Paparan Data Siklus II

c. Paparan Data Siklus II

a) Perencanaan Tindakan II Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, diperoleh hasil bahwa aspek kognitif dan aspek afektif masih perlu ditingkatkan. Hal ini berarti masih perlu revisi atau perbaikan dari pelaksanaan tindakan I untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa. Sehingga diharapkan pada siklus II nanti, aspek kognitif dan aspek afektif siswa dapat mencapai target nilai yang diharapkan. Untuk itu pada siklus II ini, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut:

1) agar siswa dapat terbiasa dengan model pembelajaran two stay two stray

(TSTS) maka guru membuat strategi dengan menggambar dan menuliskan nama- nama kelompok agar tidak lupa pada saat pelaksanaan pembelajaran model two stay two stray (TSTS) pada kertas karton dengan tinta warna dan dengan berbagai hiasan yang kemudian ditempelkan pada mading kelas, sehingga siswa akan tertarik untuk membaca dan memahami setiap nama-nama kelompok model pembelajaran two stay two stray (TSTS) tersebut. Disamping itu sebelum pembelajaran dimulai guru juga harus menjelaskan secara lebih detail lagi tahap- tahapan pembelajaran model two stay two stray (TSTS) sampai siswa paham semua, 2) guru harus mengingatkan kepada siswa pentingnya membawa buku Sosiologi dari berbagai penerbit yang sudah banyak tersedia di perpustakaan dan bagi yang belum punya buku sosiologi silahkan pinjam di perpustakaan sekolah atau fotocopy buku temannya, karena dalam pelaksanaan diskusi siswa wajib memiliki buku sosiologi agar nantinya lebih mudah dalam mencari jawaban dari permasalahan di LKS dll, 3) untuk mengatasi dominasi siswa terhadap diskusi kelompok maka guru memberitahukan kepada siswa bahwa salah satu penilaian dalam kerja kelompok adalah kerjasama dalam pembagian tugas diskusi, artinya apabila suatu kelompok dapat menjalin kerjasama dan membagi tugas dengan baik, maka kelompok tersebut mendapatkan penilaian yang baik, 4) untuk mengatasi keadaan siswa yang terlalu santai dalam diskusi, selalu menggantungkan jawaban kepada teman yang pandai dalam kelompoknya, dan dominasi yang terlalu besar dari siswa yang pandai, maka guru merencanakan untuk memberikan LKS kepada siswa yang belum memiliki LKS agar siswa termotivasi lebih dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap proses (TSTS) maka guru membuat strategi dengan menggambar dan menuliskan nama- nama kelompok agar tidak lupa pada saat pelaksanaan pembelajaran model two stay two stray (TSTS) pada kertas karton dengan tinta warna dan dengan berbagai hiasan yang kemudian ditempelkan pada mading kelas, sehingga siswa akan tertarik untuk membaca dan memahami setiap nama-nama kelompok model pembelajaran two stay two stray (TSTS) tersebut. Disamping itu sebelum pembelajaran dimulai guru juga harus menjelaskan secara lebih detail lagi tahap- tahapan pembelajaran model two stay two stray (TSTS) sampai siswa paham semua, 2) guru harus mengingatkan kepada siswa pentingnya membawa buku Sosiologi dari berbagai penerbit yang sudah banyak tersedia di perpustakaan dan bagi yang belum punya buku sosiologi silahkan pinjam di perpustakaan sekolah atau fotocopy buku temannya, karena dalam pelaksanaan diskusi siswa wajib memiliki buku sosiologi agar nantinya lebih mudah dalam mencari jawaban dari permasalahan di LKS dll, 3) untuk mengatasi dominasi siswa terhadap diskusi kelompok maka guru memberitahukan kepada siswa bahwa salah satu penilaian dalam kerja kelompok adalah kerjasama dalam pembagian tugas diskusi, artinya apabila suatu kelompok dapat menjalin kerjasama dan membagi tugas dengan baik, maka kelompok tersebut mendapatkan penilaian yang baik, 4) untuk mengatasi keadaan siswa yang terlalu santai dalam diskusi, selalu menggantungkan jawaban kepada teman yang pandai dalam kelompoknya, dan dominasi yang terlalu besar dari siswa yang pandai, maka guru merencanakan untuk memberikan LKS kepada siswa yang belum memiliki LKS agar siswa termotivasi lebih dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap proses

b) Pelaksanaan Tindakan II Dari perencanaan yang telah dibuat pada perencanaan tindakan II, selanjutnya dilaksanakan pada tindakan II. Tahapan-tahapan pada tindakan II sama seperti pada siklus I, yang disesuaikan dengan tahap-tahap yang terdapat dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) yang terdiri atas: 1) persiapan, 2) presentasi guru, 3) kegiatan kelompok, 4) presentasi kelompok, dan

5) evaluasi. Hal yang dianggap kurang, diperbaiki yaitu dengan melaksanakan apa yang telah dibuat pada perencanaan tindakan II.

c) Observasi II Pelaksanaan observasi pembelajaran pada siklus II disesuaikan dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran two stay two stray (TSTS) secara berurutan sebagai berikut.

1. Persiapan Berdasarkan perencanaan yang telah disusun, maka sub pokok bahasan yang dipelajari pada siklus II adalah perilaku menyimpang. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya guru mengingatkan kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya siswa diminta untuk wajib membawa buku Sosiologi, buku tersebut bisa didapatkan di perpustakaan yang dapat dipinjam oleh siswa untuk dibawa pulang dalam jangka waktu satu minggu atau fotocopy buku sosiologi siswa lainnya. Tujuan wajib 1. Persiapan Berdasarkan perencanaan yang telah disusun, maka sub pokok bahasan yang dipelajari pada siklus II adalah perilaku menyimpang. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya guru mengingatkan kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya siswa diminta untuk wajib membawa buku Sosiologi, buku tersebut bisa didapatkan di perpustakaan yang dapat dipinjam oleh siswa untuk dibawa pulang dalam jangka waktu satu minggu atau fotocopy buku sosiologi siswa lainnya. Tujuan wajib

Dalam tahapan persiapan ini sama dengan tahapan persiapan yang dilakukan dalam siklus I. kegiatan dimulai dengan guru memasuki kelas dan memberikan salam kepada siswa. Siswa dengan antusias membalas salam yang disampaikan oleh guru. Sebelum memulai pelajaran guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, Kegiatan dilanjutkan dengan pencatatan kehadiran siswa. Diketahui bahwa pada hari itu 2 siswa tidak hadir, sehingga diharapkan dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran.

Sebelum pelaksanaan diskusi dimulai, guru memberikan arahan kepada siswa untuk segera berkumpul dengan kelompok diskusi seperti pada siklus I. siswa segera mengatur tempat duduk sesuai kelompoknya dan mereka terlihat dengan cepat memposisikan dirinya dalam masing-masing kelompok. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan, pada siklus II ini siswa terlihat lebih mudah diatur dan tidak terlalu banyak bicara seperti pada siklus I. Pada saat siswa melakukan pertukaran tempat duduk tiba-tiba siswa ada yang bertanya,” pak apakah pembelajaran hari ini sama dengan pembelajaran kemarin?”, guru menjawab: “untuk pembelajaran hari ini tahap-tahapnya sama dengan minggu Sebelum pelaksanaan diskusi dimulai, guru memberikan arahan kepada siswa untuk segera berkumpul dengan kelompok diskusi seperti pada siklus I. siswa segera mengatur tempat duduk sesuai kelompoknya dan mereka terlihat dengan cepat memposisikan dirinya dalam masing-masing kelompok. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan, pada siklus II ini siswa terlihat lebih mudah diatur dan tidak terlalu banyak bicara seperti pada siklus I. Pada saat siswa melakukan pertukaran tempat duduk tiba-tiba siswa ada yang bertanya,” pak apakah pembelajaran hari ini sama dengan pembelajaran kemarin?”, guru menjawab: “untuk pembelajaran hari ini tahap-tahapnya sama dengan minggu

Setelah itu guru terlebih dahulu menjelaskan kembali langkah-langkah model pembelajaran two stay two stray (TSTS). pada saat dijelaskan dengan model ini guru memberi penekanan terhadap langkah-langkah pembelajaran model two stay two stray (TSTS) yang kemarin dianggap kurang maksimal yaitu pada saat diskusi kelompok, kegiatan diskusi bertamu atau manerima tamu, dan pada saat presentasi kelompok.

Guru : Anak-anak pembelajaran hari ini sama dengan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya yaitu kalian akan belajar dengan berkelompok. Apakah kalian ada kesulitan

Siswa : Iya pak, tolong dijelaskan? Guru

: Baiklah, tahapannya sama yaitu pertama diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS dan permasalahannya, ingat pada saat diskusi kelompok kalian harus saling bekerja sama dengan baik agar pada saat berdiskusi dengan kelompok lain seluruh anggota kelompok harus bisa menjelaskan jawaban yang ditulis kelompoknya. Sudah mengerti?

Siswa : Iya pak. Guru

: Selanjutnya setelah selesai berdiskusi dengan teman kelompoknya masing- masing kalian akan berdiskusi dengan kelompok lain pada waktu kegiatan bertamu dan menerima tamu. Ingat pada kegiatan ini kalian harus benar-benar serius dan jangan hanya mencontoh jawaban saja tetapi harus benar-benar berdiskusi dengan membandingkan jawaban dari kelompok kalian dengan jawaban dari kelompok lain. Sudah paham?

83 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 30 Maret 2010

Guru : Pada saat presentasi kelompok terakhir kalian harus optimal dalam bertanya maupun menyampaikan jawaban hasil diskusi kalian karena kelompok yang aktif akan mendapat tambahan nilai, dan kalian juga tidak perlu takut salah karena dalam belajar guru saja kalau salah masih dimaklumi apalagi kalian siswa yang masih belajar kalau salah ya sangat wajar sekali.

Siswa

: Sambil tertawa,tapi serentak menjawab iya pak 84 .

Sebelum guru masuk dalam pelajaran, guru terlebih dahulu membacakan hasil nilai LKSnya, hal ini dilakukan untuk menambah serius dari siswa dalam pelaksanaan diskusi, karena apabila mereka bermain-main dengan kegiatan diskusi tentunya hasil yang diperoleh di LKSnya juga kurang memuaskan. Pada saat diumumkan nilai hasil LKSnya siswa yang mendapat nilai terbaik langsung bersorak “hore” dengan semangat mempersiapkan kelompoknya agar pada saat pembelajaran hari ini mereka mendapat nilai terbaik lagi.

2. Presentasi Guru Pada tahap ini sama dengan pelaksanaan pada siklus I yaitu guru memulai pelajaran dengan menjelaskan materi perilaku menyimpang secara garis besarnya saja, kemudian guru sedikit menjelaskan materi secara garis besarnya saja dengan menggunakan Laptop dan LCD Proyektor yang telah disediakan oleh sekolah. Guru mencatat di papan tulis tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran dengan model two stay two stray (TSTS), siswa semangat dalam mencatat apa yang di tulis oleh guru di papan. Sebelum pelaksanaan diskusi

84 Ibid., 84 Ibid.,

Guru : Anak-anak pernahkah melihat seorang anak laki-laki bermain mobil- mobilan, perang-perangan, atau bermain dengan alat-alat bangunan, sedangkan anak perempuan bermain dengan boneka, alat-alat memasak, atau alat-alat kecantikan?

Siswa : Pernah pak. Guru

: Bagus, bagaimana kesan anak-anak melihatnya?jika ada anak perempuan yang lebih senang bermain mobil-mobilan atau perang-perangan sedangkan anak laki-laki bermain boneka?

Siswa : Pada kasus pertama, apa yang dilakukan anak laki-laki dan anak perempuan itu pada umumnya dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Sementara pada kasus yang kedua anak perempuan itu dianggap “tomboi” dan anak laki-laki itu akan dijuluki ”kemayu” atau ”kewanita-wanitaan”

Guru : Ya betul, anggapan terhadap kedua kasus tersebut merupakan contoh bahwa peranan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat telah ditanamkan sejak kecil. Perilaku anak laki-laki dan perempuan pada kasus pertama disebut konformitas, yaitu sesuai terhadap norma dan nilai sosial yang berlaku dimasyarakat. Sementara pada kasus kedua anak itu dikatakan menyimpang karena tidak sesuai dengan perilaku yang diharapakan masyarakat.atau disebut non konformitas. Melalui proses sosialisasi, identitas jenis kelamin seorang anak ditanamkan. Anak akan konformis terhadap peran sebagai anak perempuan atau anak laki-laki sesuai harapan masyarakat. Sekarang apakah yang dimaksud dengan konformitas?

Siswa : Saya (Septhie Gratia Sellan) pak? Guru

: Kalau begitu silahkan Septhie jelaskan? : Kalau begitu silahkan Septhie jelaskan?

Guru : Bagus tepat sekali, sementara itu perilaku yang menyimpang atau tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai dalam masyarakat disebut sebagai perilaku non-konformis atau perilaku menyimpang (deviance). Sekarang siapa yang bisa mencontohkannya?

Siswa : Saya (Abdiel Remalya Suliyanto) pak. Guru

: Iya silahkan Abdiel. Siswa

: Pada akhir pekan, teman-teman sekelas berencana pergi renang di Songgoriti, kita yang tadinya berniat tinggal dirumah akhirnya ikut pergi renang di Songgoriti karena melihat semua teman-teman kita pergi berenang

Guru : Tepat sekali. Sekarang kita mempelajari definisi perilaku menyimpang, menurut W. Van der Zanden penyimpangan perilaku merupakan tindakan yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik dan buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai sosial suatu masyarakat tertentu. Siapa yang dapt mencontohkannya?

Siswa : Iya saya (Sella Chinta Ramadhani) pak. Guru : Silahkan Sella. Siswa

: Kumpul kebo bagi masyarakat Indonesia merupakan sebagai penyimpangan, namun bagi masyarakat luar negeri, kumpul kebo sudah menjadi hal yang biasa atau wajar.

Guru : Ya betul. Apa ada pertanyaan dari seluruh penjelasan bapak? Siswa

: Tidak pak. Guru

: Tapi anak-anak sudah paham apa belum?

Dari penjelasan ini siswa sedikit paham mengenai apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang beserta contohnya. Kemudian guru menulis dipapan tulis permasalahan perubahan perilaku menyimpang, dan salah satunya akan dibahas, yaitu hubungan antara perilaku menyimpang dan sosialisasi yang tidak sempurna.

3. Kegiatan Kelompok Pada tahap kegiatan kelompok langkah yang diambil adalah sama dengan siklus I tetapi ada penyempurnaan dari berbagai kendala pada pembelajaran siklus

I, kegiatan kelompok ini diawali dengan memberikan LKS kepada siswa yang belum memiliki LKS dan memiberikan buku kepada siswa yang belum memiliki buku sosiologi. Kemudian dilanjutkan pembagian pekerjaan LKS halaman 31 kepada setiap kelompok sebagai bahan dasar diskusi, guru langsung mempersilahkan siswa untuk berdiskusi pada masing-masing kelompok, guru juga mengingatkan kepada siswa untuk berkerja sama sebaik mungkin dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan soal pada LKS dan permasalahannya yaitu hubungan antara perilaku menyimpang dan sosialisasi yang tidak sempurna.

Siswa mulai mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar kerja siswa dan segera berusaha untuk mencari jawaban dari pertanyaan- pertanyaan tersebut. Saat diskusi berlangsung guru berkeliling ke masing-masing kelompok untuk mengamati kerja yang dilakukan siswa dan berusaha untuk memberikan pertanyaan bimbingan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana

85 Ibid., 85 Ibid.,

Nandika : Apakah perilaku yang mengikuti tujuan dan mengikuti cara yang dilakukan masyarakat untuk mencapai tujuan (cara konvensional dan melembaga) itu disebut ritualisme?

Agge : Tidak, perilaku yang mengikuti tujuan dan mengikuti cara yang dilakukan masyarakat untuk mencapai tujuan (cara konvensional dan melembaga) itu disebut rebellion.

Lia

: Kemudian kalau ritualisme itu apa?

Joko : Ritualisme itu perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya. Namun masih berpegang pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat.

Agge

: Ya sepertinya jawaban yang tepat rebellion.

Nandika : Sekarang hal yang terpenting dalam upaya mencegah perilaku menyimpang berupa hubungan seks diluar nikah apa? mengekang pergaualan remaja ya? karena kalau remajanya dikekang pastikan ga akan macam-macam. (tiba-tiba salah seorang siswa dalam kelompok tersebut minta pendapat guru)

Guru : Coba dicermati dulu apa kira-kira yang tepat jawabannya? Siswa

: Menghukum berat pelakunya pak?

Guru : Trus kalau dihukum berat pelakunya masih bisa melakukan seks diluar nikah lagi, hayo dicermati lagi soal beserta jawabannya?

Guru : Pada saat memperkuat kesadaran akan norma agama dan susila apakah dia akan melakukan lagi?

Siswa

: Tidak pak?

Guru

: Apa alasannya?

Siswa : Karena kalau sudah memperkuat kesadaran akan norma agama dan susila remaja itu tidak akan melakukan hubungan seks diluar nikah, apalagi disitu ada norma agama yang mutlak diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits dan norma susila yang datangnya dari hati nurani, dimana hati nurani itu jika sudah disakiti maka remaja itu akan merasa diasingkan pak?

Guru : Betul memperkuat kesadaran akan norma agama dan susila. Siswa

: Makasi pak...!

Joko : Hei temen-temen akibat dari proses sosialisasi tidak sempurna itu apa?

Lia : Kalau tidak salah itu jawabannya ketidak sanggupan individu dalam menyerap norma?

Joko

: Masa itu jawabannya, tepat ta?

Nandika : Iya tepat, karena kalau individu itu tidak sanggup dalam menyerap norma maka akan berakibat pada proses sosialisasi tidak sempurna.

Lia : Karena norma itu aturan-aturan yang diterapkan dalam masyarakat, jadi apabila tidak sanggup maka akan berakibat pada proses sosialisasi tidak sempurna

Joko

: Iya tepat jawabannya temen-temen.

Pada saat diskusi berlangsung tidak ada lagi siswa yang terlihat bermain sendiri dan menggangu teman yang ada dikelompoknya. Siswa sudah memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Keseluruhan jumlah siswa hanya Pada saat diskusi berlangsung tidak ada lagi siswa yang terlihat bermain sendiri dan menggangu teman yang ada dikelompoknya. Siswa sudah memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Keseluruhan jumlah siswa hanya

Guru : Bagaimana hasil kerjanya, apakah ada kesulitan? Siswa: Belum pak. Guru : Coba bapak mau lihat Siswa: Belum pak (siswa sambil menunjukkan LKSnya) Guru : No 3 belum? Siswa: Tidak bisa Pak. Guru : Teman yang lainnya bisa apa tidak, coba saya lihat (ternyata temannya sudah

menjawab no 3 walaupun jawabannya belum tepat). Guru : Ini temannya sudah, kalau memang tidak bisa silahkan bertanya kepada

temannya tidak apa-apa. Nanti penilaiannya secara kelompok. Kalau kelompok kalian dapat bekerjasama dengan baik dan hasil nilai LKSnya bagus maka kelompok kalian juga mendapat nilai bagus.

Siswa: Iya pak. Siswa mulai aktif karena guru sudah memberikan penjelasan kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam mengikuti diskusi 86 .

Setelah diberikan peringatan oleh guru, siswa tersebut tampak sedikit lebih aktif berdiskusi. Siswa tersebut berusaha bertanya mengenai jawaban dari pertanyaan yang ada kepada salah satu teman dalam kelompoknya. Tetapi masih ada juga siswa yang tidak berubah sikapnya meskipun telah diperingatkan dan diberi motivasi oleh guru. Guru berkeliling ke masing-masing kelompok untuk mengontrol apakah semua kelompok telah selesai mengerjakan pertanyaan-

86 Ibid., 86 Ibid.,

Pada pertemuan selanjutnya di hari selasa dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2 x 45 menit), pada awal pembelajaran guru menanyakan tentang tugas diskusi apakah sudah selesai dan ujian tengah semesternya, ternyata seluruh kelompok sudah menyelesaikan hasil diskusinya dan untuk ujian tengah semesternya banyak yang mengeluh karena soal ujian tengah semesternya banyak dan sulit. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat senang dalam pembelajaran dengan model two stay two stray (TSTS), akan tetapi, untuk ujian tengah semesternya sulit, maka guru segera membimbing siswa untuk melaksanakan langkah selanjutnya yaitu siswa segera bertamu ke kelompok lain. Kemudian guru memberi waktu untuk mengulas ujian tengah semesternya diakhir pertemuan, karena nantinya juga guru akan memvberikan ulasan akhir kepada siswa tentang materi yang diajarkan, sedangkan waktu (2x45) menit sangat sempit, jika mengulas kembali tentang soal ujian tengah semester.

Guru : Anak-anak karena tugas mengerjakan LKS dan permasalahannya sudah selesai,

maka setiap kelompok silahkan untuk mengatur duduk untuk kegiatan bertamu atau menerima tamu.

Guru : Seperti pada pertemuan sebelumnya sekarang kalian berpindah yaitu dua siswa

dari kelompok 1 bertamu ke kelompok 2, sedangkan dua siswa dari kelompok 2 segera bertamu ke kelompok 3, kemudian dua siswa dari kelompok 3 segera bertamu ke kelompok 4, kemudian dua siswa dari kelompok 4 segera bertamu ke kelompok 5, kemudian dua siswa dari kelompok 5 segera bertamu ke kelompok 6, kemudian dua siswa dari kelompok 6 segera bertamu ke kelompok 7, kemudian dua siswa dari kelompok 7 segera bertamu ke kelompok 8, kemudian dua siswa dari kelompok 8 segera bertamu ke kelompok 9, kemudian dua siswa dari kelompok 9 segera bertamu ke kelompok 10 dan yang dua siswa dari kelompok

10 bertamu ke kelompok 1. Siswa : Pak apakah diskusinya seperti yang kemarin? Guru : Ya, tetapi ingat manfaatkan diskusi ini sebaik mungkin. Kalian harus mencatat

apa yang ditulis oleh kelompok baru kalian dan alasannya juga harus kalian tuliskan dengan baik, sehingga nanti kalian bisa berdiskusi lagi dengan kelompok awal kalian.

Siswa: Ya pak 88 …!

Pada kegiatan bertamu siswa terlihat sangat antusias ketika diminta untuk bertamu ke kelompok lain dua orang siswa yang bertamu terlihat berusaha menanyakan bagaimana jawaban pertanyaan yang dalam kelompoknya kurang bisa dipahami atau merasa ragu dengan jawaban kelompok mereka. Siswa terlihat aktif melakukan tanya jawab hingga tamu mereka benar-benar merasa jelas. Apabila jawaban dari kelompok yang didatangi terlalu panjang dan mereka kurang jelas maka siswa yang bertamu baru mencatat jawaban tersebut. Guru

87 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 20 April 2010

88 Ibid., 88 Ibid.,

Pada saat guru mengamati dan berkeliling ke setiap kelompok, ketika siswa sudah selesai berdiskusi guru meminta siswa untuk kembali lagi ke kelompok awal masing-masing. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa dalam tiap kelompok terjadi perdebatan dalam membahas hasil temuannya dengan hasil diskusi atau jawaban dari kelompok sendiri. Setelah melakukan diskusi dan perdebatan, akhirnya mereka menemukan kesepakatan. Ada juga kelompok yang terlihat pasif, mereka menerima begitu saja jawaban dari kelompok lain tanpa mendiskusikannya kembali dengan kelompoknnya.

Kegiatan guru dalam kegiatan ini cukup baik, mulai awal sampai akhir diskusi diperoleh data tentang kegiatan siswa yaitu 1) pada saat diskusi siswa terlihat aktif, tiap anggota dalam kelompok saling mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan pendapat dari beberapa anggota kelompok, 2) masing-masing siswa memiliki rasa tanggung jawab untuk menemukan jawaban dari soal yang diberikan sehingga siswa tidak ada lagi yang bermain dan mengganggu teman kelompok lain, 3) pada saat bertamu, siswa tidak hanya menyalin jawaban dari kelompok lain tetapi berusaha untuk mendiskusikannya terlebih dahulu, 4) jawaban atau informasi yang didapat dari kegiatan bertamu tidak langsung mereka terima tetapi tetap didiskusikan kembali dengan anggota kelompoknya.

4. Presentasi Kelompok Kegiatan yang dilakukan setelah bertamu atau berkunjung ke kelompok lain adalah presentasi kelompok, langkah-langkah yang digunakan dalam 4. Presentasi Kelompok Kegiatan yang dilakukan setelah bertamu atau berkunjung ke kelompok lain adalah presentasi kelompok, langkah-langkah yang digunakan dalam

Kelompok yang melakukan presentasi segera maju kedepan dan menjelaskan jawaban dari soal-soal dan permasalahannya yang diberikan kepada teman-teman kelompok lain. Pada presentasi ini sedikit berbeda dengan presentasi pada siklus I. Pada siklus I guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi atau memberikan pertanyaan kepada kelompok yang melakukan presentasi tanpa memberikan penguatan positif sehingga siswa kurang bersemangat dalam bertanya maupun memberikan tanggapam. Oleh karena itu pada sik;lus II guru sengaja memberitahukan kepada siswa bahwa keaktifan bertanya maupun menjawab juga mendapatkan penghargaan berupa penilaian. Hal ini dilakukan agar tiap-tiap kelompok untuk berani berbicara dan berlatih untuk berfikir kritis dalam menanggapi suatu masalah. Cuplikan diskusi antara kelompok yang presentasi dan kelompok yang bertanya sebagai berikut.

Guru : Anak-anak tahapan presentasi sama seperti pada pertemuan sebelumnya, jadi saya silahkan untuk maju kelompok 4.

Kelompok 4 : Jawaban kami kelompok 4 untuk LKS yang no 1, yaitu rebellion, karena rebellion perilaku yang mengikuti tujuan dan cara yang dilakukan masyarakat untuk mencapai tujuan (cara konvensional dan melembaga).

jawaban lain?

Siswa

: Tidak. Jawabannya betul...!

Guru

: Siapa yang bisa mencontohkan perilaku relibbion?

Kelompok 2 : Contohnya para pejuang Indonesia memperjuangkan NKRI demi kemerdekaan Indonesia melalui perlawanan senjata tradisional yaitu bambu runcing.

Guru : Ya benar. Apa ada contoh dari kelompok lain?kalau tidak silahkan kelompok 4 dilanjutkan presentasinya.

Kelompok 4 : Jawaban kami kelompok 4 untuk LKS yang no 2, yaitu ketidak sempurnaan interaksi sosial, karena dengan kurangnya interaksi Rini kepada teman-temannya maka Rini berprilaku seperti pria, dan anak yang berteman dengan Rini itu pria semua.

Guru : Baiklah itu jawaban dari kelompok 4 untuk no 2, ada yang punya jawaban lain?

Kelompok 3

: Ada pak...!

Guru

: Ya silahkan kelompok tiga paparkan jawabannya.

Kelompok 3 : Jawabanya yaitu ketidaksempurnaan proses sosialisasi, karena dalam penjelasan bapak kemarin bahwa anak perempuan yang berperan seperti anak laki-laki termasuk dalam non konform, non konform itu ketidak sempurnaan dalam proses sosialisasi.

Guru : Apa ada jawaban lain atau mungkin ada pertanyaan?. Siswa

: Tidak pak...

Guru : Ya jawaban kelompok 3 betul, silahkan lanjutkan nomor berikutnya. Kelompok 4

: Jawaban kami kelompok 4 untuk LKS yang no 3, yaitu tidak merasa bersalah setelah melakukan pelanggaran hukum, karena proses sosialisasi dapat dianggap berhasil jika individu mampu mendalami norma-norma masyarakat menjadi bagian dari dirinya sendiri.

Siswa

: Tidak pak...!

Guru

: Ya sekarang lanjutkan nomor selanjutnya 89 ....

Pada kegiatan diskusi untuk soal LKS yang no 1 sampai 3, cukup menarik dan banyak muncul perbedaan jawaban, tetapi dalam pelaksanaan diskusi yang berani mengungkapkan jawaban hanya siswa tertentu saja dalam masing-masing kelompoknya dan masih ada kelompok yang tidak bertanya.

Setelah semua pertanyaan yang diajukan selesai dijawab, maka guru memberikan pengguatan atas jawaban dari soal-soal yang diberikan. Jawaban yang telah dikemukakan oleh kelompok yang melakukan presentasi sudah tepat, tetapi masih ada sedikit yang harus dibetulkan dan dijelaskan. Karena waktu sudah habis dan semua hasil diskusi siswa sudah dipresentasikan semua, maka sebelum guru menutup pelajaran dengan sekali lagi mengingatkan kepada siswa bahwa minggu depan adalah postest, maka siswa dimita untuk mempelajari materi perilaku menyimpang.

Karena pada pertemuan selanjutnya ialah postest dan dilanjutkan dengan mengulas kembali presentasi kelompok kemarin, pada tahap ini guru menjelaskan materi lagi secara utuh, hal ini dilakukan agar konsep yang sudah didapat dari hasil diskusi dengan model two stay two stray (TSTS) semakin diperkuat dan diperdalam lagi dengan guru menjelaskan materi kembali secara utuh dan juga pada saat penyampaian materi, guru juga menghubungan dengan jawaban hasil diskusi kelompok kemarin agar siswa dapat memahami materi perilaku menyimpang.

89 Ibid.,

5. Evaluasi Pada tahap ini guru meminta siswa untuk memasukkan semua catatan, LKS dan buku Sosiologi karena diadakannya postest. Guru menambah waktu menjadi 60 menit untuk mengerjakan soal postest agar siswa dapat lebih fokus

dalam menjawab soal postest 90 . Pada pelaksanaan postest yang dilakukan siswa terlihat serius sekali dalam mengerjakan soal tersebut walaupun ada siswa yang

berusaha saling mencontoh jawaban dari temannya. Setelah tes berakhir dan lembar jawaban soal dikumpulkan, banyak siswa yang saling bertanya kepada teman jawaban yang benar dan yang dipilih apa, hal ini menunjukkan bahwa tingkat keseriusan siswa sangat tinggi karena ingin mendapatkan nilai yang maksimal.

Selama pelaksanaan tindakan II, guru sudah berusaha menerapkan semua tahapan-tahapan yang ada pada model pembelajaran two stay two stray (TSTS) atau sesuai dengan sintaks model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dengan keterlaksanan pembelajaran Aspek Afektif sebesar 83 %, ini meningkat dibandingkan dengan siklus I karena pada pelaksanaan siklus II guru sudah meminimalisir semua kendala dan kekurangan pada siklus I. Dengan melakukan observasi pada siklus II ini, akan diketahui apa saja yang terjadi selama pelaksanaan tindakan II. Kemudian diadakan postest untuk mengukur aspek kognitif siswa dan lembar observasi utuk mengukur aspek afektif siswa setelah diberi tindakan II. Dengan melakukan observasi pada siklus II ini, akan diketahui apa saja yang terjadi selama pelaksanaan tindakan II.

90 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 20 April 2010

5. Temuan Penelitian Setelah diberi Tindakan II Pembelajaran dengan menggunakan model two stay two stray (TSTS) pada siklus II ini berlangsung lebih baik dan lancar dibandingkan dengan siklus I. Kelancaran kegiatan tersebut didukung karena siswa sudah tahu tentang bagaimana tahapan pembelajaran model two stay two stray (TSTS). Jadi siswa lebih mudah untuk melakukan diskusi dengan menggunakan model tersebut.

Hasil temuan penelitian terhadap keseluruhan proses pembelajaran selama siklus II adalah sebagai berikut: 1) siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran two stay two stray (TSTS), sehingga proses pembelajaran setiap tahap lebih lancar dan siswa lebih optimal dalam belajar pada setiap tahapan model two stay two stray (TSTS), 2) pelaksanaan pembagian kelompok cukup baik dan lancar, siswa lebih mudah diatur karena seluruh siswa sudah hafal nama- nama kelompoknya, 3) ternyata siswa yang mambawa buku sosiologi masih sebagaian saja, terutama siswa yang laki-laki hampir keseluruhan hanya membawa LKS dan buku tulis saja, 4) pada pelaksanaan diskusi dan presentasi, keaktifan siswa mulai terlihat, hal ini terlihat pada saat presentasi sebagaian besar kelompok sudah menyampaikan jawaban maupun pertanyaan, namun keaktifan tersebut masih didominasi oleh siswa tertentu saja, 5) pada saat kegiatan diskusi kelompok siswa terlihat lebih serius dibandingkan dengan siklus I karena seluruh siswa memiliki LKS sehingga siswa lebih memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap LKS yang dimilikinya, 6) pada tahapan presentasi tidak seluruh siswa mencatat hasil presentasi dan membuat laporan hasil presentasi tersebut, siswa terkesan mendengarkan saja hasil presentasi tanpa mencatat jawaban yang Hasil temuan penelitian terhadap keseluruhan proses pembelajaran selama siklus II adalah sebagai berikut: 1) siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran two stay two stray (TSTS), sehingga proses pembelajaran setiap tahap lebih lancar dan siswa lebih optimal dalam belajar pada setiap tahapan model two stay two stray (TSTS), 2) pelaksanaan pembagian kelompok cukup baik dan lancar, siswa lebih mudah diatur karena seluruh siswa sudah hafal nama- nama kelompoknya, 3) ternyata siswa yang mambawa buku sosiologi masih sebagaian saja, terutama siswa yang laki-laki hampir keseluruhan hanya membawa LKS dan buku tulis saja, 4) pada pelaksanaan diskusi dan presentasi, keaktifan siswa mulai terlihat, hal ini terlihat pada saat presentasi sebagaian besar kelompok sudah menyampaikan jawaban maupun pertanyaan, namun keaktifan tersebut masih didominasi oleh siswa tertentu saja, 5) pada saat kegiatan diskusi kelompok siswa terlihat lebih serius dibandingkan dengan siklus I karena seluruh siswa memiliki LKS sehingga siswa lebih memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap LKS yang dimilikinya, 6) pada tahapan presentasi tidak seluruh siswa mencatat hasil presentasi dan membuat laporan hasil presentasi tersebut, siswa terkesan mendengarkan saja hasil presentasi tanpa mencatat jawaban yang

74 , dengan rincian siswa yang nilainya di atas KKM adalah sebanyak 29 siswa, sedangkan siswa yang nilainya masih di bawah KKM sebanyak 10 siswa, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan berupa siklus II maka aspek kognitif siswa terbukti meningkat dibandingkan dengan siklus I, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM juga bertambah menjadi 29 siswa. Pertambahan jumlah siswa yang nilainya di atas KKM menjadi 29 siswa (74 %) ternyata masih belum mencapai target yang direncanakan sebelum penelitian yaitu siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak minimal 32 siswa atau minimal 85 % dari jumlah siswa keseluruhan, 9) nilai total rata-rata aspek afektif siswa yang diperoleh dari lembar observasi pada saat proses pembelajaran adalah 83, dengan rincian bahwa aspek penerimaan nilai rata-ratanya sebesar 85, aspek partisipasi nilai rata-ratanya sebesar 85, aspek penilaian/penentuan sikap nilai rata-ratanya sebesar 65, aspek organisasi nilai rata-ratanya sebesar 85, aspek pembentukan pola hidup nilai rata- ratanya sebesar 97.

Tabel 4.4 Pencapaian Aspek Afektif pada Siklus II No

Kategori

Nilai perilaku

Indikator

(0-100)

1 Penerimaan Respon terhadap pendapat

85

siswa

2 Partisipasi Keaktifan dalam mencari jawaban.

85

Keaktifan dalam diskusi.

3 Penentuan Keaktifan bertanya atau

4 Organisasi Kerjasama dalam kelompok.

5 Pembentukan

proses pola hidup

sumber belajar

83

Rata-rata

Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tidakan berupa siklus II maka aspek afektif siswa terbukti meningkat dibandingkan dengan siklus I, tetapi perlu menjadi pencermatan pada salah satu aspek yaitu aspek penilaian/penentuan sikap yang diwakili dengan indikator keaktifan bertanya atau menjawab siswa nilainya masih dibawah KKM yang ditentukan di SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu yaitu sebesar 78. hal ini masih sudah sesuai target karena diharapkan setiap indikator aspek afektif nilainya di atas KKM.

6. Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh dari temuan penelitian setelah diberi tindakan II, dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan model two stay two stray (TSTS) mampu meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa. Meskipun hasil yang diperoleh masih dirasa kurang dan belum maksimal sesuai target awal sebelum dilaksanakan tindakan. Hal ini karena pada

pelaksanaan tindakan II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang secara reflek muncul dan baru disadari antara lain sebagai berikut: 1) kesiapan siswa dalam belajar masih kurang, karena hanya sebagaian siswa yang membawa buku sosiologi atau pinjam buku sosiologi dari teman dan perpustakaan, hal ini berpengaruh pada kegiatan diskusi siswa banyak yang bergantian membaca buku untuk mengerjakan soal pada LKS dan permasalahannya, sehingga perlu diberikan suatu tindakan agar pada pertemuan selanjutnya seluruh siswa bersedia membawa buku sosiologi sehingga pada saat mengerjakan tugas LKS dan permasalahannya siswa dapat berdiskusi dengan membaca buku secara serentak dan belajar secara lebih optimal lagi, 2) pada saat diskusi maupun presentasi keaktifan masih didominasi kelompok tertentu saja, masih ada kelompok yang kurang aktif dalam bertanya maupun menyampaikan jawaban, oleh karena itu pada pertemuan selanjutnya harus diperhitungkan tindakan yang akan diberikan sehingga seluruh kelompok bisa lebih aktif dan tidak didominasi oleh beberapa kelompok saja, 3) pada saat presentasi ternyata teramati bahwa tidak semua siswa mencatat maupun merangkum kegiatan presentasi, oleh karena itu diharapkan bahwa pada pertemuan berikutnya seluruh siswa harus membuat laporan tertulis hasil presentasi kelompok yang dapat digunakan sebagai tambahan bahan belajar siswa, 4) kesiapan belajar siswa masih kurang, siswa masih belum belajar terlebih dahulu dirumah sehingga siswa kurang optimal dalam melaksanakan diskusi, oleh karena itu diharapkan pada pertemun berikutnya siswa diberikan suatu tindakan yang dapat membuat seluruh siswa belajar terlebih dahulu sebelum pelaksanaan diskusi, 5) jumlah nilai siswa yang di atas KKM masih sebanyak 29 siswa (74%), pelaksanaan tindakan II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang secara reflek muncul dan baru disadari antara lain sebagai berikut: 1) kesiapan siswa dalam belajar masih kurang, karena hanya sebagaian siswa yang membawa buku sosiologi atau pinjam buku sosiologi dari teman dan perpustakaan, hal ini berpengaruh pada kegiatan diskusi siswa banyak yang bergantian membaca buku untuk mengerjakan soal pada LKS dan permasalahannya, sehingga perlu diberikan suatu tindakan agar pada pertemuan selanjutnya seluruh siswa bersedia membawa buku sosiologi sehingga pada saat mengerjakan tugas LKS dan permasalahannya siswa dapat berdiskusi dengan membaca buku secara serentak dan belajar secara lebih optimal lagi, 2) pada saat diskusi maupun presentasi keaktifan masih didominasi kelompok tertentu saja, masih ada kelompok yang kurang aktif dalam bertanya maupun menyampaikan jawaban, oleh karena itu pada pertemuan selanjutnya harus diperhitungkan tindakan yang akan diberikan sehingga seluruh kelompok bisa lebih aktif dan tidak didominasi oleh beberapa kelompok saja, 3) pada saat presentasi ternyata teramati bahwa tidak semua siswa mencatat maupun merangkum kegiatan presentasi, oleh karena itu diharapkan bahwa pada pertemuan berikutnya seluruh siswa harus membuat laporan tertulis hasil presentasi kelompok yang dapat digunakan sebagai tambahan bahan belajar siswa, 4) kesiapan belajar siswa masih kurang, siswa masih belum belajar terlebih dahulu dirumah sehingga siswa kurang optimal dalam melaksanakan diskusi, oleh karena itu diharapkan pada pertemun berikutnya siswa diberikan suatu tindakan yang dapat membuat seluruh siswa belajar terlebih dahulu sebelum pelaksanaan diskusi, 5) jumlah nilai siswa yang di atas KKM masih sebanyak 29 siswa (74%),

Dari beberapa kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus II, perlu diperbaiki lagi dan apa yang sudah baik pada siklus II perlu dipertahankan sehingga diharapkan pada perencanaan siklus III semua target awal penelitian dapat tercapai.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62