuruh bagi setiap orag supaya meletakkan
daun sirih tersebut ke tempat keramat tersebut, agar harapan mereka dapat
Universitas Sumatera Utara
dikabulkan. Misalnya keinginan untuk mendapat rejeki yang melimpah, kesehatan, dan keinginan memperoleh keturunan.
Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan. “...Molo hita manjalo rohape ikkon mangelek, pasahat on ta
nadirohantai, dohot lapatanna, ikkon adong do tangian pangelekon tu akka oppung naparjolo i molo hita naeng
mangido asa ditangihon pangidoanta i.O.lbn Gaol Artinya
“...Saat kita mau meminta, kita harus memohon. Kita sampaikan apa yang ada dalam hati kita. Kita harus ada doa
permohonan kepada nenek moyang kalau kita mau meminta supaya keinginan kita bisa terkabul...”O.lbn Gaol
Hasil wawancara 14 November 2013
5.6.4. Faktor Pendukung dan penghambat dalam melestarikan Tradisi nenek moyang.