2. Faktor keadaan pasar adalah kemampuan pembeli oleh calon pembeli apakah calon pembeli kuat atau tidak. Hal ini perlu diperhatikan karena secara tidak
langsung mempengaruhi keberhasilan pemasaran. Begitu pula pendapatan dan pengeluaran negara yang tidak stabil ini akan mempengaruhi daya beli
masyarakat dan organisasi perusahaan. 3. Faktor finansial, setiap aktivitas biasanya membutuhkan modal. Karena modal
digunakan untuk menggerakkan kegiatan, dimana perusahaan perlu memperkenalkan produknya kepada pembeli sehingga menarik perhatian
mereka, dan kesempatan ini digunakan untuk menyampaikan kualitas produk dan keistimewaan kepada calon pembeli.
4. Faktor organisasi perusahaan, yaitu terutama struktur organisasinya ikut mempengaruhi keberhasilan penjualan seperti meningkatkan efisiensi dan
menaikkan produkfitasnya. Pada perusahaan besar, biasanya permasalahan penjualan khususnya ditangani oleh satu bagian tertentu. Bagian ini
mengkhususkan diri untuk mencari alternatif yang baik untuk meningkatkan penjualan.
5. Faktor promosi. Promosi juga ikut mempengaruhi keberhasilan penjualan. Oleh karena itu organisasi yang berani menyediakan dana yang besar untuk promosi,
akan menaikkan tingkat penjualannya, karena promosi adalah alat untuk memperkenalkan produknya kepada masyarakat konsumen.
2.7 Jenis- Jenis Penjualan
Menurut Swastha 1989:11 menyatakan jenis-jenis penjualan terdiri dari 5 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Trade Selling Trade selling dapat terjadi bilamana produsen dan pedagang besar
mempersilakan pengecer untuk berusaha memperbaiki distributor produk- produk mereka. Hal ini melibatkan para penyalur dengan kegiatan promosi.
Jadi titik beratnya adalah pada “penjualan melalui” penyalur dari pada “penjualan ke” pembeli akhir.
2. Missionary Selling Dalam missionary selling, penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong
pembeli untuk membeli barang-barang dari penyalur perusahaan. Di sini, wiraniaga lebih cenderung pada “penjualan untuk” penyalur. Jadi, wiraniaga
sendiri tidak menjual secara langsung produk yang ditawarkan, misalnya penawaran obat kepada dokter.
3. Technical Selling Technical selling berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran
dan nasehat kepada pembeli akhir dari barang dan jasanya. Dalam hal ini, tugas utama wiraniaga adalah mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah
yang dihadapi pembeli serta menunjukkan bagaimana produk atau jasa yang ditawarkan dapat mengatasi masalah tersebut.
4. New Business Selling New business selling berusaha membuka transaksi baru dengan merubah calon
pembeli menjadi pembeli. Jenis penjualan ini sering dipakai oleh perusahaan asuransi.
Universitas Sumatera Utara
5. Responsive Selling Setiap tenaga penjualan diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap
permintaan pembeli. Dua jenis penjualan utama di sini adalah route driving dan retailing. Para pengemudi yang menghantarkan susu, roti, gas untuk keperluan
rumah tangga, para pelayan di toko pakaian, toko spesial, merupakan contoh dari jenis penjualan ini. Jenis seperti ini tidak akan menciptakan penjualan
yang terlalu besar meskipun layanan yang baik dan hubungan pelanggan yang menyenangkan dapat menjurus kepada pembelian ulang.
2.8 Penelitian Terdahulu
Kemala Pasha Siagian 2011, dengan judul Pengaruh Insentif Profit Sharing dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT. Perkebunan
Nusantara III Persero Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh insentif profit sharing dan iklim kerja terhadap kinerja
pegawai pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, serta untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh fleksibilitas, responsibilitas, standars
kerja, dan komitmen organisasi terhadap iklmi kerja di PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan.
Teori yang digunakan adalah teori manajemen sumber daya manusia tentang kinerja, dan iklim organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
insentif profit sharing dan iklim kerja secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan.
Secara parsial iklim kerja berpengaruh lebih dominan terhadap kinerja karyawan. Uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa fleksibiltas, responsibilitas, standard
Universitas Sumatera Utara
kerja, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan. Secara parsial menunjukkan bahwa
responsibilitas berpengaruh lebih dominan terhadap iklim kerja. Secara parsial, komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap iklim kerja di PT.
Perkebunan Nusantara III Persero Medan. Albert Sitorus 2007, dengan judul Pengaruh Iklim Kerja Terhadap
Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU H. Adam Malik Medan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh iklim kerja yang terdiri dari struktur
kerja, standar kerja, tanggung jawab, pengakuan, dukungan, komitmen dan hubungan teman sejawat terhadap kinerja perawat di Rumah SAKIT Umum Pusat
H. Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan pendekatan cross sectional studi dengan populasi seluruh perawat yang ada di
instalasi Rawat Inap Rindu A dan B sebanyak 266 orang dengan sampel sebesar 158 orang dengan pengambilan simple random sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara iklim kerja terhadap kinerja perawat. Penelitian ini dapat memberikan konstribusi
bagi rumah sakit untuk dapat melakukan kebijakan-kebijakan berupa pelatihan manajemen rumah sakit dan pelatihan keterampilan non tehnis seperti soft skill
dalam rangka meningkatkan iklim kerja yang lebih baik agar dapat menumbuh kembangkan kinerja perawat yang lebih baik.
2.9 Kerangka Konseptual