Peruntukan Harta Wakaf
D. Peruntukan Harta Wakaf
Para fuqaha telah merumuskan beberapa ketentuan wakaf, yang secara garis besar bertujuan sebagai berikut:
a. Agar wakaf itu ditujukan untuk satu kebaikan.
b. Agar wakaf itu diketahui kapan mulai diwakafkan, tanpa mesti diketahui sampai kapan benda itu diwakafkan.
c. Benda wakaf tidak boleh dikembalikan kepada si pemberi wakaf. Ini berbeda dengan yang disimpulkan oleh ulama Ahnaf yang membolehkan si wakif mengambil kembali wakafnya.
d. Agar wakaf diberikan kepada yang mungkin bisa memiliki hak untuk memanfaat-kannya seperti manusia atau lembaga. 153
Dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 dijelaskan tentang fungsi wakaf, yaitu untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini yang tentunya akan menjadi sasaran pokok dan perhatian pengelola. Ini pula yang menjadi pertimbangan pentingnya benda wakaf itu dikelola oleh lembaga Negara, dalam hal ini BWI secara langsung. Atau lembaga-lembaga lain yang independen, bukan afiliasi dari salah satu ormas. Dapat dibayangkan, apabila benda wakaf itu dikelola oleh suatu ormas, maka
153 Ibid., hlm. 26 153 Ibid., hlm. 26
Di samping niat dan dorongan wakif yang mengharapkan mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya, mereka pun berkeinginan agar wakafnya bermanfaat bagi masyarakat banyak dengan interval waktu yang tidak terbatas. Selanjutnya dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 disebutkan bahwa dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi:
a. Sarana dan kegiatan ibadah;
b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;
c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa;
d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau
e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan. Di dalam beberapa literatur sebagaimana ditulis Masykuri Abdillah, tujuan peruntukan harta wakaf itu adalah untuk:
a. Tujuan ukhrawi, yaitu bahwa pelaku wakaf berharap agar wakafnya itu diterima dan diberi balasan oleh Allah berupa pahala serta dihapuskan dosa- dosanya.
b. Keperluan keluarga, artinya bahwa ketika wakaf itu diperuntukan untuk ketu- runannya, agar mereka tidak menjualnya tapi diambil manfaatnya untuk semua keluarga. Wakaf ini menjadi jaminan bagi kelangsungan masa depan keturunan-nya.
c. Melestarikan keilmuan, yaitu harta wakaf dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, baik itu untuk membangun sekolah maupun untuk menggaji para pengajarnya.
d. Tujuan sosial, di mana wakaf digunakan untuk membantu masyarakat yang kekurangan.
e. Kesehatan masyarakat, yaitu harta wakaf digunakan untuk membangun rumah sakit dan semua biaya oprasionalnya.
f. Pertahanan dan keamanan, yaitu harta wakaf digunakan untuk keperluan militer, berikut pendidikan militernya. 154
g. Pelestarian lingkungan hidup. Wakaf ini menunjukkan bahwa kesejahteraan manusia juga harus didukung keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup di sekitar. Perbaikan masyarkat tanpa dibarengi pelestarian lingkungan, tentu perbaikan tersebut berjalan dengan paradoks. Karena itu, harus seimbang. Misalnya, wakaf tanah terbuka hijau di tengah perkotaan, wakaf sungai dan salauran air, serta wakaf untuk burung-burung merpati seperti di Masjidil Haram, Makkah.
h. Fasilitas umum, seperti wakaf sumur dan sumber mata air. Ini bisa dijumpai di tepi-tepi jalan yang bisa menjadi lalu lintas jamaah haji yang datang dari Iraq, Syam, Mesir, dan Yaman, serta kafilah yang bepergian menuju India dan Afrika. Di antara sumur-sumur itu, terdapat wakaf sumur Zubaidah, isteri Harun al-Rasyid, khalifah pemerintahan Abbasiyah. Wakaf yang termasuk bentuk ini adalah wakaf jalan dan jembatan. 155
Pada dasarnya pemanfaatan benda wakaf itu harus sesuai dengan ketetapan dari wakif. Kecuali apabila pihak wakif tidak memberikan persyaratan peruntukan atau kemauan yang diharapkan dari benda wakaf itu. Ketentuan itu diatur dalam Pasal 23 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004. Dalam pasal itu disebutkan bahwa penetapan peruntukan harta benda wakaf dilakukan oleh wakif pada saat pelaksanaan ikrar wakaf. Tetapi ketika wakif tidak menetapkan peruntukan benda yang diwakafkanya, maka nadzir dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf pada umumnya.