Paparan Data Siklus I

b. Paparan Data Siklus I

a) Perencanaan Tindakan I Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran di kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu masih terpusat dari guru saja, guru hanya bertindak sebagai pemberi informasi dan siswa bertindak sebagai penerima informasi. Siswa hanya mampu menghafal materi secara teoritis saja dan banyak mengerjakan latihan-latihan soal pada buku paket. Siswa tidak pernah belajar dari permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata, kemudian dihubungkan dengan materi Sosiologi yang sedang mereka pelajari. Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat diketahui bahwa aspek kognitif dan aspek afektif siswa masih rendah sehingga masih perlu untuk segera ditingkatkan. Untuk itu, maka rencana tindakan pada siklus I langkah-langkahnya adalah:

1. Menentukan jadwal penelitian yang dikonsultasikan dengan guru bidang studi Sosiologi.

2. Membuat RPP dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) dengan materi Menerapkan Nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian. RPP yang disusun disesuaikan dengan tahap-tahap yang ada dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS). Tahap-tahap dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) yaitu: persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas dan evaluasi.

3. Memberi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah digunakan oleh SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu kepada siswa yang belum memilikinya yang kemudian disesuaikan dengan tahapan yang ada dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dan materi Menerapkan Nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian.

4. Menyusun lembar observasi ketercapaian proses pembelajaran dan lembar observasi aspek afektif siswa.

5. Menyusun instrumen penelitian yaitu tes aspek kognitif dengan rincian soal berupa pilihan ganda dengan jumlah 10 butir soal dan esai 5 butir soal.

6. Mengkonsultasikan RPP, lembar kerja siswa, lembar observasi ketercapaian proses pembelajaran, lembar observasi aspek afektif, dan soal tes aspek kognitif kepada dosen pembimbing dan guru bidang studi sosiologi.

b) Pelaksanaan Tindakan I Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, selanjutnya dilakukan tindakan dengan tahap-tahap yang disesuaikan dengan tahap-tahap pada model pembelajaran two stay two stray (TSTS) yang terdiri atas: 1) persiapan, 2)presentasi guru, 3) kegiatan kelompok, 4) presentasi kelas dan 5) evaluasi.

Kegiatan selanjutnya setelah diberi tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray (TSTS), kemudian siswa diberi tes untuk mengukur aspek kognitif. Hasil tes pada siklus I akan dibandingkan dengan hasil tes pada akhir siklus selanjutnya.

c) Observasi I Pelaksanaan observasi pembelajaran pada siklus I di sesuaikan dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran two stay two stray (TSTS) secara berurutan sebagai berikut:

1. Persiapan Guru memasuki kelas dan pelajaran dimulai dengan guru memberikan salam kepada siswa. Setelah itu siswa dengan antusias membalas salam yang disampaikan oleh guru. Sebelum memulai pelajaran guru meminta ketua kelas untuk memimpin berdoa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan dilanjutkan dengan pencatatan kehadiran siswa. Diketahui bahwa pada hari itu siswa semua hadir, sehingga diharapkan dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran namun ada dua siswa yang datang terlambat tetapi tidak mengganggu proses jalannya diskusi.

Pada pertemuan yang pertama ini guru meminta siswa sebelumnya untuk duduk dengan langsung berkumpul sesuai kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya (di luar pembelajaran model two stay two stray (TSTS)). Pada pelaksanaan ini sedikit ada kendala karena kebanyakan siswa sudah lupa dengan kelompoknya kemarin, sehingga siswa mulai terlihat ramai dan saling bertanya kepada temannya tentang anggota kelompoknya. Pada saat itu guru segera mengkondisikan siswa agar tenang lagi dan tidak ramai dengan membacakan ulang kelompoknya. Setelah dibacakan ulang kelompok tersebut banyak siswa yang protes terutama siswa putri mereka lebih senang dengan kelompok teman sebangkunya dari pada harus pindah ke bangku lain dengan Pada pertemuan yang pertama ini guru meminta siswa sebelumnya untuk duduk dengan langsung berkumpul sesuai kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya (di luar pembelajaran model two stay two stray (TSTS)). Pada pelaksanaan ini sedikit ada kendala karena kebanyakan siswa sudah lupa dengan kelompoknya kemarin, sehingga siswa mulai terlihat ramai dan saling bertanya kepada temannya tentang anggota kelompoknya. Pada saat itu guru segera mengkondisikan siswa agar tenang lagi dan tidak ramai dengan membacakan ulang kelompoknya. Setelah dibacakan ulang kelompok tersebut banyak siswa yang protes terutama siswa putri mereka lebih senang dengan kelompok teman sebangkunya dari pada harus pindah ke bangku lain dengan

prestasi belajarnya yang tinggi 76 . Kemudian guru memberikan arahan bahwa pembentukan kelompok ini penting agar nantinya kalian dapat bertukar pikiran

dengan siswa lain, dan apabila kalian memiliki gagasan lebih kalian dapat menjelaskan kepada teman kelompok kalian. Setelah diberikan arahan akhirnya semua siswa bersedia untuk duduk berkelompok sesuai dengan kelompok yang dibentuk oleh guru.

Pembagian kelompok yang ditentukan oleh guru adalah dengan pembagian kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya. Setiap kelompok diisi oleh empat siswa dengan ketentuan satu kelompok terdapat satu siswa dengan kemampuan akademik yang tinggi, dua siswa dengan kemampuan akademik sedang dan satu siswa dengan kemampuan akademik yang rendah.

Sebelum pembelajaran dengan model two stay two stray (TSTS) dilaksanakan guru terlebih dahulu menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran dengan model tersebut, seluruh siswa memperhatikan dengan seksama, tetapi siswa dibagian belakang kurang memperhatikan arahan dari guru dan asik bercanda dengan teman kelompoknya. Setelah dijelaskan langkah- langkah pembelajaran tersebut ada beberapa siswa yang masih bingung terhadap model pembelajaran two stay two stray (TSTS) khususnya pada saat siswa harus bertamu atau menerima tamu. Siswa bingung apa yang harus dilakukan pada saat bertamu atau menerima tamu, cuplikan pertanyaan siswa karena kebingungan

76 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 2 Maret 2010 76 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 2 Maret 2010

Siswa: Pak maaf saya mau tanya, apa yang harus dilakukan pada saat bertamu atau

menerima tamu? Guru : Bagi yang bertamu kalian meminta pendapat dari kelompok yang menerima tamu

tentang jawaban dari LKS atau permasalahan-permasalahan yang sudah didiskusikan oleh kelompok penerima tamu tersebut, sedangkan yang menerima tamu wajib menginformaskan hasil diskusinya kepada siswa yang bertamu.

Siswa: Untuk yang bertamu atau menerima tamu dari kelompok kita siapa pak? Guru : Untuk yang bertamu atau menerima tamu itu satu kelompok terdapat empat siswa

sehingga pembagiannya adalah dua siswa bertamu dan dua siswa menerima tamu, dan siapa yang bertamu atau menerima tamu silahkan kalian sendiri yang

menentukan 77 .

Agar siswa lebih cepat memahami langkah-langkah kegiatan bertamu atau menerima tamu maka guru menjelaskan sambil menggambarkan siswa dalam kelompok di papan tulis dan dibuatkan nama-nama kelompok di kertas dengan indah dan ditempel di mading kelas agar siswa dengan cepat dapat menangkap tahapan diskusi tersebut.

Sebelum pelajaran Sosiologi dimulai guru melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah siswa yang membawa buku Sosiologi selain LKS dan buku catatan, ternyata siswa yang tidak membawa buku Sosiologi berjumlah 17 siswa, hal ini tentu akan sedikit menghambat jalannya pelaksanaan pembelajaran model two stay two stray (TSTS) karena pada tahap kegiatan kelompok untuk mengerjakan LKS atau permasalahan-permaslahan sosiologi

77 Ibid., 77 Ibid.,

2. Presentasi Guru Pada tahap ini guru memulai pelajaran dengan menjelaskan materi sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian secara garis besarnya saja, kemudian guru sedikit menjelaskan materi secara garis besarnya saja. Guru mencatat di papan tujuan pembelajaran yang akan di capai dalam pembelajaran dengan model two stay two stray (TSTS) ini, siswa semangat dalam mencatat apa yang ditulis oleh guru di papan. Sebelum pelaksanaan diskusi dilakukan guru sedikit memancing motivasi siswa dengan menghubungkan materi sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian yang akan dipelajari dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Guru : Anak-anak, siapa yang sering bersosialisasi dengan masyarakat..? Siswa: Saya pak…! Guru : Apa yang kalian rasakan saat bersosialisasi dengan masyarakat desa dan

masyarakat kota? Siswa: Asyik pak..! tapi ada perbedaannya pak...! Guru : Bagus..! iya ada perbedaannya antara masyarakat desa dengan kota, kalau

masyarakat desa itu bersosialisasinya cenderung terbuka, sedangkan masyarakat kota bersosialisasinya cenderung tertutup akan tetapi melihat nilai dan norma dimasyarakat tersebut longgar atau ketat. Sekarang kalian tahu apa pengertian sosialisasi dan peran nilai dan norma?

Guru : Baiklah, Pada pembelajaran ini kita akan belajar tentang hakikat sosialiasi dan

mencari peran nilai dan norma sosial dalam sosialisasi yang diperlukan atau dibutuhkan seseorang untuk membentuk kepribadian dirinya dan bagaimana

hubungan antara proses sosialisasi dengan pembentukkan kepribadian 78 .

Pada kegiatan ini siswa cukup antusias dalam mengikuti penjelasan guru, siswa cukup termotivasi sebelum kegiatan inti dilaksanakan.

3. Kegiatan Kelompok Pada kegiatan ini diawali dengan pembagian pekerjaan LKS dan permasalahan-permasalahan sosialisasi kepada seluruh kelompok, setiap siswa mendapatkan satu LKS dengan ketentuan bahwa untuk siswa yang tidak memiliki LKS tetap menuliskan jawaban di lembar kertas folio atau buku tulis dan permasalahannya menjadi sarana untuk mendukung berkembangnya diskusi. Setelah siswa medapatkan LKS dan permasalahannya ternyata siswa masih belum siap untuk melakukan diskusi, hal ini terlihat sebagian besar kelompok hanya satu sampai dua siswa saja yang kelihatan serius dalam mengerjakan LKS dan permasalahannya tersebut sedangkan lainnya terkesan menunggu jawaban dari teman yang pintar dalam kelompok tersebut. Pada saat siswa mendiskusikan soal pada LKS dan permasalahannya guru berkeliling ke masing-masing kelompok untuk mengamati pekerjaan yang dilakukan siswa dan berusaha untuk melayani siswa apabila siswa masih ada yang bingung terhadap soal di LKS dan permasalahannya maupun cara mencari jawabannya dengan tidak memberi jawaban yang tidak tepat. Dari pengamatan guru ternyata siswa sedikit yang

78 Ibid.,

memiliki buku Sosiologi selain buku LKS yang wajib dipunyai siswa, sehingga siswa terkesan kurang begitu semangat dalam mencari jawaban mengingat buku yang dimiliki oleh siswa begitu terbatas. Pada saat guru berkeliling tidak ada siswa yang berani bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi karena siswa masih terkesan malu-malu dengan gurunya padahal terlihat dari raut wajah siswa banyak yang masih merasa bingung. Pada saat guru berkeliling guru juga mengingatkan kepada siswa untuk menuliskan jawaban pada LKS dengan serapi mungkin agar pada saat kegiatan bertamu maupun menerima tamu siswa lebih mudah untuk membaca jawaban dari kelompok tersebut.

Pada saat waktu pelaksanaan diskusi kelompok sudah habis guru segera mengecek hasil kerja siswa, karena langkah selanjutnya adalah kegiatan bertamu atau menerima tamu. Pada saat guru melakukan pengecekan terhadap jawaban siswa ternyata banyak siswa yang belum selesai dalam mengerjakan LKS dan permasalahannya. Maka:

Guru: Anak-anak apakah kegiatan diskusi untuk mengerjakan LKS dan permasalahannya

sudah selesai?. Siswa: Belum pak…! Guru : Kelompok berapa yang sudah selesai? Siswa: Belum pak..! Guru : Baiklah kalau begitu waktu diskusi saya tambah menjadi 10 menit lagi, setelah itu

kalian lanjutkan untuk kegiatan diskusi dengan kelompok lain. Siswa: Iya pak..! Pada saat waktu tambahan sudah habis siswa maka guru segera meminta

setiap kelompok untuk mempersiapkan diri untuk kegiatan bertamu dan menerima tamu.

kelompok lain mengenai jawaban tersebut. Siswa: Belum pak…tinggal sedikit! Guru : Ya, tidak apa-apa saya lihat sudah banyak yang selesai, sekarang kalian

berpindah yaitu dua siswa dari kelompok 1 bertamu ke kelompok 2, sedangkan dua siswa dari kelompok 2 segera bertamu ke kelompok 3, kemudian dua siswa dari kelompok 3 segera bertamu ke kelompok 4, kemudian dua siswa dari kelompok 4 segera bertamu ke kelompok 5, kemudian dua siswa dari kelompok 5 segera bertamu ke kelompok 6, kemudian dua siswa dari kelompok 6 segera bertamu ke kelompok 7, kemudian dua siswa dari kelompok 7 segera bertamu ke kelompok 8, kemudian dua siswa dari kelompok 8 segera bertamu ke kelompok 9, kemudian dua siswa dari kelompok 9 segera bertamu ke kelompok 10 dan yang dua siswa dari kelompok 10 bertamu ke kelompok 1.

Siswa: Pak, setelah bergabung, kami harus bagaimana? Guru : Kalau sudah bergabung dengan kelompok yang baru maka tugas bagi siswa yang

bertamu ke kelompok lain adalah mencatat jawaban dan alasan dari kelompok tersebut, sedangkan siswa yang menerima tamu tugasnya adalah menceritakan dan menjelaskan jawaban hasil diskusinya. Bagaimana sudah paham?

Siswa: Ya pak…! Pada saat tahapan ini ternyata lagi-lagi siswa ramai, karena mereka

berebut untuk bertamu ke kelompok lain, hal ini terjadi karena guru pada saat itu memberikan kewenangan kepada siswa untuk menentukan siapa yang bertugas bertamu ke kelompok lain, sehingga akibatnya siswa saling berebut untuk bertamu. Siswa juga belum begitu paham dengan tugas dari siswa yang bertamu maupun yang menerima tamu sehingga pada saat kegiatan tersebut siswa tidak langsung berdiskusi dengan temannya melainkan siswa banyak yang asik ngobrol berebut untuk bertamu ke kelompok lain, hal ini terjadi karena guru pada saat itu memberikan kewenangan kepada siswa untuk menentukan siapa yang bertugas bertamu ke kelompok lain, sehingga akibatnya siswa saling berebut untuk bertamu. Siswa juga belum begitu paham dengan tugas dari siswa yang bertamu maupun yang menerima tamu sehingga pada saat kegiatan tersebut siswa tidak langsung berdiskusi dengan temannya melainkan siswa banyak yang asik ngobrol

Pelaksanaan diskusi pada tahap bertamu ini guru dan observer mengamati kegiatan diskusi untuk penilaian aspek afektif siswa. Sebagai contoh aspek afektif pada perilaku keaktifan bertanya maupun menjawab dalam diskusi dapat dilihat pada cuplikan pada kelompok 4 (sebagai tamu) dan kelompok 5 (sebagai penerima tamu).

Kelompok 4: Soal no 3 kalian menjawab apa? Kelompok 5: Jawaban kita nilai moral? Kelompok 4: Mengapa? Kelompok 5: Karena nilai yang berkenaan dengan kebaikan dan keburukan yang

bersumber dari kehendak atau kemauan seseorang. (nilai moral).

Kelompok 4: Jawaban kalian berbeda dengan jawaban kelompok kita, karena kelompok

kita mengatakan bahwa nilai religius lebih tepat dari pada moral.

Kelompok 5: Tidak. Memang nilai religius kalau dilihat dari segi agama benar dan

mutlak datangnya dari yang maha kuasa, tetapi kalau moral itu kan dilihat dari segi sosialisasi masyarakatnya.

Kelompok 4: Benar tidak…? (kelompok 4 ragu dengan jawaban dan sedikit bingung

sehingga menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa) Kelompok 5: Iya benar. Dari cuplikan tersebut dapat dilihat frekuensi bertanya maupun menjawab siswa dari kelompok 4 dan kelompok 5. Pada tahapan ini memang tahapan yang sangat penting dalam

pembelajaran model two stay two stray (TSTS) karena di tahapan ini siswa akan pembelajaran model two stay two stray (TSTS) karena di tahapan ini siswa akan

Setelah waktu yang ditentukan sudah habis guru segera menyuruh siswa untuk kembali ke kelompok awalnya dan mendiskusikannya sekali lagi temuan jawaban dari kelompk lain. Pada tahapan ini kembali lagi guru dan observer melakukan pengamatan untuk menilai aspek afektif siswa, hasil pengamatan siswa masih belum berdiskusi dengan baik, karena dari pengamatan guru dan observer siswa terkesan langsung percaya saja atau langsung menolak dengan jawaban temannya dan tidak mendiskusikan lagi jawaban tersebut. Sehingga siswa lebih mengutamakan selesai mengerjakan tugas LKS dan permasalahannya dari pada mendiskusikan untuk menemukan suatu jawaban yang berasal dari pemahaman mereka. Salah satu contoh dari pengamatan guru yaitu pada kelompok 4 dimana siswa yang bertamu ke kelompok 5 ingin menyampaikan hasil temuannya bahwa soal pada no 3 tidak sama.

Siswa bertamu : Teman-teman jawaban no 3 kita berbeda? Siswa menerima tamu : Kelompok 5 menjawab apa?

Siswa bertamu : Mereka menjawab lebih tepat nilai religius dari pada nilai

moral.

Siswa menerima tamu

: Alasan mereka apa?

Siswa bertamu : Karena nilai religius berkenaan dengan kebaikan dan

keburukan sehingga lebih tepat jawabannya.

kita sudah punya jawaban 79 .

Pada tahapan diskusi ini ternyata siswa banyak yang tidak menghargai pendapat dari kelompok lain dan terkesan acuh, begitupun siswa pada kelompok 5 juga terlihat tidak begitu perduli dengan jawaban dari kelompok 4.

Pada tahapan ini ternyata waktu habis sehingga guru langsung mengakhiri pembelajarannya dan guru juga mengingatkan kepada siswa bahwa minggu depan akan dilaksanakan kegiatan presentasi oleh kelompok sehingga siswa diminta belajar dengan baik tentang apa yang didiskusikan pada pertemuan hari ini.

4. Presentasi Kelompok Pada tahap ini dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dengan waktu hanya dua jam pelajaran (2 x 45 menit). Pada awal masuk pelajaran diawali dengan salam dan doa, kemudian guru segera mengabsen siswa. Karena waktu yang digunakan cukup terbatas maka guru segera memasuki tahap presentasi kelompok, kemudian guru segera memberi kesempatan kepada siswa untuk maju mempresentasikan jawaban pada LKS tesebut. Pada saat itu ternyata tidak ada kelompok yang berani secara sukarela untuk mencoba mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya. Oleh karena itu guru segera memilih secara acak kelompok yang akan maju mempresentasikan yaitu kelompok 3.

Pada saat kegiatan presentasi guru memilih kelompok 3 menjelaskan tentang jawaban LKS dari hasil diskusi, guru mengamati dan membimbing jalannya presentasi ini. Guru dan observer juga melakukan pengamatan jalannya

79 Ibid., 79 Ibid.,

Kelompok 3 : Jawaban kami kelompok 3 untuk LKS yang no 1, yaitu menjamin ketertiban hubungan antar individu dalam masyarakat karena pada hakikatnya norma-norma sosial yang berisi tentang tata tertib, aturan permaianan, petunjuk standar perilaku yang disusun untuk membentuk kepribadian yang baik dalam masyarakat.

Guru : Baiklah itu jawaban dari kelompok 3 untuk no 1, ada yang punya jawaban lain?

Kelompok 9 : Sama pak..! (serentak siswa menyatakan bahwa jawabannya sama). Guru

: Silahkan dilanjutkan untuk no 2.

Kelompok 3 : Jawaban kami untuk no 2, yaitu termasuk norma kesopanan, karena dengan memberikan atau menerima sesuatu dengan tangan kanan termasuk norma kesopanan bukan norma yang lainnya

Guru : Baiklah itu jawaban dari kelompok 3 untuk LKS no 2, ada yang punya jawaban lain?

Kelompok 1 : Jawabannya kita adalah norma kebiasaan pak, karena sudah terbiasa memberikan atau menerima sesuatu dengan tangan kanan termasuk, tetapi bagaiamana dengan seseorang yang kidal?apa itu termasuk tidak sopan?dia kan sudah terbiasa memberi atau menerima dengan tangan kiri, jadi lebih tepat norma kebiasaan,

Kelompok 4 : Hubungannya kurang sebanding pak..! yaitu jika norma kebiasaan itu iya dilihat dari kebiasaannya, tapi kalau kebiasaa itu kurang tepat dan membuat orang lain saat berinteraksi kurang etis itu juga kan tidak tepat, jadi benar jawabannya itu lebih tepat norma kesopanan, karena bagaimanapun kita

sendirian, melaikan hidup berdampingan dengan masyarakat yang memiliki berbagai macam tata tertib da peraturan yang diberlakukan dilingkungannya.

tidak hidup tidak hidup

Kelompok 3

: Iya pak, kurang tepat dari jawaban mereka.

Guru

: Lanjutkan untuk soal no 3.

Kelompok 3 : Jawaban kami untuk no 3 yaitu nilai moral, apabila nilai yang berkenaan dengan kebaikan dan keburukan yang bersumber dari kehendak atau kemauan seseorang itu disebut nilai moral.

Guru : Baiklah itu jawaban dari kelompok 3 untuk LKS no 3, ada yang punya jawaban lain?

Kelompok 4 : Jawaban kelompok kami lebih tepat nilai religius pak, walau bagaiamapun nilai religius lebih tepat karena itu semua berkenaan dengan kebaikkan dan keburukan seseorang.

Guru : Karena ada jawaban yang berbeda, setelah diskusi kita akan membuktikan bersama melalui penjelasan bersama bapak sehingga dapat terlihat manakah yang lebih tepat nilai moral atau nilai religius.

Diskusi berjalan lancar walaupun masih belum sempurna karena sedikit siswa yang bertanya maupun menyampaikan jawaban yang berbeda pada saat presentasi hal ini terlihat hanya sebagaian kelmpok yang bersedia menanggapi presentasi, kemudian siswa disuruh mencatat semua perbedaan jawaban tersebut karena pada pertemuan berikutnaya akan ada pembuktian dan penjelasan materi tentang soal yang ada di LKS tersebut. Karena waktu sudah habis maka guru menutup pelajaran dengan sekali lagi membacakan jawaban-jawaban yang beragam dari siswa. Kemudian guru juga menyuruh siswa untuk memikirkan kira- kira jawaban mana yang paling tepat.

Pada tahap ini yaitu melanjutkan tentang presentasi kelompok dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dengan waktu dua jam pelajaran (2 x 45 Pada tahap ini yaitu melanjutkan tentang presentasi kelompok dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dengan waktu dua jam pelajaran (2 x 45

Guru : Anak-anak bapak akan menjelaskan hakikat sosialisasi, sosialisasi adalah proses

belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi di dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam proses sosilisasi adalah peran, nilai, dan norma sosial. Contohnya sering kita jumpai keanekaragaman peran, nilai, dan norma sosial dalam proses sosialisasi dimasyarakat, yaitu kelompok yang satu mempunyai peran, nilai, dan norma sosial yang berbeda dengan kelompok lainnya. Salah satunya kebiasaan, ada yang menggunakan tangan kiri atau tangan kanan itu sama sopannya. Ada pula yang memilih hanya menggunakan tangan kanan agar lebih sopan. Kebiasaan-kebiasan tersebut umumnya berusaha ditanamkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tujuannya agar anggota kelompok atau masyarakat dari genarasi berikut dapat bersikap dan berprilaku sesuai dengan kebiasaan (nilai dan norma) yang dianut kelompok atau masyarakat tersebut. Siapa yang bisa menjelaskan kedepan tentang perbedaan antara nilai moral dan nilai religius?

Siswa: Saya pak (Joko Nurianto)…! Guru : Ya silahkan Joko maju ke depan... Siswa: Nilai moral dan nilai religius itu perbedaannya adalah kalau nilai moral itu

dilihat dari kebaikan dan keburukkan yang bersumber dari kehendak atau kemauan seseorang sedangkan nilai religius itu dilihat dari baik dan buruknya yang bersumber dari agama dan bersifat mutlak, apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggal akan mendapat dosa.

moral dan nilai religius ya? Siswa: Iya pak..! Guru : Ada pertanyaan? Siswa: Belum pak...! Guru : Sekarang kita lanjut ke proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian ya? Siswa: Iya pak...! Guru: Pada bagian sebelumnya, kita telah membahas bahwa dalam pergaulan hidup,

manusia tidak pernah lepas dari proses sosialisasi dan penilaian orang lain. Sering kita mendengar pendapat orang mengenai perilaku atau perangai si A yang baik dan si B yang buruk. Orang mengartikan sikap atau perangai dan tingkah laku tersebut sebagai kepribadian (personality) seseorang. Namun, sebenarnya sikap atau perangai dan tingkah laku seseorang yang disebutkan itu hanya sebagian kecil potret dari kepribadian seseorang. Paham?

Siswa : Iya pak...! Guru

: Sekarang siapa yang bisa menjelaskan tahap perkembangan diri manusia? Siswa

: Saya (Rismawati Dewi Rukmana) pak...! Guru

: Ya silahkan dia jelaskan apa itu tahap perkembangan diri manusia.

Siswa : Play Stage, yaitu seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang- orang yang ada disekitarnya. Game stage, yaitu seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang harus dijalankan melainkan telah mengetahui peran yang dijalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Generalized other, yaitu anak telah mampu mengambil peran-peran oran lain yang lebih luas, tidak sekedar orang-orang terdekatnya. Sudah pak?

Guru : Iya bagus, terimakasih Risma. Sekarang siapa yang bisa mencontohkannya? Siswa

: Saya (Dwi Ariya Rendra Hadi) pak...! Guru

: Iya kamu ariya dipersilahkan maju ke depan untuk mencontohkannya.

bermain bola voli, tetapi anak itu belum memahami sepenuhnya isi peran- peran yang ditiru. Mengapa bola harus ditendang atau mengapan bola voli harus dismash. Game stage contohnya dalam bermain bulu tangkis ia menyadari adanya peranan sebagai wasit, sebagai pemain dan hakim garis. Generalized Other contohya sebagai seorang siswa SMA ia memahami peran guru, dan sebagai anak ia memahami peran orang tua. Sudah pak?

Guru : Bagus, terimakasih ya Ariya.

Siswa sangat senang sekali dengan tahapan ini karena apa yang selama ini didiskusikan dan dipikirkan dibuktikan langsung oleh penjelasan di depan kelas oleh guru dan siswa. Kemudian juga menjelaskan materi tambahan dan guru juga menambahkan dengan mendiskusikan yaitu meminta siswa untuk ke depan sejumlah 10 siswa.

Guru : Untuk lebih jelas dalam memahami konsep ini, bapak minta bantuan untuk sepuluh siswa maju ke depan membantu bapak yang diwakili dari masing- masing kelompok.

Siswa : Saya pak…! (siswa sangat semangat dan maju untuk membantu mendiskusikannya)

Guru : Sekarang bapak berada di tengah siswa, silahkan lima siswa berada disamping kiri bapak, dan lima siswa berada di samping kanan bapak.

Siswa : Sudah pak. Guru

: Baik, bapak punya sebelas permen, bapak akan membagikan secara merata permen ini kepada siswa yang ada di kanan maupun di kiri bapak. Tolong kalian semua menghayalkan bahwa permen yang bapak berikan anggap sebagai agen sosialisasi dalam membentuk kepribadian. Mengerti?

Siswa : Iya pak.

ternyata lima siswa disebelah kiri saya mendapatkan masing-masing satu permen dan siswa yang berada disebelah kana saya juga masing-masing mendapatkan lima permen. Ini menunjukkan bahwa atu permen itu termasuk agen sosialisasi dalam membentuk kepribadian, yaitu Keluarga, kelompok sebaya, sekolah, media massa, sosialisasi primer, sosialisasi sekunder, formal, informal, sosialisasi represif, dan sosialisasi partisipatoris. Sekarang masing-masing siswa yang mendapatkan permen untuk kembali pada kelompoknya kemudian mendiskusikan dengan menggunakan metode two stay two stray (TSTS).

Siswa : Paham pak (serentak siswa menjawab).

Dari prestasi ini guru menunjukkan bahwa agen sosialisasi dalam membentuk kepribadian yang diterima oleh satu siswa maka masing-masing siswa akan mendapat agen-agen sosialisasi yang artinya setiap siswa kembali kepada kelompoknya masing-masing untuk didiskusikan dengan model two stay two stray. dari permasalahan yang terdapat pada LKS dan tambahan materi yang ditambahkan guru untuk didiskusikan hasilnya, maka siswa merasa sangat puas, hal ini terlihat dengan semangat dan keriangan siswa pada saat didiskusikan oleh guru mereka.

Guru : Anak-anak apakah kegiatan diskusi untuk agen sosialisasi dalam membentuk kepribadian sudah selesai?.

Siswa : Sudah pak…! Guru

: Baiklah kalau begitu sekarang kalian berpindah yaitu dua siswa dari kelompok 1 bertamu ke kelompok 2, sedangkan dua siswa dari kelompok 2 segera bertamu ke kelompok 3, kemudian dua siswa dari kelompok 3 segera bertamu ke kelompok 4, kemudian dua siswa dari kelompok 4 segera : Baiklah kalau begitu sekarang kalian berpindah yaitu dua siswa dari kelompok 1 bertamu ke kelompok 2, sedangkan dua siswa dari kelompok 2 segera bertamu ke kelompok 3, kemudian dua siswa dari kelompok 3 segera bertamu ke kelompok 4, kemudian dua siswa dari kelompok 4 segera

Siswa : Iya pak..! Guru

: Kalau sudah bergabung dengan kelompok yang baru maka tugas bagi siswa yang bertamu ke kelompok lain adalah mencatat jawaban dan alasan dari kelompok tersebut, sedangkan siswa yang menerima tamu tugasnya adalah menceritakan dan menjelaskan jawaban hasil diskusinya. Bagaimana sudah paham?

Siswa : Ya pak…! Guru

: Diskusi berjalan lancar sampai selesai 80 .

Pada saat sisa waktu 35 menit guru segera meminta kepada seluruh siswa untuk mempelajari tentang sosialisasi dan pembentukkan kepribadian mulai dari hakikat sosialisasi sampai agen-agen sosialisasi dalam pembentukkan kepribadian. Selanjutnya pada pertemuan ini akan diadakan postest siklus I dikarenakan dua minggu yang akan datang libur nasional dan libur ujian nasional untuk tingkat SMA se Indonesia.

5. Evaluasi Pada tahap ini guru meminta siswa untuk memasukkan semua catatan dan

buku Sosiologi karena diadakan postest pada hari ini 81 , dan tempat duduk dan

80 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 9 Maret 2010 80 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 9 Maret 2010

Pada pelaksanaan postest yang dilakukan siswa terlihat serius sekali dalam mengerjakan soal tersebut walaupun ada dua sampai empat siswa yang berusaha saling mencontoh jawaban dari temannya. Setelah tes berakhir dan lembar jawaban soal dikumpulkan, banyak siswa yang mengeluh karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal tes dirasa kurang (2x45 menit), jadi siswa

merasa tidak maksimal dalam mengerjakan 82 .

Selama pelaksanaan tindakan I, guru sudah berusaha menerapkan semua tahapan-tahapan yang ada pada model pembelajaran two stay two stray (TSTS) atau sesuai dengan sintaks model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dengan tingkat keterlaksanaan 56 %, sehingga belum benar-benar maksimal. Dengan melakukan observasi pada siklus I, akan diketahui apa saja yang terjadi selama pelaksanaan tindakan I. Kemudian diadakan postest untuk mengukur aspek kognitif siswa dan lembar observasi utuk mengukur aspek afektif siswa. Jadi setelah pelaksanaan siklus I ini, maka akan diketahui bagaimana pencapaian aspek kognitif dan aspek afektif siswa.

81 Ibid., 82 Ibid.,

6. Temuan Penelitian Setelah diberi Tindakan I Berdasarkan pelaksanaan tindakan I dan hasil tes yang diberikan diperoleh temuan sebagai berikut: 1) siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran two stay two stray (TSTS), hal ini terlihat pada saat diskusi siswa bingung dengan tugas pada saat kegiatan diskusi bertamu maupun menerima tamu sehingga siswa banyak yang bertanya kepada guru tentang apa yang harus dilakukan pada tahapan tersebut, 2) pembagian kelompok sedikit terhambat dan menghabiskan banyak waktu karena sebagian besar siswa lupa dengan kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, 3) buku pelajaran Sosiologi yang dimiliki atau dibawa siswa sangat terbatas, dan sebagaian besar siswa hanya membawa buku tulis dan buku LKS saja, 4) dalam mengerjakan LKS, hanya sebagian siswa saja yang ikut berpartisipasi. Kerjasama antar siswa dalam membuat laporan jawaban LKS kurang, karena guru kurang mengingatkan kepada siswa untuk berbagi tugas dengan temannya, 5) kurangnya LKS bagi kelompok, karena setiap siswa ada yang tidak memiliki LKS, hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam mencari jawaban LKS dan hanya didominasi oleh siswa yang pandai saja, 6) dalam diskusi hanya sebagaian kelompok saja yang berani menyampaikan jawabannya, sedangkan lainnya terkesan masih malu-malu untuk menyampaikan jawabannya, 7) guru sudah melaksanakan tahapan-tahapan yang ada dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) tetapi belum maksimal dan keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I adalah 56 %, 8) hasil postest aspek kognitif, siswa mendapatkan nilai rata-rata 70, dengan rincian siswa yang nilainya di atas KKM adalah sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang nilainya masih di 6. Temuan Penelitian Setelah diberi Tindakan I Berdasarkan pelaksanaan tindakan I dan hasil tes yang diberikan diperoleh temuan sebagai berikut: 1) siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran two stay two stray (TSTS), hal ini terlihat pada saat diskusi siswa bingung dengan tugas pada saat kegiatan diskusi bertamu maupun menerima tamu sehingga siswa banyak yang bertanya kepada guru tentang apa yang harus dilakukan pada tahapan tersebut, 2) pembagian kelompok sedikit terhambat dan menghabiskan banyak waktu karena sebagian besar siswa lupa dengan kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, 3) buku pelajaran Sosiologi yang dimiliki atau dibawa siswa sangat terbatas, dan sebagaian besar siswa hanya membawa buku tulis dan buku LKS saja, 4) dalam mengerjakan LKS, hanya sebagian siswa saja yang ikut berpartisipasi. Kerjasama antar siswa dalam membuat laporan jawaban LKS kurang, karena guru kurang mengingatkan kepada siswa untuk berbagi tugas dengan temannya, 5) kurangnya LKS bagi kelompok, karena setiap siswa ada yang tidak memiliki LKS, hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam mencari jawaban LKS dan hanya didominasi oleh siswa yang pandai saja, 6) dalam diskusi hanya sebagaian kelompok saja yang berani menyampaikan jawabannya, sedangkan lainnya terkesan masih malu-malu untuk menyampaikan jawabannya, 7) guru sudah melaksanakan tahapan-tahapan yang ada dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) tetapi belum maksimal dan keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I adalah 56 %, 8) hasil postest aspek kognitif, siswa mendapatkan nilai rata-rata 70, dengan rincian siswa yang nilainya di atas KKM adalah sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang nilainya masih di

Tabel 4.3 Pencapaian Aspek Afektif pada Siklus I No

Kategori

Nilai perilaku

Indikator

(0-100)

1 Penerimaan Respon terhadap pendapat siswa 81

Keaktifan dalam diskusi.

3 Penentuan Sikap

Kerjasama dalam kelompok.

5 Pembentukan

proses pola hidup

86 Kelengkapan alat dan sumber

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa pada siklus I nilai total rara-rata aspek afektif dirasa masih kurang, sehingga perlu untuk ditingkatkan lagi.

7. Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh dari temuan penelitian setelah diberi tindakan I, dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan model two stay two stray (TSTS) mampu meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif

siswa. Meskipun hasil yang diperoleh masih dirasa kurang dan belum maksimal. Hal ini karena pada pelaksanaan siklus I ini masih terdapat kekurangan- kekurangan antara lain sebagai berikut: 1) siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS), sehingga setiap tahap- tahap pembelajaran belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh siswa untuk belajar, oleh karena itu pada pertemuan selanjutnya guru harus lebih menjelaskan tentang tahapan-tahapan model two stay two stray (TSTS) khususnya pada tahapan bertamu dan menerima tamu, 2) siswa kurang terbiasa dengan belajar kelompok sehingga pada saat dibentuk kelompoknya, maka pada pertemuan berikutnya siswa masih banyak yang lupa dengan kelompoknya masing-masing, oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru dapat mencatatkan nama-nama kelompok yang sudah dibentuk dan ditempel dalam mading kelas sehingga siswa dengan mudah dapat mencari dan mengingat nama teman kelompoknya apabila siswa lupa, 3) kesiapan siswa dalam belajar masih kurang sehingga siswa banyak yang tidak membawa buku Sosiologi, oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru dapat mensosialisasikan kepada siswa agar meminjam buku diperpustakaan atau meminjam buku temannya, 4) aktivitas siswa yang aktif dalam diskusi mengerjakan LKS hanya sebagian, karena pembagian tugas dalam kelompok masih kurang, 5) LKS yang diterima dari kelompok hanya satu, sehingga menyebabkan siswa banyak yang tidak bekerja melainkan menggantungkan jawaban pada teman yang palig pintar dan LKS juga lebih dikuasai oleh siswa yang pandai saja, 6) dalam pelaksanaan diskusi masih banyak kelompok yang kurang berani dalam menyampaikan gagasan jawaban LKS dan permasalahannya, siswa. Meskipun hasil yang diperoleh masih dirasa kurang dan belum maksimal. Hal ini karena pada pelaksanaan siklus I ini masih terdapat kekurangan- kekurangan antara lain sebagai berikut: 1) siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS), sehingga setiap tahap- tahap pembelajaran belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh siswa untuk belajar, oleh karena itu pada pertemuan selanjutnya guru harus lebih menjelaskan tentang tahapan-tahapan model two stay two stray (TSTS) khususnya pada tahapan bertamu dan menerima tamu, 2) siswa kurang terbiasa dengan belajar kelompok sehingga pada saat dibentuk kelompoknya, maka pada pertemuan berikutnya siswa masih banyak yang lupa dengan kelompoknya masing-masing, oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru dapat mencatatkan nama-nama kelompok yang sudah dibentuk dan ditempel dalam mading kelas sehingga siswa dengan mudah dapat mencari dan mengingat nama teman kelompoknya apabila siswa lupa, 3) kesiapan siswa dalam belajar masih kurang sehingga siswa banyak yang tidak membawa buku Sosiologi, oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru dapat mensosialisasikan kepada siswa agar meminjam buku diperpustakaan atau meminjam buku temannya, 4) aktivitas siswa yang aktif dalam diskusi mengerjakan LKS hanya sebagian, karena pembagian tugas dalam kelompok masih kurang, 5) LKS yang diterima dari kelompok hanya satu, sehingga menyebabkan siswa banyak yang tidak bekerja melainkan menggantungkan jawaban pada teman yang palig pintar dan LKS juga lebih dikuasai oleh siswa yang pandai saja, 6) dalam pelaksanaan diskusi masih banyak kelompok yang kurang berani dalam menyampaikan gagasan jawaban LKS dan permasalahannya,

II diharapkan apa yang menjadi kelemahan maupun kendala pada siklus I dapat diperbaiki sehingga keterlaksanaan pembelajaran dapat meningkat, 8) hasil nilai rata-rata aspek kognitif dan aspek afektif siswa sudah meningkat dibandingkan dengan sebelum diberi tindakan, namun hasil penigkatan yang diperoleh masih dirasa kurang karena masih dibawah target yang ingin dicapai.

Berdasarkan berbagai kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I, maka perlu diperbaiki lagi seluruh kekurangan-kekurangan tersebut dan apa yang sudah baik perlu ditingkatkan dan dipertahankan sehingga diharapkan pada perencanaan siklus II dipersiapkan sebaik mungkin sehingga apa yang menjadi target penelitian yaitu peningkatan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dapat tercapai.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62