menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering juga dinamakan potential labor force.
Transformasi dari bukan angkatan kerja ke angkatan kerja terutama bagi tenaga kerja wanita sangat ditentukan oleh banyak faktor, antara lain:
a Tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin besar
keinginannya untuk masuk dalam pasar kerja. b
Tingkat sosial yang lebih tinggi, mempunyai perasaan rendah diri apabila tidak bekerja.
c Kondisi ekonomi rumah tangga yang mengharuskan wanita bekerja.
d Semakin panjang usia harapan hidup.
e Adanya fasilitas atau kemudahan-kemudahan lain yang tersedia menyebabkan
waktu yang dibutuhkan untuk mengurus rumah tangga berkurang sehingga peluang untuk bekerja diluar rumah sangat besar.
f Banyak terbuka lapangan kerja baru.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang telah berusia 15 tahun ke atas yang ikut
berpartisipasi dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.5. Luas Lahan
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usaha tani, karena luas lahan yang diusahai berpengaruh terhadap hasil produksi.
Universitas Sumatera Utara
Hakim 1986, mengatakan bahwa pengertian lahan land tidak sama dengan tanah soil. Lahan land mencakup pengertian yang lebih luas yaitu meliputi seluruh
kondisi lingkungan seperti iklim, sumber air, tanah, tofografi, dan sebagainya. Sedangkan tanah soil merupakan benda alam yang mempunyai sifat fisik, kimia dan
biologi tertentu, berdimensi tiga dan merupakan bagian dari lapisan bumi terluar. Jadi lahan dapat mencakup berbagai jenis tanah.
Menurut Rayes 2007, dalam kaitan sumberdaya alam dikenal istilah tanah dan lahan yang pengertiannya sering rancu. Dikatakan bahwa pengertian lahan lebih
luas dari tanah, dimana sumberdaya lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, topografi, tanah, hidrologi dan vegetasi dimana pada batas-batas
tertetu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Dengan demikian dalam pengertian lahan tanah termasuk di dalamnya.
Nuhung 2006, menyebutkan lahan sebagai faktor produksi utama dan merupakan barometer untuk mengukur kemajuan petani selaku pelaku utama
pembangunan pertanian. Rayes 2007 permasalahan utama yang berhubungan dengan usaha pertanian
adalah tersedianya luas lahan yang relatif tetap. Sementara dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan pangan yang diproduksi dari lahan tersebut, menyebabkan
meningkatnya tekanan terhadap lahan. Lahan merupakan faktor produksi yang tidak dapat digantikan dengan media lain. Berdasarkan hal tersebut, sangatlah penting
mengetahui tingkat kesesuaian dan faktor-faktor pembatasnya untuk penggunaan lahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Suparmoko 1997, berpendapat bahwa manusia umumnya mulai mengolah tanah dari yang paling subur terlebih dahulu, kemudian kalau tanah yang paling subur
itu sudah langka adanya, maka manusia beralih ke tanah yang tingkat kesuburannya lebih rendah yang produktivitas lahannya semakin merosot. Sebagian besar petani
mengusahakan lahan pertanian dengan luas lahan yang sempit sehingga tidak mampu mengangkat kesejahteraan petani, sementara masih banyak lahan marginal yang dapat
diolah ataupun diusahai. Danarti 1999, bahwa dalam situasi krisis ekonomi berkepanjangan yang
terjadi akhir-akhir ini, lahan tidur ibarat tambang emas yang dincar banyak orang. Dari lahan tersebut dapat dihasilkan komoditas pertanian yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan peluang pasar cukup baik. Menurut Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen
Pertanian 2008, bahwa banyak terdapat lahan-lahan pertanian terlantar atau lahan yang sementara belum diusahakan secara optimal yang apabila diberikan sentuhan
teknologi maka lahan dimaksud dapat menghasilkan produksi yang optimal pula. Upaya dimaksud disebut sebagai lahan optimasi lahan.
Kegiatan optimasi lahan merupakan usaha meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan menjadi lahan usaha tani baik tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, perternakan melalui upaya perbaikan dan peningkatan daya dukung lahan sehingga dapat menjadi lahan usaha tani yang lebih produktif. Kegiatan
optimasi lahan diarahkan untuk memenuhi kriteria lahan usaha tani dari aspek tehnis
Universitas Sumatera Utara
tentang lahan, perbaikan fisik dan kimia tanah bahkan kepada peningkatan infrastruktur usaha tani yang diperlukan.
Hakim 2002, mengemukakan bahwa sumberdaya lahan yang semakin langka mendorong perilaku persaingan masyarakat ekonomi ke arah yang semakin
tidak sehat dan cenderung merusak. Konsentrasi penguasaan sumberdaya lahan pada pihak-pihak tertentu semakin memperbesar porsi masyarakat yang terperdayakan
karena kehilangan akses terhadap sumberdaya dasarnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam konteks agribisnis, aspek pokok yang
akan ditelaah terutama adalah menyangkut pemilikanpenguasaan lahan serta pola penggunaan lahan. Perlu dilihat sejauh mana aspek-aspek ini menentukan kinerja
sistem, dan selanjutnya ditentukan langkah-langkah kebijaksanaan yang bagaimana yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan kondisi riil pola pemilikan
penguasaan serta pengguna lahan yang ada sehingga kinerja sistem semakin meningkat.
Rahmawaty 2002, mengatakan bahwa upaya pemanfaatan lahan dalam rangka pembangunan pertanian khususnya pertanian tanaman pangan tidak hanya
terbatas pada upaya peningkatan produksi dengan menggunakan lahan subur, tetapi juga diarahkan pada pamanfaatan lahan marginal dan harus mempertimbangkan
keberlanjutan yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Menurut
Rossiter 1994, penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensinya akan mengakibatkan produktivitas menurun, degradasi kualitas lahan dan tidak
berkelanjutan. Guna menghindari hal tersebut, maka diperlukan adanya evaluasi lahan
Universitas Sumatera Utara
untuk mendukung perencanaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya lahan perlu disesuaikan dengan kondisi agroekologinya, agar usaha
pertanian tersebut dapat berkesinambungan.
Menurut Barlowe 1986, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor
institusi kelembagaan. Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan
kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan
politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat dilaksanakan.
2.6. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat