2 Nilai Rata-rata Aspek Afektif Siswa dari Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Nilai Rata-rata Aspek Afektif

Tabel 5.2 Nilai Rata-rata Aspek Afektif Siswa dari Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Nilai Rata-rata Aspek Afektif

1 Siklus I

83

2 Siklus II

91

3 Siklus III

Dari hasil Tabel 5.2 tentang nilai rata-rata aspek afektif siswa dari siklus I, siklus

II, dan siklus III dibentuk grafik peningkatan aspek afektif pada setiap siklus sehingga dapat teramati melalui grafik peningkatan aspek afektif secara visual.

Gambar 5.2 Grafik Nilai Rata-rata Aspek Afektif Siswa pada Siklus I, Siklus

II, dan Siklus III

Nilai rata-rata

aspek afektif 100

80

60 Siklus I Siklus II

40

Siklus III

20

Berdasarkan Gambar 5.2 tentang grafik nilai rata-rata aspek afektif siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III tersebut diketahui bahwa aspek afektif siswa mengalami peningkatan setelah diberi tindakan berupa model pembelajaran two stay two stray (TSTS), terlihat bahwa pada siklus I ketika diberi tindakan I nilai rata-rata aspek afektif siswa sebesar 76, nilai ini masih belum memenuhi target yang sudah direncanakan pada awal penelitian. Artinya nilai rata-rata aspek afektif siswa masih rendah dan berada dibawah KKM yang ditentukan oleh sekolahan. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran two stay two stray (TSTS), sehingga siswa masih terkesan bingung dan pelaksanaan pembelajaran juga masih banyak hambatan dan kekurangan sehingga siswa kurang optimal dalam mengikuti pembelajaran. Pengecekan LKS dan permasalahan-permasalahannya yang terbatas juga menyebabkan munculnya rasa egois siswa yang pandai untuk menguasai dan mengerjakan sendiri LKS dan permasalahannya tersebut dengan tujuan agar nilainya menjadi tinggi, hal ini menyebabkan rasa penentuan sikap terhadap pendapat orang lain kurang, rasa kerjasama kelompok juga lemah, dan kegiatan tanya jawab juga minim. Kekurangan tersebut diperbaiki pada siklus II salah satu caranya adalah memberikan LKS kepada setiap individu yang belum memilikinya, agar setiap siswa memiliki rasa tanggung jawab yang besar kepada dirinya dan kepada kelompoknya. Hal ini akan menunjang kerjasama kelompok dan meningkatnya kegiatan tanya jawab bagi siswa.

Sedangankan nilai rata-rata aspek afektif siswa pada siklus II sebesar 83, jelas bahwa pada siklus II yang telah dilaksanakan dengan memperbaiki segala

hambatan dan kekurangan pada siklus I terbukti mampu meningkatkan aspek afektif siswa dari nilai rata-rata 76 pada siklus I menjadi 83 pada siklus II. Perolehan nilai rata-rata aspek afektik sebesar 83 masih dirasa sedikit kurang dengan target awal peneltian sebesar 85. Oleh karena itu dilakukan refleksi pada siklus II agar temuan pelaksanaan tindakan II yang masih mengalami kekurangan diperbaiki lagi sehingga diharapkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III menjadi lebih sempurna yang dapat berdampak pada nilai rata-rata aspek afektif yang akan naik di atas target yang sudah ditentukan pada awal pembelajaran. Dari hasil analisis diketahui bahwa kekurangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus

II secara umum adalah kurangnya buku bacaan sosiologi yang dapat membantu siswa dalam pelaksanaan diskusi, dan kurangnya motivasi tambahan kepada siswa agar lebih aktif dalam mengajukan pendapat, gagasan maupun pertanyaan, siswa juga tidak mencatat atau melaporka hasil diskusi kelas, sehingga guru kesulitan untuk menentukan materi mana yang masih perlu banyak diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Dengan kekurangan tersebut guru berusaha meminimalisasi kekurangan tersebut untuk pelaksanaan siklus III dengan salah satunya memberikan kewajiban bagi siswa untuk membawa buku bacaan sosiologi yang dapat dipinjam dari perpustakaan dan mewajibkan siswa untuk melaporkan hasil diskusi kelasnya secara individu.

Hasil pelaksanaan siklus III didapatkan nilai rata-rata aspek afektif siswa sebesar 91, ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan siklus terbukti mampu meningkatkan aspek afektif dari sikus II sebesar 83 menjadi 91. hal ini dikarenakan kelemahan-kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan siklus II Hasil pelaksanaan siklus III didapatkan nilai rata-rata aspek afektif siswa sebesar 91, ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan siklus terbukti mampu meningkatkan aspek afektif dari sikus II sebesar 83 menjadi 91. hal ini dikarenakan kelemahan-kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan siklus II

Apabila dirinci peningkatan masing-masing aspek afektif dari siklus I, siklus II dan siklus III berdasarkan kategori tiap-tiap aspek perilaku, maka peningkatan tiap aspek perilaku dapat teramati pada Tabel 5.3 yaitu mengenai rincian nilai rata-rata tiap aspek afektif.

Tabel 5.3 Rincian Nilai Rata-rata Setiap Aspek Afektif Siswa dari Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No

Kategori Perilaku

Nilai Rata-

Nilai Rata-

Nilai Rata-

rata Tiap

rata Tiap

rata Tiap

Siklus I

Siklus II

Siklus III

3 Penentuan Sikap

5 Pembentukan pola hidup

Dari hasil Tabel 5.3 tentang rincian nilai rata-rata setiap aspek afektif siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III dibentuk grafik peningkatan setiap aspek afektif pada setiap siklus sehingga dapat teramati melalui grafik peningkatan aspek afektif secara visual.

Gambar 5.3 Grafik Nilai Rata-rata Setiap Aspek Afektif Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Nilai rata-rata 100 aspek afektif

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Berdasarkan Gambar 5.3 tentang grafik nilai rata-rata setiap aspek afektif siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III menunjukkan bahwa tiap kategori perilaku mengalami kenaikan pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada siklus I terdapat dua kategori perilaku yang belum memenuhi KKM yang ditentukan oleh SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu sebesar 78, yaitu pada kategori perilaku partisipasi dan penentuan sikap, sehingga perlu untuk ditingkatkan dengan melakukan siklus II. Hasil dari observasi pada siklus II didapatkan nilai aspek afektif untuk tiap kategori perilaku secara umum mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, tetapi ada satu kategori perilaku yang belum memenuhi target sehingga perlu untuk dilaksanakan siklus III yang tentunya pada pelaksanaan akan lebih terfokus pada kategori perilaku yang nilainya masih dibawah KKM yaitu kategori perilaku penentuan sikap yang diwakili dengan indikator keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab atau memberikan respon tanggapan. Hasil dari siklus III didapatkan nilai aspek afektif untuk tiap kategori Berdasarkan Gambar 5.3 tentang grafik nilai rata-rata setiap aspek afektif siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III menunjukkan bahwa tiap kategori perilaku mengalami kenaikan pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada siklus I terdapat dua kategori perilaku yang belum memenuhi KKM yang ditentukan oleh SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu sebesar 78, yaitu pada kategori perilaku partisipasi dan penentuan sikap, sehingga perlu untuk ditingkatkan dengan melakukan siklus II. Hasil dari observasi pada siklus II didapatkan nilai aspek afektif untuk tiap kategori perilaku secara umum mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, tetapi ada satu kategori perilaku yang belum memenuhi target sehingga perlu untuk dilaksanakan siklus III yang tentunya pada pelaksanaan akan lebih terfokus pada kategori perilaku yang nilainya masih dibawah KKM yaitu kategori perilaku penentuan sikap yang diwakili dengan indikator keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab atau memberikan respon tanggapan. Hasil dari siklus III didapatkan nilai aspek afektif untuk tiap kategori

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62