Paparan Data Siklus III

c. Paparan Data Siklus III

a) Perencanaan Tindakan III Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, diperoleh hasil bahwa aspek kognitif dan aspek afektif khusus pada indikator keaktifan bertanya dan menjawab masih perlu ditingkatkan karena nilai rata-rata masih dibawah KKM. Hal ini berarti masih perlu revisi atau perbaikan dari pelaksanaan tindakan II. Sehingga diharapkan pada siklus III nanti, aspek kognitif dan aspek afektif siswa dapat mencapai nilai yang diharapkan sesuai target awal penelitian. Untuk itu pada siklus III ini, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dari hasil refleksi pada siklus II sebagai berikut: 1) untuk mengantisipasi permasalahan sedikitnya siswa yang membawa buku Sosiologi, maka pada pertemuan berikutnya guru memberikan kewajiban kepada setiap siswa untuk membawa buku sebanyak mungkin, agar tindakan yang diberikan ini tidak terlalu bersifat memerintah maupun mengekang,

maka guru membuat strategi dengan mengumumkan kepada siswa silahkan berlomba-lomba untuk membawa buku Sosiologi dari berbagai penerbit, apabila siswa kedapatan membawa banyak buku tentunya akan diberikan nilai yang baik, sedangkan siswa yang tidak membawa buku harus rela untuk tidak mendapatkan tambahan nilai sama sekali, 2) untuk mengantisipasi kurang aktifnya kelompok dalam menyampaikan hasil diskusi maka pada saat presentasi guru mewajibkan kepada seluruh kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, 3) untuk mengatasi agar seluruh siswa mencatat dan membuat laporan hasil presentasi, maka guru mewajibkan untuk seluruh siswa membuat catatan-catatan kecil hasil presentasi di LKS dan permasalahannya yang kemudian dikumpulkan seluruhnya, hal ini dilakukan agar guru dapat memonitoring dan memastikan bahwa seluruh siswa tidak ada yang salah konsep, apabila ada yang salah konsep guru dapat segera mengetahui dari hasil tulisan masing-masing siswa, sehingga apabila ada kesalahan guru segera membetulkannya, kemudian tulisan siswa mengenai catatan hasil presentasi tersebut dikembalikan setelah dikoreksi oleh guru, 4) untuk mengatasi agar siswa terlebih dahulu belajar terhadap konsep materi yang akan didiskusikan maka guru memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi yang akan di sampaikan, 5) guru menambah jam untuk pengulasan materi secara keseluruhan, agar dalam penyampaian konsep siswa semakin paham dan semakin jelas terhadap materi yang dipelajari pada saat itu (setelah pulang sekolah).

b) Pelaksanaan Tindakan III

Dari perencanaan yang telah dibuat pada perencanaan tindakan III, selanjutnya dilakukan tindakan III. Tahapan-tahapan pada tindakan III sama seperti pada siklus II, yang disesuaikan dengan tahap-tahap yang terdapat dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) yang terdiri atas: 1) persiapan, 2) presentasi guru, 3) kegiatan kelompok, 4) presentasi kelompok dan 5) evaluasi. Hal yang dianggap kurang, diperbaiki semaksimal mungkin yaitu dengan melaksanakan apa yang telah dibuat pada perencanaan tindakan III.

c) Observasi III Pelaksanaan observasi pembelajaran pada siklus II di sesuaikan dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran two stay two stray (TSTS) secara berurutan sebagai berikut.

1. Persiapan Berdasarkan perencanaan yang telah disusun, maka sub pokok bahasan yang dipelajari pada siklus III adalah pengendalian sosial. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya guru mengingatkan kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya siswa diwajibkan membawa buku Sosiologi dari penerbit yang berbeda, buku tersebut bisa didapatkan di perpustakaan siswa yang ternyata menyediakan buku Sosiologi dari berbagai pernerbit yang dapat dipinjem oleh siswa untuk dibawa pulang dalam jangka waktu satu minggu atau memberibuku sosiologi kelas X ditoko buku murah (wilis, malang).

Dalam tahapan persiapan ini sama dengan tahapan persiapan yang dilakukan dalam siklus II. kegiatan dimulai dengan guru memasuki kelas dan Dalam tahapan persiapan ini sama dengan tahapan persiapan yang dilakukan dalam siklus II. kegiatan dimulai dengan guru memasuki kelas dan

Sebelum pelaksanaa diskusi Guru memberikan arahan kepada siswa untuk segera berkumpul dengan kelompok diskusinya seperti yang sudah diumumkan sebelum pembelajaran. Kemudian siswa segera mengatur tempat duduk sesuai kelompoknya dan mereka terlihat dengan cepat memposisikan dirinya dalam masing-masing kelompok, bahkan ada sebagaian siswa dari awal sudah memposisikan dirinya di kelompok yang baru. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan, pada siklus III ini siswa terlihat lebih mudah diatur dan lebih terbiasa dalam mengikuti pembelajaran model two stay two stray (TSTS).

Sebelum pembelajaran dimulai guru mengumumkan kelompok terbaik pada pertemuan minggu lalu yaitu kelompok 8, pada saat itu siswa langsung memberikan aplous kepada kelompok delapan tersebut, kemudian guru segera memberikan hadiah bulpoin dan coklat kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi tersebut. Dari hadiah tersebut banyak siswa yang berteriak minta diberi hadiah juga, kemudian dengan cepat guru merespon kepada permintaan siswa, yaitu “apabila kalian ingin mendapatkan hadiah seperti teman kalian, maka kalian harus berusaha lebih giat untuk bekerjasama dengan kelompok kalian dan lebih aktif dalam berdiskusi maupun tanya jawab pada saat presentasi”. Guru juga Sebelum pembelajaran dimulai guru mengumumkan kelompok terbaik pada pertemuan minggu lalu yaitu kelompok 8, pada saat itu siswa langsung memberikan aplous kepada kelompok delapan tersebut, kemudian guru segera memberikan hadiah bulpoin dan coklat kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi tersebut. Dari hadiah tersebut banyak siswa yang berteriak minta diberi hadiah juga, kemudian dengan cepat guru merespon kepada permintaan siswa, yaitu “apabila kalian ingin mendapatkan hadiah seperti teman kalian, maka kalian harus berusaha lebih giat untuk bekerjasama dengan kelompok kalian dan lebih aktif dalam berdiskusi maupun tanya jawab pada saat presentasi”. Guru juga

Pembelajaran selanjutnya guru terlebih dahulu menjelaskan langkah- langkah model pembelajaran two stay two stray (TSTS). Ternyata siswa banyak yang komentar bahwa mereka merasa sudah hafal dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model ini. pada saat dijelaskan dengan model ini guru memberi penekanan terhadap langkah-langkah model two stay two stray (TSTS) yang kemarin dianggap kurang maksimal yaitu pada saat presentasi kelompok, guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih mengungkapkan jawabannya dan tidak perlu takut salah.

2. Presentasi Guru Pada tahap ini sama dengan pelaksanaan pada siklus II yaitu guru memulai pelajaran dengan menjelaskan materi pengendalian sosial secara garis besarnya saja. Guru mencatat di papan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran dengan model two stay two stray (TSTS) ini, siswa semangat dalam mencatat apa yang ditulis oleh guru di papan. Sebelum pelaksanaan diskusi dilakukan guru sedikit memancing motivasi siswa dengan menghubungkan materi Sosiologi yang akan dipelajari dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari beserta aplikasinya dimasyarakat.

Guru : Anak-anak, siapa yang pernah melihat orang kecopetan dan tawuran antar pelajar..?

Siswa : Saya pak…! Siswa : Saya pak…!

: Karena yang kecopetan itu wanita, maka wanita itu berteriak, bahwa ada copet, maka serentak orang disekitar dan saya mencari copet itu dan wanita itu hanya bisa menangis dan pendapat saya kasian orang yang kecopetan sedangkan tawuran antar pelajar itu terjadi karena persaingan gengsi antar sekolah dll.!

Guru : Bagus..!, sekarang bapak akan menjelaskan tentang pengertian pengendalian sosial. yaitu upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat (social control). Tujuan pengendalian sosial adalah mencapai keserasian antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat tersebut. contoh kenyataan orang yang kecopetan dan tawuran antar pelajar itu terjadi karena apa?

Siswa : Saya pak..( banyak siswa yang berebut untuk maju) Guru : Risma silahkan maju Siswa

: Iya pak, kenyataan yang terjadi yaitu, karena kita sebagai makhluk dinamis, setaip individu dalam masyarakat pun akan berkembang sesuai zaman dan kebutuhannya, maka hal itu terjadi karena perubahan sosial masyarakat itu sendiri, tetapi kenyataan diatas termasuk tidak baik, karena merusak tatanan sosial masyarakatnya.

Guru : Bagus. Apa ada pertanyaan? Siswa

: Tidak pak. Guru

: Silahkan kamu duduk kembali Risma Siswa

: Iya pak. Guru

: Meskipun Demikian, masyarakat pada dasarnya akan selalu membutuhkan keteraturan sosial. Oleh karena itu, pada satu tahap tertentu, masyarakat akan dapat mengembalikan keadaan menjadi seimbang lagi. kenyataan si pencopet tersebut anak-anak jangan menirunya ya, kalau ada yang melihat : Meskipun Demikian, masyarakat pada dasarnya akan selalu membutuhkan keteraturan sosial. Oleh karena itu, pada satu tahap tertentu, masyarakat akan dapat mengembalikan keadaan menjadi seimbang lagi. kenyataan si pencopet tersebut anak-anak jangan menirunya ya, kalau ada yang melihat

Siswa

: Iya pak 91 .

Guru : Ingat ya, berbuatlah yang sesuai norma dan nilai yang berlaku dilingkungannya masing-masing.

Pada pembelajaran ini guru ingin menjelaskan bahwa permasalahan pada pembelajaran hari ini adalah mengenai pengertian pengendalian sosial beserta contohnya. Guru juga menjelaskan bahwa topik pada pembelajaran ini akan banyak atau sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat membuat arti dalam pembelajaran Sosiologi hari ini.

3. Kegiatan Kelompok Pada tahap kegiatan kelompok langkah yang diambil adalah sama dengan siklus II tetapi ada penyempurnaan dari berbagai kendala pada pembelajaran siklus II, salah satunya guru memberikan penilaian yang lebih bagi siswa yang membawa buku Sosiologi. Dari pengamatan ternyata seluruh siswa (100%) membawa buku Sosiologi dari berbagai penerbit. Ini menunjukkan bahwa siswa akan lebih siap lagi dalam kegiatan diskusi. Kemudian dalam penerapan pembelajaran two stay two stray (TSTS) tersebut guru memberikan tugas diskusi kelompok yang nantinya permasalahannya akan didiskusikan dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS), yaitu:

91 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 27 April 2010

I. Secara kelompok menggali informasi melalui wawancara dengan guru BK, Kepala Sekolah, Pembina Kesiswaan dalam cara menangani kasus di sekolah kemudian didiskusikan dalam kelompoknya masing- masing. Kemudian menyimpulkan solusi tepat dalam cara pengendalian sosial yang terjadi di sekitar sekolah, kemudian memberikan opini atau ulasan tentang kasus tersebut dengan cara

pengendalian sosial 92 . sebelum pelaksanaan diskusi dimulai guru meminta ketua kelas untuk

mengumpulkan hasil tugas kelompok wawacara yang di sekolah kemarin.

Dalam tahapan ini siswa mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang ada didalam sekolah dan segera berusaha untuk mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan tersebut. Saat diskusi berlangsung guru berkeliling ke masing-masing kelompok untuk mengamati kerja yang dilakukan siswa dan berusaha untuk memberikan pertanyaan bimbingan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang didiskusikannya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat berdiskusi, siswa tampak lebih aktif dan senang. Dalam tiap kelompok seluruh anggota aktif berinteraksi satu sama lain. Siswa saling memberikan pertanyaan yang sekirannya belum mereka pahami. Siswa juga sangat serius dalam mengerjakan permasalahannya karena setiap siswa punya tanggung jawab terhadap keberhasilan dirinya sendiri dan pernah mengalaminya.

92 Wawancara kelompok diskusi two stay two stray (TSTS) di SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 27 April 2010

Guru berkeliling ke masing-masing kelompok untuk mengontrol apakah semua kelompok telah selesai mengerjakan permasalahan-permasalahan yang ada dalam lembar permasalahannya, ternyata kelompok masih sibuk dengan berdiskusi sedangkan waktu yang digunakan sudah mulai habis maka guru mengambil keputusan bahwa diskusi bisa dilanjutkan di luar jam ini, guru juga mengingatkan kepada siswa agar belajar mengenai materi yang sedang dipelajari

dan siswa juga diberi tugas untuk menyelesaikan permasalahannya tersebut 93 .

Pada pertemuan selanjutnya di hari selasa dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2 x 45 menit), seperti biasa pada awal pembelajaran guru mengucapkan salam dan menyuruh siswa agar berdoa terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai, guru juga mengabsensi siswa. Pada awal pembelajaran guru menanyakan tentang tugas diskusi apakah sudah selesai, ternyata seluruh kelompok sudah menyelesaikan hasil diskusinya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat senang dalam pembelajaran dengan model two stay two stray (TSTS), kemudian guru segera membimbing siswa untuk melaksanakan langkah selanjutnya yaitu siswa segera bertamu ke kelompok lain.

Guru : Anak-anak karena tugas menggali informasi melalu wawancara dengan guru BK, Kepala Sekolah, Pembina Kesiswaan dalam cara menangani kasus di

sekolah sudah selesai maka setiap kelompok silahkan untuk mengatur duduk untuk kegiatan bertamu atau menerima tamu.

Siswa : Iya pak! Guru

: Seperti pada pertemuan sebelumnya sekarang kalian berpindah yaitu dua siswa dari kelompok 1 bertamu ke kelompok 2, sedangkan dua siswa dari

93 Wawancara kelompok diskusi two stay two stray (TSTS) di SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 27 April 2010 93 Wawancara kelompok diskusi two stay two stray (TSTS) di SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 27 April 2010

7, kemudian dua siswa dari kelompok 7 segera bertamu ke kelompok 8, kemudian dua siswa dari kelompok 8 segera bertamu ke kelompok 9, kemudian yang dua siswa dari kelompok 9 bertamu ke kelompok 10, dan yang dua siswa dari kelompok 10 bertamu ke kelompok 1.

Guru : Ingat manfaatkan diskusi ini sebaik mungkin. Kalian harus mencatat apa yang ditulis oleh kelompok baru kalian dan alasannya jug harus kalian tuliskan dengan baik, sehingga nanti kalian bisa berdiskusi lagi dengan kempok awal kalian.

Siswa

: Ya pak… 94 !

Pada kegiatan bertamu siswa terlihat sangat antusias ketika diminta untuk bertamu ke kelompok lain dua orang siswa yang bertamu terlihat berusaha menanyakan bagaimana jawaban pertanyaan yang dalam kelompoknya kurang bisa dipahami atau merasa ragu dengan jawaban kelompok mereka. Siswa terlihat aktif melakukan tanya jawab hingga tamu mereka benar-benar merasa jelas, dengan seluruh siswa sudah memiliki buku sosiologi, maka keaktifan diskusi semakin tampak, karena siswa bergantian menanyakan kesulitan pada saat diskusi kelompok tersebut. Hal ini sangat membantu pelaksanaan diskusi pada saat bertamu ke kelompok lain. Pada kegiatan ini guru juga melakukan penilaian aspek afektif seperti pada siklus II melalui lembar observasi. Berdasarkan pengamatan guru tentang keaktifan tanya jawab siswa pada kegiatan ini.

94 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 04 Mei 2010

Kesiswaan dalam cara menangani kasus di sekolah bagaimana? Kelompok 2

: Banyak kasus terjadi pada siswa yang terlambat masuk sekolah dan bertengkar antar siswa (informasi dari pembina kesiswaan).

Kelompok 1

: Kenapa?

Kelompok 2 : Karena banyak siswa yang rumahnya jauh, karena waktu masuk sekolah jam 7 pas, maka banyak siswa yang beralasan kesiangan dan belum bisa berdisiplin waktu. Sedangkan yang bertengkar itu karena persaingan geng dan rebutan pacar

Kelompok 1 : Sambil tertawa (hahaha), kalau hasil informasi kelompok kita dari guru BK, bahwasannya banyak siswa-siswi yang memiliki problem keluarga dan pacarnya, sehingga pada saat belajar banyak yang kurang bersemangat, maka hasil prestasinya menurun. Kalau informasi dari kepala sekolah bagaimana?

Kelompok 2 : Tidak dapat. Karena kepala sekolah pada saat itu ada rapat UN sama Wakasek-wakasek di sekolah.

Kelompok 1

: Sama dunk...hehehe

Kelompok 2 : Kelompok kalian sudah baca dibuku bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat sekolah itu ya dengan tujauan bagaimana mencapai keserasian antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat sekolah itu sendiri.

Kelompok 1 : Kemudian solusi pengendalian sosialnya bagaiamana? Kelompok 2

: Iya kalau terlambat dan ketahuan pacaran dikenakan sanksi sekolah, yaitu diberikan poin, bila poin itu sudah mencapai 100 maka siswa tersebut dkeluarkan dari sekolah.

Kelompok 1 : Iya benar, sama sperti kelompok kami diberi sangsi sekolah 95 .

95 Ibid.,

Setelah dirasa proses diskusi berakhir dan terlihat tidak ada lagi siswa yang berdiskusi maka guru segera meminta siswa untuk kembali lagi ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan hasil temuannya dari kelompok lain dengan teman-temannya. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa dalam tiap kelompok terjadi diskusi lagi untuk membahas hasil temuannya dari kelompok lain dengan hasil diskusi atau jawaban dari kelompok sendiri, bahkan siswa sudah banyak yang berani bertanya langsung kepada guru mengenai jawaban yang benar yang mana, pada saat itu guru tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut tetapi guru hanya membimbing agar siswa sendiri yang menemukan jawaban benar.

Kegiatan guru dalam membimbing kegiatan kelompok ini cukup baik, mulai awal sampai akhir diskusi diperoleh data tentang kegiatan siswa yaitu pada pelaksanaan di siklus III siswa lebih berani bertanya langsung kepada gurunya untuk menyampiakan gagasan, siswa juga hampir semua serius dalam mengerjakan dan apabila temannya kurang serius dalam mengerjakan ternyata langsung diingatkan oleh siswa lainnya karena mereka mengharap kelompoknya menjadi kelompok terbaik.

4. Presentasi Kelompok Kegiatan yang dilakukan setelah bertamu atau berkunjung ke kelompok lain adalah presentasi kelompok, langkah-langkah yang digunakan dalam presentasi kelompok ini sama seperti pada siklus II, tetapi guru sekarang menambahkan dengan mewajibkan seluruh siswa untuk membuat laporan atau rangkuman hasil diskusi untuk dinilai, hal ini dilakukan agar siswa lebih serius dan dapat berkosentrasi dengan baik dalam mengikuti tahapan presentasi

kelompok. Guru segera memberi kesempatan kepada siswa untuk maju mempresentasikan hasil informasi melalui wawancara dengan guru BK, Kepala Sekolah, Pembina Kesiswaan dalam cara menangani kasus di sekolah dan solusinya tesebut. Pada saat itu ternyata banyak kelompok yang bersedia secara sukarela untuk mempresentasikan hasil informasi melalui wawancara dengan guru BK, Kepala Sekolah, Pembina Kesiswaan dalam cara menangani kasus di sekolah dan solusinya tesebut bahkan terkesan berebut untuk maju menjadi kelompok yang mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi, untuk menghindari suasana yang semakin ramai guru memutuskan untuk memilih secara acak kelompok yang maju yaitu kelompok 2.

Kelompok yang melakukan presentasi segera maju kedepan dan menjelaskan jawaban dari soal-soal yang diberikan kepada teman-teman kelompok lain. Pada presentasi ini guru mengingatkan kepada siswa bahwa keaktifan bertanya adalah salah satu kriteria dalam penilaian kelompok, sehingga siswa harus dapat bekerjasama untuk membuat pertanyaan atau menanggapi presentasi tersebut. Guru mewajibkan setiap kelompok minimal harus pernah bertanya satu kali atau menanggapi pertanyaan satu kali. Hal ini dilakukan agar tiap-tiap kelompok berlatih untuk berani berbicara dan berlatih untuk berfikir kritis dalam menanggapi suatu masalah. Pada saat ini guru dan observer melakukan pengamatan untuk menilai aspek afektif di lembar observasi.

Setelah semua pertanyaan yang diajukan selesai dijawab, maka guru memberikan penguatan atas jawaban dari soal-soal yang diberikan. Jawaban yang telah dikemukakan oleh kelompok yang melakukan presentasi sudah tepat, tetapi Setelah semua pertanyaan yang diajukan selesai dijawab, maka guru memberikan penguatan atas jawaban dari soal-soal yang diberikan. Jawaban yang telah dikemukakan oleh kelompok yang melakukan presentasi sudah tepat, tetapi

I. Secara individu melalui wawancara dengan RT, RW, tentang aturan-aturan dalam

kehidupan masyarakat. Kemudian Wawancarailah ketua RT, RW tentang aturan yang berlaku di

lingkunganmu 96 ! Pada tahap ini yaitu melanjutkan tentang peran Lembaga formal dan

informal dalam pengendalian sosial, sehingga pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) digunakan untuk membahas jawaban tugas individu dengan permasalahan yang ada di peran Lembaga formal dan informal dalam pengendalian sosial.

Pada saat guru mempersiapkan presentasi untuk membuktikan jawaban tugas individu dengan permasalahan yang ada di peran Lembaga formal dan informal dalam pengendalian sosial.dari siswa, terlihat siswa sangat antusias. Karena guru benar-benar memanfatkan momentum ini untuk menjelaskan materi sebaik mungkin agar penguasaan konsep siswa lebih baik, guru juga melakukan pengecekan dan perhatian khusus kepada siswa yang pada siklus II nilai rata-rata

96 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 11 Mei 2010 96 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 11 Mei 2010

Guru : Anak-anak hari ini kita akan melanjutan materi tentang peran lembaga formal dan informal dalam pengendalian sosial Siswa

: Saya pak. Guru

: Apakah kalian sudah belajar dirumah tentang peran lembaga formal dan informal dalam pengendalian sosial?

Siswa : Sudah pak Guru

: Bagus, sekarang siapa yang bias menjelaskan peran lembaga formal dan informal dalam pengendalian sosial?

Siswa : Saya (Dyan Permana Putra) pak…! Guru

: Silahkan jelaskan kepada temannya Dyan? Siswa

: Beberapa lembaga pengendalian sosial dalam masyarakat Indonesia adalah polisi, pengadilan, adat, dan tokoh masyarakat.

Guru : Ya betul. Siapa yang bias menjelaskan lembaga formal? Siswa

: Saya (Siti Aisyah Aminiyah) pak. Guru

: Silahkan Aisyah jelaskan pada temannya. Siswa

: Lembaga formal seperti polisi, sebagai aparat Negara bertugas memelihara keamanan dan ketertiban, serta mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang anggota masyarakat sehingga tercipta ketertiban. Peran polisi bukan hanya : Lembaga formal seperti polisi, sebagai aparat Negara bertugas memelihara keamanan dan ketertiban, serta mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang anggota masyarakat sehingga tercipta ketertiban. Peran polisi bukan hanya

: Ya betul, polisi juga berperan dalam membina dan memberikan penyuluhan kepada orang yang berperilaku menyimpang dari hukum serta kepada seluruh masyarakat.

Siswa : Sedangkan pengadilan merupakan alat pengendalian sosial agar seseorang berhati-hati dalam bertingkah laku sehingga tidak terjadi penyimpangan yang menyeretnya ke pengadilan.

Guru : Ya betul, terima kasih Aisyah. Tapi, pengadilan juga akan memberi sangsi tegas kepada siapapun yang terbukti salah, tidak pandang bulu, walaupun yang bersalah itu dari hakimnya sendiri.

Siswa : Tertawa, (hahaha). Guru

: Jangan ramai anak-anak, tetapi sudah paham belum peran lembaga formal? Siswa

: Sudah pak. Guru

: Sekarang siapa yang bias menjelaskan peran lembaga informal? Siswa

: Saya (Dimas Mirawan) pak. Guru

: Iya silahkan Dimas. Siswa

: Adat merupakan lembaga atau pranata sosial yang terdapat pada masyarakat tradisional. Di dalam adat, terdapat aturan untuk mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya.

Guru : Ya betul. Tapi adat juga sudah melembaga dan turun menurun atau disebut tradisi. Karena orang yang melanggar hokum adat dan tradisi nenek moyangnya akan dihukum oleh masyarakat adat dilingkungannya. Seperti dikucilkan atau diasingkan (diusir).

Siswa : Sedangkan tokoh masyarakat adalah orang yang memiliki pengaruh atau wibawa, sehingga ia dihormati dan disegani masyarakat.

Guru : Ya terima kasih Dimas. Tapi hal yang diharapakan muncul dari tokoh masyarakat adalah keteladanan, bimbingan, nasihat, dan petunjuk kepada Guru : Ya terima kasih Dimas. Tapi hal yang diharapakan muncul dari tokoh masyarakat adalah keteladanan, bimbingan, nasihat, dan petunjuk kepada

Siswa : Tidak pak. Guru

: Sudah paham peran lembaga informal? Siswa

: Sudah pak 97 .

Karena waktu habis, maka pada pertemuan selanjutnya untuk menindak lanjuti dari tahap presentasi kelompok dll, pada tahap ini guru menjelaskan materi lagi secara utuh dengan penyampaian seperti model ceramah diselingi dengan tanya jawab yang benar jawabannya mendapatkan hadiah, hal ini dilakukan agar konsep yang sudah didapat dari hasil diskusi dengan model two stay two stray (TSTS) semakin diperkuat dan diperdalam lagi dengan guru menjelaskan materi secara utuh dan juga pada saat penyampaian materi guru juga menghubungkan dengan jawaban hasil diskusi kelompok dan memberikan beberapa contoh dalam

kehidupan sehari-hari 98 .

Berdasarkan presentasi tersebut siswa merasa sangat puas dan senang dengan penjelasan guru dan hadiah yang diberikan, sehingga siswa lebih paham dengan konsep pengendalian sosial. Pada saat itu guru membagikan seluruh hasil rangkuman, tugas dan pelaporan masing-masing siswa tenang presentasi pada pertemuan minggu lalu, hasil laporan tesebut masih ada sebagaian yang salah

97 Ibid., 98 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 18 Mei 2010 97 Ibid., 98 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 18 Mei 2010

5. Evaluasi Pada tahap ini guru meminta siswa untuk memasukkan semua catatan dan buku Sosiologi karena akan diadakan postest. Siswa terlihat sudah mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi postest ini. Temuan pada saat pelaksanaan postest yang dilakukan siswa terlihat serius sekali dalam mengerjakan soal tersebut. Setelah tes berakhir dan lembar jawaban soal

dikumpulkan, banyak siswa yang saling merasa puas dengan jawaban mereka 99 . Selama pelaksanaan tindakan III, guru sudah berusaha menerapkan semua

tahapan-tahapan yang ada pada model pembelajaran two stay two stray (TSTS) atau sesuai dengan sintaks model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dengan keterlaksanaan sebesar 92 %. Dengan melakukan observasi pada siklus III ini, akan diketahui apa saja yang terjadi selama pelaksanaan tindakan III.

6. Temuan Penelitian Setelah diberi Tindakan III Pembelajaran dengan menggunakan model two stay two stray (TSTS) pada siklus III ini berlangsung sangat lancar dibandingkan dengan siklus II. Hal ini tidak terlepas dari berbagai perbaikan kekurangan-kekurangan pada pelaksanaan siklus II. Siswa juga memiliki motivasi lebih dan kepuasan lebih terhadap hasil diskusi karena selalu dibuktikan langsung dengan presentasi sehingga siswa sangat bersungguh sungguh dalam melakukan diskusi. Dorongan

99 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 25 Mei 2010 99 Wawancara dan pengamatan langsung dengan Siswa-siswi X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu pada 25 Mei 2010

Hasil temuan penelitian terhadap keseluruhan proses pembelajaran selama siklus II adalah sebagai berikut: 1) guru sudah melaksanakan tahapan-tahapan yang ada dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) keterlaksanaan pembelajaran pada siklus III adalah 92 %, artinya keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model two stay two stray (TSTS) meningkat dibandingkan dengan siklus II, 2) siswa hafal dengan model pembelajaran two stay two stray (TSTS), sehingga proses pembelajaran setiap tahap berjalan lancar tanpa guru harus mengingatkan langkah-langkah pembelajaran kepada siswa, 3) siswa tampak sangat antusias dengan model pembelajaran two stay two stray (TSTS). keantusiasan dan kegembiraan siswa tercermin dari semangat siswa dalam setiap tahapan diskusi dan keinginan siswa untuk menjadi yang terbaik sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa, 4) seluruh siswa telah membawa buku Sosiologi dari berbagai penerbit, sehingga hal ini dapat menunjang pelaksanaan diskusi kelompok maupun presentasi kelompok, 5) siswa lebih aktif dalam bertanya dan memberikan gagasan pada saat diskusi kelompok maupun pada saat presentasi dan presentasi tidak didominasi oleh kelompok-kelompok tertentu karena guru memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada siswa yang belum pernah bertanya atau menjawab, 6) seluruh siswa telah mencatat hasil laporan presentasi dengan baik, sehingga guru dapat melakukan pembetulan konsep

apabila siswa masih ada yang salah dalam memahami konsep tersebut, kemudian guru juga akan mengembalikan hasil rangkuman siswa tersebut sebelum diadakan postest, sehingga rangkuman tersebut dapat dimanfaatkan oleh siswa sebagai sumber belajar juga 8) belajar dengan menggunakan model two stay two stray (TSTS) meningkatkan keakraban antar siswa, sehingga yang selama ini siswa merasa sumber belajar hanya dari guru tetapi setelah pembelajaran model two stay two stray (TSTS) ini diharapkan siswa tidak hanya belajar menunggu dari guru saja tetapi dapat lebih aktif bertukar pikiran langsung kepada temannya maupun saling bekerja kelompok dengan temannya dalam mempelajari materi Sosiologi,

9) hasil postest aspek kognitif, siswa mendapatkan nilai rata-rata 82, dengan rincian siswa yang nilainya di atas KKM adalah sebanyak 36 siswa, sedangkan siswa yang nilainya masih di bawah KKM sebanyak 3 siswa, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tidakan berupa siklus III maka aspek kognitif siswa terbukti meningkat dibandingkan dengan siklus I dan siklus II, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM juga bertambah menjadi 36 siswa. Pertambahan jumlah siswa yang nilainya di atas KKM menjadi 36 siswa (92 %), artinya setelah diberi tindakan III pada siklus III semua target pada awal penelitian tercapai yaitu siswa yang nilainya di atas KKM sudah sesuai dengan target awal yaitu diatas 85 % dari jumlah siswa secara keseluruhan, 9) nilai total rata-rata aspek afektif siswa yang diperoleh dari lembar observasi pada saat proses pembelajaran adalah 91, dengan rincian bahwa aspek penerimaan nilai rata-ratanya sebesar 93, aspek partisipasi nilai rata-ratanya sebesar 88, aspek penilaian/penentuan sikap nilai rata-ratanya sebesar 88, aspek organisasi nilai rata-ratanya sebesar 90, aspek 9) hasil postest aspek kognitif, siswa mendapatkan nilai rata-rata 82, dengan rincian siswa yang nilainya di atas KKM adalah sebanyak 36 siswa, sedangkan siswa yang nilainya masih di bawah KKM sebanyak 3 siswa, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tidakan berupa siklus III maka aspek kognitif siswa terbukti meningkat dibandingkan dengan siklus I dan siklus II, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM juga bertambah menjadi 36 siswa. Pertambahan jumlah siswa yang nilainya di atas KKM menjadi 36 siswa (92 %), artinya setelah diberi tindakan III pada siklus III semua target pada awal penelitian tercapai yaitu siswa yang nilainya di atas KKM sudah sesuai dengan target awal yaitu diatas 85 % dari jumlah siswa secara keseluruhan, 9) nilai total rata-rata aspek afektif siswa yang diperoleh dari lembar observasi pada saat proses pembelajaran adalah 91, dengan rincian bahwa aspek penerimaan nilai rata-ratanya sebesar 93, aspek partisipasi nilai rata-ratanya sebesar 88, aspek penilaian/penentuan sikap nilai rata-ratanya sebesar 88, aspek organisasi nilai rata-ratanya sebesar 90, aspek

III juga telah mencapai target awal yaitu seluruh indikator dati aspek afektif telah mencapai nilai di atas KKM yaitu sebesar 78.

Tabel 4.5 Pencapaian Aspek Afektif pada Siklus III No

Kategori

Nilai perilaku

indikator

(0-100)

1 Penerimaan Respon terhadap pendapat

siswa

2 Partisipasi Keaktifan dalam mencari jawaban.

Keaktifan dalam diskusi.

3 Penentuan Keaktifan bertanya atau

saat proses pola hidup

sumber belajar

Rata-rata

7. Refleksi Berdasarkan temuan dari observer selama pelaksanaan tindakan siklus III dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran selama siklus III telah lebih baik dari pada pelaksanaan siklus I dan siklus II. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan aspek afektif yang muncul pada proses pembelajaran siklus III dan adanya peningkatan aspek kognitif siswa yang ditunjukkan oleh peningkatan nilai rata-rata postest siswa yang telah mencapai target yang direncanakan.

Mengacu pada keberhasilan yang teramati dalam siklus III, peneliti memutuskan untuk tidak melaksanakan kegiatam proses pembelajaran siklus IV. Keputusan ini diambil karena target yang direncanakan saat awal penelitian sudah tercapai, yaitu terjadinnya peningkatan aspek kognitif dan aspek afektif siswa pada pokok bahasan pengendalian sosial. Disamping itu keterbatasan waktu juga menjadi faktor yang penting bagi peneliti untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siswa.

Secara umum pencapaian hasil proses pembelajaran aspek kognitif dan aspek afektif pada siklus III yaitu pada hasil postest aspek kognitif, siswa mendapatkan nilai rata-rata 82, dengan rincian siswa yang nilainya di atas KKM adalah sebanyak 36 siswa, sedangkan siswa yang nilainya masih di bawah KKM sebanyak 3 siswa, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan berupa siklus III maka aspek kognitif siswa terbukti meningkat dibandingkan dengan siklus I dan siklus II, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM juga bertambah menjadi 36 siswa. Pertambahan jumlah siswa yang nilainya di atas KKM menjadi 36 siswa (92 %), artinya setelah diberi tindakan III pada siklus III semua target pada awal penelitian tercapai siswa yang nilainya di atas KKM sudah sesuai dengan target awal yaitu diatas 85 % dari jumlah siswa secara keseluruhan. Nilai total rata-rata aspek afektif siswa yang diperoleh dari lembar observasi pada saat proses pembelajaran adalah 91, dengan rincian bahwa aspek penerimaan nilai rata-ratanya sebesar 93, aspek partisipasi nilai rata-ratanya sebesar 88, aspek penilaian/penentuan sikap nilai rata-ratanya sebesar 88, aspek organisasi nilai rata-ratanya sebesar 90, aspek pembentukan pola hidup nilai rata- Secara umum pencapaian hasil proses pembelajaran aspek kognitif dan aspek afektif pada siklus III yaitu pada hasil postest aspek kognitif, siswa mendapatkan nilai rata-rata 82, dengan rincian siswa yang nilainya di atas KKM adalah sebanyak 36 siswa, sedangkan siswa yang nilainya masih di bawah KKM sebanyak 3 siswa, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan berupa siklus III maka aspek kognitif siswa terbukti meningkat dibandingkan dengan siklus I dan siklus II, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM juga bertambah menjadi 36 siswa. Pertambahan jumlah siswa yang nilainya di atas KKM menjadi 36 siswa (92 %), artinya setelah diberi tindakan III pada siklus III semua target pada awal penelitian tercapai siswa yang nilainya di atas KKM sudah sesuai dengan target awal yaitu diatas 85 % dari jumlah siswa secara keseluruhan. Nilai total rata-rata aspek afektif siswa yang diperoleh dari lembar observasi pada saat proses pembelajaran adalah 91, dengan rincian bahwa aspek penerimaan nilai rata-ratanya sebesar 93, aspek partisipasi nilai rata-ratanya sebesar 88, aspek penilaian/penentuan sikap nilai rata-ratanya sebesar 88, aspek organisasi nilai rata-ratanya sebesar 90, aspek pembentukan pola hidup nilai rata-

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62