1. Tahapan Spiral Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1. Tahapan Spiral Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

siklus I

observation

Sosialisasi dan

Pembentukan

analysis and revised plan

siklus II

observation

Perilaku Menyimpangan

analysis

(4x pertemuan)

reflection

siklus III

action/

Pengandalian Sosial

(4x pertemuan)

observation

analysis

Sumber: Wahidmurni dan Nur Ali

1) Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan dan menyusun langkah-

langkah yang dilakukan dalam penelitian berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada kelas penelitian sebelumnya. Instrumen-instrumen pembelajaran yang disusun mengikuti pokok bahasan yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa, sehingga tidak akan mengganggu proses kesistematisan program pokok bahasan yang telah ditentukan oleh kurikulum. Berdasarkan hal tersebut, penelitian yang dilakukan menggunakan pokok bahasan Sosiologi.

Instrumen-instrumen yang disusun dalam tahap perencanaan ini antara lain adalah Lembar Kerja Siswa (LKS), Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal evaluasi post-test. Sedangkan untuk perekaman data, peneliti menyusun lembar observasi, lembar penilaian, lembar evaluasi, lembar catatan lapangan dan tim perekam data.

Pada tahap ini, seluruh instrumen pembelajaran disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan kepada guru kelas dan dosen pembimbing. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga mutu dan kebenaran konsep yang digunakan.

2) Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dikenakan pada subjek penelitian adalah sesuai dengan

rencana pembelajaran yang telah disusun dalam tahap perencanaan yaitu dengan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model two stay two stray (TSTS). Kelas dikondisikan sedemikian rupa sehingga kelas dapat digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan penelitian.

Untuk memperlancar kegiatan diatas, maka setiap siswa diberi satu LKS artinya dalam kelompok terdapat 4 siswa sehingga 1 kelompok dapat 4 LKS dan setiap kelompok diberi satu permasalahan-permasalahan sosiologi untuk didiskusikan. Hal ini perlu dicermati mengingat pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) adalah melakukan diskusi dengan dua tinggal dan dua tamu.

3) Observasi Selama proses pembelajaran, dilakukan pengamatan secara seksama

terhadap aspek afektif dan langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pengamatan tersebut secara umum meliputi tingkah laku siswa, interaksi siswa dengan siswa, interaksi antara siswa dengan guru serta semua hal yang terjadi di dalam kelas penelitian. Observasi dilakukan oleh observer yang dibantu oleh tim kerja observer yang terdiri dari satu rekan mahasiswa dan satu guru kelas bidang studi sosiologi. Sedangkan untuk memudahkan kegiatan observasi, maka observer dilengkapi dengan lembar-lembar observasi sebagai tempat perekaman atau catatan lapangan dan sebelum melakukan pelaksanaan observer berkoordinasi dengan peneliti untuk menerangkan atau menjelaskan beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut.

4) Analisis dan Refleksi Hasil yang telah diperoleh dari siklus I, baik pengamatan aspek afektif

siswa, langkah pembelajaran guru, hasil post-test siswa, maupun catatan lapangan yang diperoleh dari kegiatan observasi, dikaji dan direnungkan kembali. Selanjutnya data yang ada dari pelaksanaan siklus I, peneliti memilah hal-hal yang baik maupun yang kurang dari pelaksanaan pembelajaran. Hal yang baik akan dipertahankan dan hal yang kurang akan diperbaiki untuk pelaksanaan proses pembelajaran di siklus II. Hasil refleksi siklus I dijadikan sebagai landasan untuk menyusun perencanaan siklus II. Hasil yang diperoleh pada siklus I mengenai pengamatan aspek afektif siswa, langkah pembelajaran guru, hasil post-test siswa, maupun catatan lapangan yang diperoleh dari kegiatan observasi, dikaji dan siswa, langkah pembelajaran guru, hasil post-test siswa, maupun catatan lapangan yang diperoleh dari kegiatan observasi, dikaji dan direnungkan kembali. Selanjutnya data yang ada dari pelaksanaan siklus I, peneliti memilah hal-hal yang baik maupun yang kurang dari pelaksanaan pembelajaran. Hal yang baik akan dipertahankan dan hal yang kurang akan diperbaiki untuk pelaksanaan proses pembelajaran di siklus II. Hasil refleksi siklus I dijadikan sebagai landasan untuk menyusun perencanaan siklus II. Hasil yang diperoleh pada siklus I mengenai pengamatan aspek afektif siswa, langkah pembelajaran guru, hasil post-test siswa, maupun catatan lapangan yang diperoleh dari kegiatan observasi, dikaji dan

III, pelaksanaan pembelajaran sudah sangat optimal sesuai yang dikehendaki dengan minimnya kekurangan-kekurangan yang akan diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan siklus II.

I. Indikator Kinerja

Pada bagian ini perlu dikemukakan tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit, sehingga memudahkan verifikasinya 69 .

Antara lain: Pada aspek penerimaan indikator yang digunakan dalam mengukur aspek tersebut adalah respon terhadap pendapat siswa yang mempunyai beberapa kriteria antara lain selalu menolak pendapat teman, tidak menghargai pendapat teman, kurang menghargai pendapat teman, mampu menghargai pendapat teman.

Pada aspek partisipasi indikator yang digunakan dalam mengukur aspek tersebut adalah keaktifan dalam mencari jawaban dan keaktifan dalam diskusi, untuk keaktifan dalam mencari jawaban mempunyai kriteria yaitu aktif mencari jawaban dari sumber belajar dari awal sampai akhir diskusi, aktif mencari

69 Wahidmurni, Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, (Malang: UM Press, 2008), hlm. 55 69 Wahidmurni, Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, (Malang: UM Press, 2008), hlm. 55

Pada aspek penentuan sikap indikator yang digunakan dalam mengukur aspek tersebut adalah keaktifan bertanya atau menjawab yang mempunyai beberapa kriteria antara lain mengajukan pertanyaan / menjawab pertanyaan lebih dari dua kali, mengajukan pertanyaan / menjawab pertanyaan sebanyak dua kali, Mengajukan pertanyaan / menjawab pertanyaan sebanyak satu kali, tidak pernah mengajukan pertanyaan.

Pada aspek organisasi indikator yang digunakan dalam mengukur aspek tersebut adalah kerjasama dalam kelompok yang mempunyai beberapa kriteria antara lain membagi tugas keseluruh anggota kelompok, tugas didominasi dua siswa, tugas dikerjakan hanya satu siswa, bekerja secara individu.

Pada aspek pembentukan pola hidup indikator yang digunakan dalam mengukur aspek tersebut adalah kehadiran saat proses pembelajaran dan kelengkapan alat dan sumber belajar. Untuk indikator kelengkapan alat dan sumber belajar mempunyai beberapa kriteria antara lain membawa buku tulis dan buku paket sosiologi lebih dari satu penerbit, membawa buku tulis dan buku paket Sosiologi, membawa buku catatan saja, tidak membawa buku catatan dan buku paket.

Soal tes digunakan untuk mengukur indikator aspek kognitif siswa. Bentuk soal tes berupa soal pilihan ganda yang terdiri dari 10 butir soal dengan alternatif jawaban terdiri dari poin a, b, c,d, dan e . Dan uraian yang terdiri dari 5 butir soal dengan langsung dijawab. Dalam soal tes ini, terdapat beberapa kompetensi yang harus dicapai seperti pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3).

Skoring penilaian pilihan ganda adalah butir soal yang dijawab benar diberi skor 1, sedangkan butir soal yang dijawab salah diberi skor 0. Skor total adalah jumlah skor benar yang telah diperoleh dari tiap butir soal. Dan skoring penilaian uraian adalah pengetahuan (C1) skor 15, pemahaman (C2) skor 20, penerapan (C3) skor 25 apabila kurang tepat maka dikurangi sesuai dengan jawaban dan jika jawaban salah dan isi jawabannya ada maka mendapatkan skor

3. Alokasi waktu yang akan diberikan dalam mengerjakan tes adalah 45 menit.

Dan indikator model two stray two stay (TSTS) Guru hanya berperan sebagai fasilitator, artinya tidak ada campur tangan guru yang terlalu jauh dalam penyampaian materi terhadap siswa. Dari sini siswa diharapkan keaktifannya dalam diskusi untuk memecahkan masalah dari materi yang dipelajarinya. Kemampuan akademik siswa yang heterogen dimanfaatkan sebagai acuan untuk membentuk kelompok belajar kooperatif. Tahapan dalam pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) adalah persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas dan evaluasi.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62