PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL (2)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN ASPEK KOGNITIF DAN ASPEK AFEKTIF SISWA KELAS X.5 SMA NEGERI 02 JUNREJO, KOTA BATU SKRIPSI

Oleh MUAMAR AGUNG RIFALDI 06130089 PROGRAM PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG JULI, 2010

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN ASPEK KOGNITIF DAN ASPEK AFEKTIF SISWA KELAS X.5 SMA NEGERI 02 JUNREJO, KOTA BATU SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Muamar Agung Rifaldi 06130089 PROGRAM PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG JULI, 2010

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN ASPEK KOGNITIF DAN ASPEK AFEKTIF SISWA KELAS X.5 SMA NEGERI 02 JUNREJO, KOTA BATU SKRIPSI

Oleh

Muamar Agung Rifaldi 06130089

Telah disetujui Pada tanggal 19 Juli 2010 Oleh,

Dosen Pembimbing

Istianah Abu Bakar, M.Ag NIP. 19770709 200312 2 004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Drs. Moh. Yunus, Msi. NIP.19690324 199603 1 002

HALAMAN PENGESAHAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN ASPEK KOGNITIF DAN ASPEK AFEKTIF SISWA KELAS X.5 SMA NEGERI 02 JUNREJO, KOTA BATU SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh Muamar Agung Rifaldi (06130089)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 27 Juli 2010

dengan nilai A

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)

pada tanggal: 2 Agustus 2010

Panitia Ujian

Tanda Tangan

Ketua sidang

Istianah Abu Bakar, M.Ag NIP. 19770709 200312 2 004

Sekretaris sidang

H. Zulfi Mubaraq, M.Ag NIP. 19731017 200003 1 001

Dosen pembimbing

Istianah Abu Bakar, M.Ag NIP. 19770709 200312 2 004

Penguji utama

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 19440712 196410 1 001

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 1962507 199503 1 001

PERSEMBAHAN

MOTTO

Artinya: ...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran...(Surat Al-Maidah: 2 1 )

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannuya. (Surabaya: Al- Hidayah, 2000), hlm. 156

Istianah Abu Bakar, M.Ag

Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Muamar Agung Rifaldi Malang, 19 Juli 2010 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang di

Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut dibawah ini:

Nama

: Muamar Agung Rifaldi

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Judul Skripsi : ”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa Kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu”

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing,

Istianah Abu Bakar, M.Ag

NIP. 19770709 200312 2 004

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 19 Juli 2010

Muamar Agung Rifaldi NIM: 06130089

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata lain yang pantas dan patut penulis untaikan selain rasa puji dan syukur kehadirat Allah SWT “Sang Maha Lembut” yang telah melimpahkan kasih-sayang-Nya yang tiada batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dalam bentuk skripsi ini dengan mengambil judul

”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa Kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu”

Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap terlimpah curahkan kepada suri teladan suci kita bersama yakni Baginda Rasulullah Muhammad SAW, pemimpin dan pembimbing abadi umat Islam. Karena, melalui Beliaulah kita menemukan jalan yang terang benderang dalam mendaki puncak tertinggi iman, dari gunung tertinggi Islam.

Penulis menyadari bahwa baik dalam memulai perjalanan studi maupun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya, permohonan maaf, dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibunda Hj Khumaeroh dan Ayahanda Drs. H. Sholeh Kaelani, M.Pd serta Keluarga besar Bani Mbah H. Sulaiman tercinta yang dengan ikhlas memberikan dorongan baik moril, materiil, dan spirituil.

2. Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Sang Maestro Bapak Drs. Muh. Yunus M.Si., selaku Kepala Jurusan P. IPS Fakultas Tarbiyah dan beserta segenap dosen Fakultas Tarbiyah khususnya jurusan P. IPS UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang dengan ikhlas telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Sang Pembimbing Ibu Istianah Abu Bakar, M.Ag., yang dengan ikhlas membagikan waktu, tenaga, dan fikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

6. Segenap staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Negeri Malang yang dengan ikhlas membantu menyediakan buku-buku literatur yang penulis butuhkan.

7. Kepala Sekolah, guru, dan segenap staf SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu yang dengan ikhlas membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

8. Bapak Ali Ridho, M.M Sang Guru pamong penelitian bidang studi sosiologi di SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu yang senantiasa membantu penulis dalam proses penyelesaian penelitian skripsi ini.

9. Siswa-siswi kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu yang dengan ikhlas dan sabar bekerjasama dalam membantu proses penelitian skripsi ini.

10. Untuk Mentariku (Siti Umaria), yang selalu setia membantu dalam susah ataupun senang demi penyelesaian skripsi ini.

11. Sahabat-sahabati PMII Malang dan teman-teman, kawan-kawan, kelas IPS angkatan 2006, 2007, 2008 (Khususnya Kelas A, B dan C) kalian semua adalah yang terbaik.

12. Seluruh Sahabat-sahabati PMII di sanggar seni dan budaya An-Nashih (Bang Ber, Cak Cus, Cak Yuyud, M. Solikhin, M. Toyib, M. Kanif Syamsuri, M. Fadholi, dll) Kalian best of the best.

13. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazaakumullah Ahsanal Jazaa” semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT.

Dan akhirnya, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi memperbaiki karya tulis yang sederhana ini, semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Malang, 07 Juni 2010

Penulis

BAB VI. PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 161

B. Saran ................................................................................................. 163

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK

Agung Rifaldi, Muamar. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two

Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afktif Siswa Kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu. Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Istianah Abu Bakar, M.Ag

Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru sosiologi SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu didapatkan bahwa nilai rata-rata aspek kognitif siswa pada kelas X.5 masih dibawah KKM sekolah yaitu 66 dengan hasil nilai rata-rata kognitif 53.46. Hasil tersebut menunjukkan angka yang masih rendah dibandingkan dengan kelas lain. Proses pembelajaran yang biasa dilaksanakan menggunakan model ceramah yaitu penyampaian materi secara utuh kepada siswa dan diselingi dengan latihan-latihan soal, pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan pembelajaran kurang berarti bagi siswa. Siswa kurang memperoleh pengalaman langsung, dan guru kurang memberikan kesempatan serta kepercayaan terhadap diri siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Hal ini juga berdampak pada rendahnya aspek afektif siswa. Berdasarkan permasalahan ini peneliti melakukan upaya perbaikan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS). Model pembelajaran tersebut melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar. Pakok pikiran pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) adalah memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Sebagai subjek penelitiannya adalah siswa kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu, berjumlah 39 siswa. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes aspek kognitif sosiologi berupa ulangan harian akhir siklus, dan lembar observasi aspek afektif pada saat proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu mengalami peningkatan aspek kognitif dan aspek afektif, setelah diberi tindakan berupa penerapan pembelajaran dengan menggunakan model two stay two stray (TSTS). Peningkatan aspek kognitif ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa dari sebelum tindakan 53.46 meningkat pada siklus I menjadi 70 dan meningkat pada siklus II menjadi 74 serta meningkat pada siklu III menjadi 82. Peningkatan nilai rata-rata aspek afektif dari siklus I sebesar

76 meningkat menjadi 83 pada siklus II dan meningkat menjadi 91 ada siklus III.

Model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan cara memberikan suasana belajar diskusi yang menyenangkan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif melakukan pertukaran informasi dan materi dengan sesama teman, menyampaikan gagasan kepada teman, menyampaikan jawaban dan pertanyaan terhadap permasalahan diskusi, serta membutuhkan kerjasama dalam kelompok.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS), Aspek Kognitif, Aspek Afektif

ABSTRACT

Agung Rifaldi, Muamar. 2010. the Application of Cooperative Learning Two

Stay Two Stray (TSTS) Model to Increase Cognitive and Affective Aspect of The Students Class X-5 State Senior High School of Junrejo 02, Batu. Thesis, Social Science Education Department, Tarbiyah Faculty, State Islamic University Maulana Malik Ibrahim Malang. Istianah Abu Bakar, M. Ag.

Based on the early observation and interview with the sociology teachers of State Senior High School 02 Junrejo Batu, this inform that the average value of student’s cognitive aspect of class X-5 is still under minimal completeness criterion (KKM). That is 66. The average value of the students is 53,46. The result shows low number than other class. Learning processes that usually done use speech model. That is material fully taught to the students and it is increased by tasks. This learning causes the students inclined passive and it is not has mean for the students. The students are lack to get direct experience and the teachers are lack to give chance and honesty to the students to active in the learning process. This problem also gives impact on the low of student’s affective aspect. Based on this problem, the researcher try to do improvement with apply cooperative learning Two stay Two Stray (TSTS) model. That learning model involves the students actively. The main idea of the cooperative learning Two Stay Two Stray (TSTS) model is gives chance to a group to divide the result and information to other group.

The approach that is used in this research is qualitative research. The kind of this research is classroom research (PTK). This consists of three cycles. The subjects are the students of class X-5 State senior High School 02 of Junrejo Batu. Number of the students is 39 students. The instruments to collect the data that is used in this research are cognitive test of sociology. It is daily test of the final cycle. Besides that, it also use observation sheet of affective aspect when learning process.

The result of research shows that the students of class X-5 State Senior High School get increasing of cognitive and affective aspect. After they applied the learning use Two Stay Two Stray model, the cognitive increasing is signed by the increasing of average value of the students. The student’s average value before acting is 53,46, then increase in first cycle become 70, then increase in second cycle become 74 and then increase in third cycle become 82. The increasing of average value of affective aspect from first cycle is 76 then increase become 83 on the second cycle and increase become 91 on the third cycle.

The learning method Two Stay Two Stray (TSTS) can increase the cognitive and affective aspect with gives happiness discuss, to gives chance to the students to exchange the information and materials to others, to gives idea to others, to gives answer and question about the problem, and it needs cooperative in group.

Key word: cooperative learning two stay two stray model, cognitive aspect, and affective aspect.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya untuk meningkatkan aspek kognitif maupun aspek afektif siswa dapat dilakukan dengan pembelajaraan kooperatif, dimana Menurut Holubec dalam Nurhadi, pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai tujuan belajar 2 . Menurut Johson dalam Lie mengatakan bahwa pada umumnya hasil penelitian

dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-

misahkan siswa 3 .

Kemudian, berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi sosiologi kelas X SMA Negeri 02 Junrejo, kota Batu, dimana dalam wawancara tersebut peneliti mendapatkan banyak informasi mengenai kondisi belajar siswa dan nilai aspek afektif dan aspek kognitif siswa mulai dari kelas X.1 sampai dengan X.6. Dalam wawancara tersebut peneliti disarankan oleh guru bidang studi sosiologi untuk memberikan tindakan kepada siswa kelas X.5, karena berdasarkan

2 Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2004), hlm. 60

3 Anita Lie, Mempraktekkan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002), hlm. 7 3 Anita Lie, Mempraktekkan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002), hlm. 7

siswa 4 .

Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti melanjutkan observasi dengan melihat pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi sosiologi selama satu kali pertemuan di kelas X.5 dan oleh guru bidang studi sosiologi peneliti langsung diminta untuk mengajar di kelas, karena pada saat itu guru bidang studi sosiologi merangkap jabatan sebagai sekertaris wakil kepala kurikulum SMA Negeri 02 Batu dan disibukkan dengan adanya Ujian Nasional SMA. Maka, berdasarkan hasil pengamatan saat pembelajaran tersebut didapatkan bahwa pembelajaran Sosiologi di kelas X, salah satunya yang menjadi sampel adalah menggunakan metode ceramah atau pembelajaran transfer informasi yaitu memindahkan secara utuh pengetahuan guru ke pikiran siswa.

Dalam pembelajaran ini guru mencoba memfokuskan pada upaya menuangkan pengetahuan yang dimiliki guru sebanyak mungkin kepada siswa. Waktu yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi Sosiologi hanya 2x45 menit, kemudian memberikan rumusan pokok dan penjelasan seperlunya kepada siswa, setelah itu dilanjutkan dengan latihan-latihan soal yang terdapat di buku paket. Pada saat guru menjelaskan materi siswa hanya mendengarkan, sebagian siswa-siswa yang duduk dibelakang terlihat ramai dan bergurau dengan

4 Pengamatan dan wawancara langsung dengan Ali Ridho, S.Pd, M.M guru mata pelajaran sosiologi dan sekertaris Waka Kurikulum SMA Negeri 02 Junrejo, kota Batu pada 15 Februari

2010.

temannya. Mereka berbicara sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Apabila mereka diawasi oleh guru bidang studi, maka siswa tersebut seolah-olah sedang mendengarkan penjelasan guru dengan membuka-buka buku paketnya dan serius memperhatikan pelajaran. Sebagian siswa juga ada yang mendengarkan penjelasan guru dengan mencocokkan catatan yang ditulis oleh guru di papan tulis dengan buku paket yang mereka miliki. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa hanya sebatas menanyakan bagaimana cara menyelesaikan jawaban soal yang ada dalam buku paket. Siswa lebih terfokus dengan latihan-latihan soal pada buku paket saja. Guru dinilai kurang mengajak siswa menghubungkan materi Sosiologi yang sedang dipelajari dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata yang terkait dengan Sosiologi. Guru kurang mengajak siswa untuk melakukan diskusi dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk saling bertukar pendapat antar siswa dalam mempelajari materi Sosiologi. Guru melakukan hal tersebut karena ingin menyelesaikan materi dan takut tidak dapat

menyampaikan seluruh materi 5 .

Hasil wawancara berikutnya mengenai nilai rata-rata aspek kognitif siswa pada materi sebelumnya didapatkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa untuk kelas X.5 rendah dan jauh dari KKM sekolah. Hasil ulangan tersebut didapatkan nilai rata-rata siswa kelas X.5 adalah sebesar 53.46, dengan uraian bahwa siswa yang nilainya di atas KKM hanya 11 siswa atau (29 %), sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM sebanyak 28 siswa atau (71%) dari jumlah keseluruhan siswa 39. Sehingga hampir seluruh kelas X.5 harus mengikuti ujian

5 Ibid., 18 Februari 2010

Keadaan ini harus segera diberikan perhatian yang lebih untuk kelas X.5 karena dengan nilai ulangan harian yang rendah kalau tidak segera diberi tindakan akan berdampak pada aspek kognitif yang begitu rendah dan dampak tersebut dapat berkelanjutan sampai pada jenjang berikutnya.

Dalam hal ini terlihat bahwa siswa kurang untuk memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran sehingga aspek afektif siswa terlihat kurang dilatihkan dalam model pembelajaran seperti ini. Temuan yang menunjukkan bahwa aspek afektif siswa yang masih rendah pada saat proses pembelajaran terlihat dari hal-hal yang dilakukan siswa sebagai berikut:

1. sikap penerimaan, pada sikap penerimaan siswa masih kurang baik hal ini terlihat dari respon siswa terhadap pendapat siswa yang lainnya terkesan cuek dan kurang memperhatikan, terlebih lagi pada saat siswa mencoba menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, dan ternyata jawabannya salah siswa masih banyak yang mengejek maupun menertawakan jawaban tersebut.

2. Sikap partisipasi, pada sikap partisipasi siswa masih kurang hal ini terlihat jelas pada saat guru memberikan soal latihan kepada siswa, maka siswa banyak yang tidak mengerjakan atau mencoba mencari jawaban dari buku, siswa hanya menunggu soal tersebut dibahas oleh siswa yang paling pintar sehingga keaktifan siswa dalam mencari jawaban dari buku masih rendah, hal ini juga terlihat pada saat guru memberikan kesempatan siswa untuk

6 Ibid., 9 Maret 2010 6 Ibid., 9 Maret 2010

3. Penentuan sikap, penentuan sikap siswa terhadap rangsangan yang datang juga masih sangat rendah, hal ini terlihat apabila ada pertanyaan dari guru maupun temannya, respon siswa dalam menanggapi atau menjawab masih rendah,

4. Sikap organisasi, sikap organisasi yang dimiliki siswa masih rendah, hal ini terlihat apabila guru memberikan tugas secara kelompok kepada siswa, maka cenderung siswa untuk kurang bekerjasama dengan baik dalam menyelesaikan masalah tersebut, siswa malah menggantungkan jawaban kepada siswa yang dianggap paling pintar dalam kelompok tersebut dan begitu pula siswa yang paling pintar kurang memberi kesempatan kepada siswa yang lainnya untuk ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru tersebut,

5. Sikap pembentukan pola hidup, sikap pembentukan pola hidup juga belum menunjukkan hal yang positif, hal ini terlihat dari kehadiran siswa yang datang tepat waktu maupun kelengkapan buku catatan atau buku Sosiologi masih kurang, bahkan kebanyakan siswa hanya punya buku tulis catatan dan buku LKS Sosiologi saja, padahal diperpustakaan jumlah buku Sosiologi sangat banyak dan dapat dipinjam untuk dibawa pulang, contoh

Berkenalan dengan Sosiologi 7 . Akan tetapi, siswa tetap tidak ada yang

7 M. Sitorus. Berkenalan Dengan Sosilogi(Jakarta: Airlangga, 2003) 7 M. Sitorus. Berkenalan Dengan Sosilogi(Jakarta: Airlangga, 2003)

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan membantu dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu menguasai bahan ajar. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi harus membantu siswa yang berkemampuan rendah agar dapat menguasai materi yang sedang dipelajari sehingga kelompoknya dapat berhasil karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model two stay two stray (TSTS), dimana pemilihan model two stay two stray (TSTS) karena model tersebut memiliki kelebihan yaitu keterlibatan siswa sangat besar dalam proses pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, artinya tidak ada campur tangan guru yang terlalu jauh dalam penyampaian materi terhadap siswa. Dari sini siswa diharapkan keaktifannya dalam diskusi untuk memecahkan masalah dari materi yang dipelajarinya. Kemampuan akademik siswa yang heterogen dimanfaatkan sebagai acuan untuk membentuk kelompok belajar kooperatif.

8 Wawancara dan Observasi, op.cit., 23 Maret 2010

Tahapan dalam pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) adalah persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas dan evaluasi. Dalam tahapan kegiatan kelompok tersebut siswa diberi kesempatan untuk saling diskusi atau bertanya jawab dengan temannya. Seperti yang telah diketahui bahwa anggota dalam kelompok disusun berdasarkan kemampuan akademik. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang berkemampuan akademik yang tinggi dapat membagikan pengetahuannya kepada teman yang berkemampuan rendah dan sedang. Dalam pembelajaran ini siswa akan melakukan diskusi dan tanya jawab dalam kelompok. Biasanya siswa merasa malas atau takut apabila disuruh bertanya kepada guru. Tetapi dengan adanya pembagian kelompok seperti diatas mungkin siswa akan lebih enak untuk bertanya atau bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya. Sehingga mereka akan mendapatkan kejelasan terhadap apa yang disampaikan oleh temannya. Selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk bertamu ke kelompok lain, hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya mendapatkan wawasan dari kelompoknya sendiri melainkan mendapatkan tambahan wawasan dari kelompok lainnya sehingga siswa bisa berbagi pengalaman, wawasan maupun pengetahuan tentang konsep Sosiologi yang sedang dipelajari. Dengan adanya kegiatan ini siswa yang berkemampuan sedang dan rendah tidak perlu hanya bergantung kepada guru tetapi dapat belajar secara mandiri maupun kelompok untuk saling bertukar fikiran dengan teman sekelasnya sehingga dapat meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sebagai upaya untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa, peneliti merasa perlu melakukan penelitian Berdasarkan uraian tersebut, maka sebagai upaya untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa, peneliti merasa perlu melakukan penelitian

(TSTS) untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa Kelas

X.5 SMA NEGERI 02 Junrejo, Kota Batu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan aspek kognitif siswa kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu?

2. Apakah pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan aspek afektif siswa kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aspek kognitif siswa kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS)

2. Meningkatkan aspek afektif siswa kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru apabila mengalami permasalahan yang sama pada pembelajaran terhadap siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru apabila mengalami permasalahan yang sama pada pembelajaran terhadap siswa

1. Manfaat praktis

a. Bagi lembaga Hasil dari penelitian tindakan kelas ini, lembaga akan mendapatkan masukan mengenai kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan sekolah di masa yang akan datang. Dimana kebijakan yang akan diambil tersebut sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas serta di sekolah. Hal ini selaras dengan fungsi penelitian sebagai fungsi evaluasi, yaitu menilai

kebaikan, kelayakan, atau kebermanfaatan suatu praktik. 9

Jika kegiatan pembelajaran di kelas dapat dimaksimalkan serta semakin ditingkatkan mutunya, maka sekolah diharapkan akan menjadi lembaga lebih baik di masa yang akan datang. Selain itu, kekurangan-kekurangan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung sebelumnya dapat menjadi pelajaran berharga yang memberikan sumbangan besar dalam pengembangan KBM. Sebagaimana pepatah menyebutkan ”pengalaman adalah guru yang terbaik”.

b. Bagi penulis Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas diperlukan keputusan-keputusan profesional. Keputusan tersebut sangat penting karena akan mempunyai pengaruh terhadap peserta didik, guru sebagai pendidik,

9 Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 8 9 Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 8

Bagi penulis sendiri, penelitian ini akan memberikan pengalaman baru dalam mencoba serta mengaplikasikan metode pembelajaran sosiologi. Dengan mengaplikasikan metode pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stay (TSTS), yang sesuai dengan materi pelajaran sosiologi. Sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hasil yang diharapkan, tidak hanya terjadi pengajaran tetapi pembelajaran.

2. Manfaat teoritis

a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Dengan adanya penelitian mengenai keterampilan menulis ini, diharapkan mampu menjadi salah satu sumbangan kecil dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang makin semarak. Meskipun dalam penulisan penelitian ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, namun diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan yang saling melengkapi serta memeriahkan khazanah ilmu pengetahuan yang sudah ada.

E. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada tindakan sebagai berikut:

a. Materi yang dibahas pada penelitian ini adalah Sosiologi Kelas X. Karena ketertarikan peneliti pada bidang studi sosiologi dan pada saat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing diperbolehkan sesuai dengan ketertarikan peneliti itu sendiri pada bidang studi sosiologi a. Materi yang dibahas pada penelitian ini adalah Sosiologi Kelas X. Karena ketertarikan peneliti pada bidang studi sosiologi dan pada saat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing diperbolehkan sesuai dengan ketertarikan peneliti itu sendiri pada bidang studi sosiologi

b. Aspek kognitif dalam penelitian ini kami batasi dengan mata pelajaran sosiologi kelas X yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, yaitu dilakukan dengan penilaian instrumen pilihan ganda dan uraian sesuai indikator yang ingin dicapai dari tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3), karena guru pamong bidang studi sosiologi memberikan pendapatnya kepada peneliti bahwa pada aspek kognitif mata pelajaran sosiologi kelas X SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu indicator yang dicapai hanya dari tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3).

c. Aspek afektif dalam penelitian ini kami batasi dengan mata pelajaran sosiologi kelas X yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, yaitu: 1) penerimaan, 2) partisipasi, 3) penentuan sikap, 4) organisasi, dan 5) penentuan pola hidup. Karena pada aspek afektif siswa kelas

X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu kurang aktif dalam proses belajar mata pelajaran sosiologi.

F. Definisi Istilah

1. Menurut Johson dalam Lie mengatakan bahwa pada umumnya hasil penelitian dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan

memisah-misahkan siswa 10 . Maka diketahui bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas kerja

kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan membantu dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu menguasai bahan ajar. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi harus membantu siswa yang berkemampuan rendah agar dapat menguasai materi yang sedang dipelajari sehingga kelompoknya dapat berhasil karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.

2. Model two stay two stray (TSTS) adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah sebagai berikut: (1) kerja kelompok secara heterogen, (2) setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain, (3) dua orang

10 Anita Lie, Mempraktekkan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002), hlm. 7 10 Anita Lie, Mempraktekkan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002), hlm. 7

lain, (5) kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka 11 .

3. Aspek kognitif dalam penelitian ini adalah nilai siswa berdasarkan tes yang diberikan pada akhir tindakan terdiri dari tiga tingkat yaitu pengetahuan (C1),

pemahaman (C2), dan penerapan (C3) 12 .

4. Aspek afektif adalah perubahan sikap positif siswa terutama pada aspek perilaku: 1) penerimaan, 2) partisipasi, 3) penentuan sikap, 4) organisasi, dan

5) penentuan pola hidup 13 .

G. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan skripsi ini dijadikan beberapa bab pembahasan sebagai kerangka yang dijadikan acuan dalam berpikir secara sistematis. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I: Pada Pendahuluan yang merupakan gambaran umum isi penelitian meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi Istilah dan sistematika penulisan.

11 Ibid., hlm. 60-61 12 Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),

hlm. 139 13 Ibid.,

Bab II: Kajian pustaka, berisi: hakikat sosiologi, pembelajaran kooperatif, Model Two Stay Two Stray (TSTS), Aspek Kognitif dan Aspek Afektif, Penerapan Pembelajaran Kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aspek kognitif dan aspek afektif siswa, pembelajaran kooperatif dalam perspektif Islam, dan penelitian terdahulu.

Bab III:Metode penelitian, berisi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian dan indikator kinerja.

Bab IV: Pemaparan data, berisi: lokasi penelitian, sarana prasarana, deskripsi kelas, rencana tindakan siklus I, II dan III, tindakan observasi siklus I,

II, dan III, refleksi penelitian siklus I, II, dan III. Bab V: Analisa pembahasan. Bab VI: Kesimpulan dan saran, akan berisi: kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Sosiologi

Dapatkah dikatakan bahwa Sosiologi adalah ilmu? Jawabannya, ya dan hampir semua ahli mengatakan demikian. Tetapi apakah yang dimaksud dengan ilmu? menurut Soerjono Soekamto Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika) 14 .

Kemudian Sosiologi sudah memenuhi syarat-syarat ilmu dan dapat didefinisikan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar manusia yang hidup dalam kelompok (seperti keluarga, kelas sosial, atau masyarakat, dan produk-produk yang timbul dari interaksi-interaksi tersebut seperti nilai, norma, serta kebiasaan,-kebiasaan yang dianut oleh kelompok atau masyarakat tersebut.

Selain itu, ruang lingkup sosiologi adalah masyarakat yang hidup dalam waktu yang relatif lama, hidup bersama yang dalam satu kesatuan, dan mempunyai sebuah sistem yang dapat menimbulkan kebudayaan di mana setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya.

Dalam meneliti kasus dan konflik yang terjadi dalam masyarakat, pemerintah banyak melibatkan sosiolog dan antropolog karena sosiolog dan antropolog dianggap sebagai ahli riset di mana mereka lebih menaruh perhatian pada pengumpulan data dan penggunaan data. Dengan data tersebut para sosiolog dan antropolog harus mampu menjernihkan berbagai anggapan keliru yang

14 M Sitorus, op.cit., hlm. 6 14 M Sitorus, op.cit., hlm. 6

pendidik 15 .

Ilmu-ilmu sosiologi yang diterapkan di SMA kelas X yaitu tentang memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Nilai adalah konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Dengan demikian, nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Norma sosial merupakan patokan perilaku manusia dalam kehidupan di masyarakat, macam- macam norma yang berlaku di masyarakat adalah norma agama. Norma hukum, norma kesopanan dan norma kesusilaan.

Syarat terjadinya interaksi sosial menurut soekanto adalah kontak sosial dan komunikasi 16 . Kontak sosial bisa terjadi tanpa adanya komunikasi, tetapi

tanpa komunikasi kontak sosial tidak bermakna apa-apa dalam sebuah interaksi, karena masing-masing pihak tidak bisa saling memahami maksud dan perasaan masing-masing.

Dengan demikian, mereka disatukan oleh nilai-nilai dan norma-norma sosial yang diterima bersama oleh masyarakat. Nilai Sosial adalah hal-hal yang dianggap berharga oleh suatu masyarakat, sedangkan norma sosial adalah ukuran

15 Kun Maryati dan Juju Suryawati.2006, Buku Guru Sosiologi SMA Kelas X, (Bandung: Esis, 2006), hlm. 60

16 Ibid., hlm. 57

(benar atau salah, tepat atau tidak tepat, pantas atau tidak pantas) perilaku seseorang dalam masyarakat 17 .

Kemudian, sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian, sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi di dalam masyarakat, yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peran nilai, dan norma sosial itu sendiri. Pembentukan kepribadian dalam sosiologi disebut diri, diri merupakan produk sosial. Oleh karena itu sosiologi lebih memusatkan perhatian pada faktor lingkungan kebudayaan, pengalaman kelompok, dan pengalaman unik sebagai faktor-faktor pembentuk kepribadian dan cenderung tidak melihat faktor warisan biologis dan lingkungan fisik. Nilai dan norma sosial bukan hanya sebagai isi atau materi yang diajarkan dalam proses sosialisasi, tetapi juga dapat menentukan pola sosialisasi yang terjadi di masyarakat.

Lemert menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena pemberian julukan, cap, atau merek tertentu yang dianggap menyimpang dalam suatu

masyarakat 18 . Ia membagi penyimpangan kedalam dua bentuk, yakni penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan terjadi karena

ketidaksepadanan pesan-pesan yang disampaikan oleh masing-masing agen sosialisasi, pengambilan peran yang salah, atau karena belajar subkebudayaan yang menyimpang.

17 Saptono, Bambang Suteng S, SOSIOLOGI Untuk SMA Kelas X, (Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama, 2006), hlm. 3

18 Kun Maryati dan Juju Suryawati.op.cit., hlm 122

Upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat disebut pengendalian sosial. Tujuan pengendalian sosial adalah mencapai keserasian antara stabiltas dan perubahan di dalam masyarakat. Sifat pengendalian sosia lada dua macam, yaitu preventif ialah penegendalian sosial dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Represif ialah pengendalian sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadinya pelanggaran. Peran lembaga resmi dan tidak resmi dalam masyarakat seperti polisi, pengadilan, adat dan tokoh masyarakat sangat penting untuk pengendalian sosial yang terjadi di masyarakat agar tidak terjadi perilaku menyimpang.

Dengan demikian, Ilmu-ilmu sosiologi yang diterapkan di SMA kelas X memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian dianggap berharga oleh suatu pendidikan SMA, Sehingga siswa-siswi mampu menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat dengan segala dampaknya terhadap lingkungan maupun perkembangan peradapan manusia itu sendiri, yang tergantung pada individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan masyarakat, itulah yang dikaji dalam sosiologi SMA kelas X.

B. Pembelajaran Kooperatif

Penelitian tentang kooperatif telah dilakukan pada tahun 1920 oleh Social Psychological tetapi penelitian secara aplikasi khusus dari pembelajaran kooperatif dalam kelas baru dimulai pada tahun 1970. Pada saat itu empat kelompok peneliti mulai meneliti dan mengembangkan metode pembelajaran Penelitian tentang kooperatif telah dilakukan pada tahun 1920 oleh Social Psychological tetapi penelitian secara aplikasi khusus dari pembelajaran kooperatif dalam kelas baru dimulai pada tahun 1970. Pada saat itu empat kelompok peneliti mulai meneliti dan mengembangkan metode pembelajaran

kelas, dan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang sangat cocok 19 .

Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan. Menurut Holubec pembelajaran koperatif (cooperative learning) merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai

tujuan belajar 20 . Menurut Johson pada umumnya hasil penelitian dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi,

hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa 21 .

Menurut Sharan pembelajaran kooperatif didasarkan pada asumsi pembelajaran “konstruktivis” dan tujuan serta penugasan peran utama pada motivasi intrinsik

siswa 22 .

Sedangkan cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Lie juga menyebut “cooperative learning sebagai sistem pembelajaran gotong-royong”. Dalam sistem pembelajaran ini,

19 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 9

20 Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang; UM Press, 2004), hlm. 60

21 Anita Lie, Mempraktekkan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta; PT. Gramedia, 2002), hlm. 7

22 Shlomo Sharan, Handbook of Cooperative Learning, (Yogyakarta: IMPERIUM, 2009), hlm. 195

Bintoro mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat

nyata 24 .

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan membantu dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu menguasai bahan ajar. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi harus membantu siswa yang berkemampuan rendah agar dapat menguasai materi yang sedang dipelajari sehingga kelompoknya dapat berhasil karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.

1. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan

23 Anita Lie, op.cit., hlm. 12 24 Nurhadi dkk, op.cit., hlm. 61 23 Anita Lie, op.cit., hlm. 12 24 Nurhadi dkk, op.cit., hlm. 61

a. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence) Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menurut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi Tatap Muka (Face to Face) Interaksi tatap muka menurut para siswa dalam kelompok dapat saling

bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog secara langsung, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa dalam kelompok tersebut.

c. Akuntabilitas Individual (Individual Accountability) Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.

Meskipun demikian, penilaian ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok

25 Ibid..

didasarkan atas rata-rata tes dan nilai rata-rata aspek afektif semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan keaktifan belajarnya demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

d. Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi (Interpersonal Skill Promotive Interaction) Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggan rasa,

sikap sopan santun terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani memepertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (Interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja hanya

memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari semua siswa 26 .

2. Perbedaannya dengan Pembelajaran Tradisional Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula adanya belajar kelompok.

Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman dan Bintoro mengemukakan sejumlah perbedaan tersebut yang sangat menonjol antara kelompok belajar tradisional dengan kelompok belajar kooperatif. Kooperatif lebih menekankan pada keterampilan proses dan kelompok belajar tradisional

26 Ibid., 26 Ibid.,

Tabel 2.1 Perbedaan antara Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok

Belajar Tradisional 28

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantungan Guru saling memberikan adanya positif, saling membantu, dan saling siswa yang mendominasi kelompok atau memberikan motivasi sehingga ada menggantungkan diri pada kelompok. interaksi promotif.

Adanya akuntabilitas individual Akuntabilitas individual sering yang mengukur penguasaan materi diabaikan sehingga tugas-tugas sering pembelajaran tiap anggota kelompok, dan diborong oleh salah seorang anggota kelompok diberi umpan balik tentang hasil kelompok lainnya hanya “enak-enak belajar para anggotanya sehingga dapat saja” di atas keberhasilan temanya yang saling mengetahui siapa yang memerlukan dianggap “pemborong”. bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62