Siklus I dan Siklus III
I, Siklus II, dan Siklus III
Nilai rata-rata aspek kognitif
100 80 60 40 20
Keterangan:
1. Nilai rata-rata aspek kognitif sebelum diberi tindakan.
2. Nilai rata-rata aspek kognitif setelah diberi tindakan siklus I dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray (TSTS).
3. Nilai rata-rata aspek kognitif setelah diberi tindakan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray (TSTS).
4. Nilai rata-rata aspek kognitif setelah diberi tindakan siklus III dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray (TSTS).
Sedangkan nilai rata-rata aspek kognitif siswa pada siklus II sebesar 74, dengan rincian bahwa pada siklus II siswa yang nilainya diatas KKM sebanyak 29 siswa dan siswa yang nilainya masih di bawah KKM sebanyak 10 siswa. Jelas bahwa pada siklus II yang telah dilaksanakan dengan memperbaiki segala hambatan dan kekurangan pada siklus I terbukti mampu meningkatkan aspek kognitif siswa dari nilai rata-rata 70 pada siklus I menjadi 74 pada siklus II. Perolehan nilai rata-rata aspek kognitif pada siklus II masih dirasa sedikit kurang karena jelas bahwa siswa yang nilainya diatas KKM masih 56% dari jumlah siswa
secara keseluruhan. Sehingga target yang ingin dicapai pada siklus II yaitu meningkatkan nilai rata-rata aspek kognitif siswa dengan meningkatkan jumlah siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak 74% dari jumlah total siswa masih belum tercapai. Oleh karena itu dilakukan refleksi pada siklus II agar temuan pelaksanaan tindakan II yang masih mengalami kekurangan diperbaiki lagi sehingga diharapkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III menjadi lebih sempurna yang dapat berdampak pada nilai rata-rata aspek kognitif yang akan naik dan dengan bertambahnya nilai siswa di atas KKM menjadi sekurang- kurangnya 74% dari jumlah siswa secara keseluruhan.
Dari hasil refleksi diketahui bahwa kekurangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II secara umum adalah kurangnya motivasi tambahan kepada siswa agar lebih giat dalam belajar dan juga waktu yang digunakan untuk presentasi maupun pengulasan materi perlu ditambah agar pemahaman konsep siswa semakin luas. Siswa juga diwajibkan untuk merangkum dan melaporkan hasil diskusi kelas kepada guru, hal ini dimaksudkan agar siswa benar-benar serius dalam mengikuti diskusi kelas dari awal sampai akhir pembelajaran. Rangkuman siswa juga sangat penting bagi guru untuk digunakan sebagai pemetaan terhadap daya serap siswa dan materi yang belum dikuasai siswa, sehingga pada saat pengulasan materi guru dapat memfokuskan pada materi yang masih kurang dipahami oleh siswa. Berdasarkan kekurangan tersebut guru berusaha meminimalisasi kekurangan tersebut untuk pelaksanaan siklus III dengan salah satunya mewajibkan siswa untuk merangkum hasil diskusi, memberikan penghargaan kepada siswa yang nilai ujiannya mendapatkan nilai tertinggi, dan Dari hasil refleksi diketahui bahwa kekurangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II secara umum adalah kurangnya motivasi tambahan kepada siswa agar lebih giat dalam belajar dan juga waktu yang digunakan untuk presentasi maupun pengulasan materi perlu ditambah agar pemahaman konsep siswa semakin luas. Siswa juga diwajibkan untuk merangkum dan melaporkan hasil diskusi kelas kepada guru, hal ini dimaksudkan agar siswa benar-benar serius dalam mengikuti diskusi kelas dari awal sampai akhir pembelajaran. Rangkuman siswa juga sangat penting bagi guru untuk digunakan sebagai pemetaan terhadap daya serap siswa dan materi yang belum dikuasai siswa, sehingga pada saat pengulasan materi guru dapat memfokuskan pada materi yang masih kurang dipahami oleh siswa. Berdasarkan kekurangan tersebut guru berusaha meminimalisasi kekurangan tersebut untuk pelaksanaan siklus III dengan salah satunya mewajibkan siswa untuk merangkum hasil diskusi, memberikan penghargaan kepada siswa yang nilai ujiannya mendapatkan nilai tertinggi, dan
Hasil pelaksanaan siklus III didapatkan nilai rata-rata aspek kognitif siswa sebesar 82, dengan rincian bahwa pada siklus III siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak 36 siswa dan siswa yang nilainya masih di bawah KKM sebanyak 3 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus III dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray (TSTS) terbukti mampu meningkatkan aspek kognitif siswa sehingga siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak 92 % dari jumlah siswa secara keseluruhan dengan nilai rata-rata aspek kognitif sebesar 82.