untuk mendukung perencanaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya lahan perlu disesuaikan dengan kondisi agroekologinya, agar usaha
pertanian tersebut dapat berkesinambungan.
Menurut Barlowe 1986, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor
institusi kelembagaan. Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan
kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan
politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat dilaksanakan.
2.6. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Menurut Sumodiningrat 1997, pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun potensi dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya Masoed 1993, mendefinisikan pemberdayaan rakyat sebagai
upaya memberi daya atau kekuatan kepada rakyat. Pemberdayaan ekonomi rakyat harus dipandang sebagai sebuah pemacu untuk menggerakkan ekonomi rakyat.
Pemberdayaan tersebut dilakukan dengan 3 jalur. 1.
Menciptakan suasana atau lklim yang memungkinkan potensi rakyat dapat berkembang.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki rakyat enpowering.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemberdayaan bermakna pula melindungi, artinya dalam proses pemberdayaan
harus dicegah yang lemah menjadi semakin lemah. Pemberdayaan ekonomi rakyat harus disertai dengan menciptakan
peluang-peluang bagi masyarakat lapisan bawah yang ada untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan demikian daerah mampu mengatasi keterbelakangan
masyarakatnya dan memperkuat posisi daya saing mereka dalam bidang ekonomi. Secara sederhana, pembangunan daerah dapat diartikan sebagai upaya sistematis
untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh anggota masyarakat suatu daerah ke arah yang lebih baik secara terus menerus. Dalam upaya itu, kebijakan umumnya terfokus
pada pengembangan aspek-aspek ekonomi dari kehidupan manusia, sehingga pembangunan daerah seringkali disebut juga sebagai pembangunan ekonomi daerah.
Pembangunan ekonomi masyarakat dipahami sebagai perubahan struktur dan upaya peningkatan kemampuan masyarakat, penguasaan teknologi, dan pembentukan
modal capital accumulation. Perubahan tersebut merupakan kunci dari pengembangan ekonomi masyarakat yang tumbuh berkembang.
Peningkatan kualitas hidup seluruh anggota masyarakat suatu daerah bukan merupakan tanggungjawab aparat daerah saja. Dalam pemberdayaan pembangunan
ekonomi masyarakat, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Pemerintah harus
proaktif, secara terus menerus melakukan tindakan-tindakan pemberdayaan ekonomi masyarakat didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan potensi
sumberdaya manusia, potensi sumber daya alam, kelembagaan dan saranaprasarana lainnya untuk kesejahteraan semua warganya. Orientasi ini diarahkan kepada
Universitas Sumatera Utara
pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan
ekonomi masyarakat. Menurut Sumodiningrat 1997, setiap anggota masyarakat disyaratkan
berperan serta dalam proses pembangunan full employment, mempunyai kemampuan yang sama equal productivity dan bertindak rasional efficient.
Selanjutnya menurut Tjiptoherijanto 1999, bahwa kelompok usaha produktif hanya akan tumbuh dan berkembang jika ada: a Potensi penduduk yang berbakat dan
memiliki kemampuan berusaha atau berwiraswasta, b Rangsangan untuk melakukan inovasi, dan c Iklim yang memungkinkan realisasi potensi kewirausahaan atau
kewiraswastaan.
2.7. Konsep Pembangunan Wilayah