Pengertian dan Konsep Haji-Umrah
A. Pengertian dan Konsep Haji-Umrah
1. Pengertian dan Konsep Haji
Secara etimologi, haji berarti menuju sesuatu. Laits dan Khalil sebagaimana dikutip Majelis Tertinggi Urusan Ke-Islaman Mesir mengatakan, makna asal dari haji itu menurut bahasa ialah mengunjungi sesuatu yang Anda
muliakan. 97 Menurut istilah syara‘, haji ialah sengaja berkunjung ke Baitul Haram untuk mengagungkannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu. 98 Makna berkunjung ke Baitul Haram itu berarti menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu
pula. Adapun yang dimaksud dengan tempat-tempat tertentu dalam pengertian di atas, yaitu Ka‘bah, Mas‟a (tempat sa‘i), Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Dalam konteks haji, waktu tertentu memiliki pengertian sebagai bulan-bulan haji yang dimulai sejak bulan Syawal sampai dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Sedangkan yang dimaksud dengan amalan ibadah tertentu ialah thawaf, mengelilingi ka‘bah; sa‘i, lari-lari kecil antara shofa dan marwah; wukuf, tinggal sejenak untuk berdzikir dan bertafakur di Padang Arafah; mabit, yaitu transit untuk mengambil batu-batu kerikil di Muzdalifah; melontar jumrah di Jamarat; dan mabit di Mina.
Pada masa Jahiliyah tempo dulu, masyarakat Arab telah mengenal ibadah haji yang mereka warisi secara turun menurun dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan di sana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa‘i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya dalam praktiknya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syari‘at
97 Majelis Tertinggi Urusan Ke-Islaman Mesir. Sunnah-Sunnah Pilihan Haji dan Umrah (Bandung: Angkasa, 2007) hlm.3.
98 Ibid ., hlm.4.
yang telah diturunkan sebelumnya. Karena itu, agama Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan dianggap menyimpang dengan tetap komitmen menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara‟ (syariat), sebagaimana yang diatur dalam Al- Qur‘an dan Al-Hadis.
Landasan historis kewajiban melaksanakan ibadah haji itu didasarkan atas ibadah serupa yang dilaksanakan oleh para nabi terdahulu, terutama Nabi Ibrahim AS. (nabinya agama tauhid). Begitu pula rangkaian ibadah yang lainnya seperti thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum Nabi Ibrahim AS. Hal yang sama juga berkaitan dengan ibadah sa‘i, yaitu berlari-lari antara Bukit Shafa dengan Bukit Marwah (daerah tinggi di sekitar Ka‘bah yang sekarang sudah menjadi satu dengan Masjidil Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual isteri Nabi Ibrahim AS, yang
bernama Siti Hajar ketika mencari air untuk anaknya, Nabi Ismail AS. 99 Dalam ajaran Islam, ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima
setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menurut hadis Ibnu Majah yang diriwayatkan oleh Thalhah bahw asanya Rasulullah SAW. bersabda: ―Haji itu hukumnya seperti jihad (wajib). Sementara ‗umrah adalah sunah.‖ 100 Setiap Muslim diwajibkan berhaji sekali sepanjang hidup, jika memiliki sarana untuk melaksanakannya. Untuk memahami beberapa signifikansi haji, orang perlu ingat bahwa kapal laut, kapal terbang dan mungkin produk lainnya bisa merupakan produk seratus tahun yang lalu. Namun lebih dari 1300 (seribu tigaratus) tahun yang lalu sebagian besar kaum Muslimin melakukan perjalanan ke Makkah berjalan kaki, atau mungkin naik kuda atau onta. Tetapi saat ini, orang dapat pergi ke Makkah dalam beberapa jam dari semua arah dan tempat di dunia. Dulu, sebagian besar kaum Muslimin berusaha memenuhi syarat-syarat berat untuk melakukan perjalanan haji. Karenanya, mereka dipersiapkan untuk menghadapi
99 A l-Khatib Al-Syarbini. al- Iqna‟ fi Hall Alfazh Abi Syuja‟, Juz I, (t.th.), hlm. 215. 100 Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi. Ensiklopedia Imam Syafi‟i: Biografi dan
Pemikiran Mazhab Fiqih Terbesar Sepanjang Masa , t erjemahan Usman Sya‘roni, Cetakan I, (Jakarta: Hikmah, 2008), hlm. 516.
kematian. Mereka berasumsi tidak akan pernah kembali, dan membuat semua persiapan untuk menuju akhir tersebut. 101
Dibandingkan dengan rukun-rukun Islam lainnya yang kewajiban dan pelaksanaannya selama hidup, selama hayat dikandung badan, menunaikan ibadah haji sangat berbeda dengan ibadah-ibadah vertikal yang lain. Hal itu dikarenakan ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup bagi Muslim yang telah memenuhi kriteria istitha‟ah (kemampuan), baik kemampuan material, fisik, maupun keilmuan. Di samping itu, ibadah haji merupakan ibadah tahunan--musiman yang dilaksanakan oleh umat Islam sejagat dengan berkunjung dan melaksanakan kegiatan ritual di tanah suci Makkah, Madinah, dan wilayah sekitarnya pada waktu tertentu, yakni pada bulan Dzulhijjah, yang biasa dikenal dengan bulan haji atau bulan Rayagung. Sehubungan dengan hal itu, ibadah haji dapat juga disebut dengan ibadah yang unique, yang tidak semata dilihat dari bentuk ritualnya, tetapi juga karena pelaksanaan ibadah ini melibatkan unsur-unsur lain di luar aspek ritual agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, sehingga seorang akan pulang dengan predikat haji yang mabrur. 102 Dengan kata lain, unsur-unsur di luar ritual ibadah haji yang menunjang
suksesnya pelaksanaan rukun Islam kelima itu tidak boleh dikesampingkan sedikit pun.
2. Pengertian dan Konsep Umrah
Secara etimologi, umrah mengandung pengertian ―berkunjung‖. Menurut Azhari sebagaimana dikutip Majelis Tertinggi Urusan Ke-Islaman Mesir, bahwa
umrah bermakna ―mengadakan kunjungan ke tempat yang ramai.‖ 103 Sementara menurut terminology, ibadah umrah berarti berkunjung ke Ka‘bah untuk
melakukan serangkaian ibadah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Ibadah umrah yang waktu pelaksanaannya lebih luas dan lebih bebas, tidak
Sachiko Murata, William C. Chittick. The Vision of Islam, Cetakan I, (Yogyakarta: Suluh Press, 2005), hlm. 25-26.
102 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, 103 (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 154.
Majelis Tertinggi Urusan Ke-Islaman Mesir. Op.Cit., hlm. 4.
dibatasi oleh bulan-bulan tertentu saja. Melaksanakan ibadah umrah disunahkan bagi Muslim yang memiliki kemampuan. Ibadah umrah dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah dan hari-hari tasyrik, mulai tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah. 104
Ketentuan dan kaifiyat ibadah umrah ini mirip dengan ibadah haji, yang dilaksanakan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan ritual ibadah di kota suci Makkah al-Mukaramah, khususnya di Masjidil Haram. Dilihat dari dimensi syari'ah, ibadah umrah berarti melaksanakan thawaf, mengelilingi Ka'bah dan sa'i, lari-lari kecil antara bukit Shofa dengan bukit Marwah, dengan menggunakan pakaian ihram yang kaifiyatnya dimulai dari Miqat. Ibadah umrah ini sering disebut juga dengan haji kecil, sehingga orang Islam yang sudah menunaikan ibadah umrah dapat dipanggil ―haji kecil‖, al-haj al-shagir.
Adapun perbedaan antara umrah dengan haji adalah terletak pada segi waktu dan dimensi tempat. Ibadah umrah waktunya lebih luas, sehingga dapat dilaksanakan pada setiap waktu, kapan saja, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun, tetapi hanya di lingkungan Makkah. Sedangkan ibadah haji waktu pelaksanaannya terbatas, yaitu hanya dapat dilaksanakan pada beberapa waktu tertentu, yakni di antara tanggal 8 sampai dengan 12 Dzulhijjah, yang pelaksanaannya dilakukan sampai ke luar wilayah kota Makkah.