Produksi Karet Luas Lahan Faktor yang mempengaruhi Produksi Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal

4.8. Produksi Karet

Produksi karet perhektarnya adalah sangat bervariasi untuk setiap daerah, hal ini disebabkan perbedaan perlakuan terhadap tanaman karet tersebut. Produksi karet di daerah penelitian berkisar antara 1,0 – 2,0 ton perhektarbulannya, seperti tertera pada Tabel 4.12. berikut: Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Produksi Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal No Produksi Tanaman Karet TonHa Jumlah Responden Persen 1 1,0-1,5 76 76,0 2 1,6-2,0 24 24,0 Jumlah 100 100,0 Sumber: Data Primer Olahan 2009 Dari 100 responden petani karet, sebagian besar dengan produksi 1,0-1,5 tonha sebanyak 76 responden 76,0, dan 1,6-2,0 tonhabulan sebanyak 24 responden 24,0. Besarnya produksi karet yang dominan adalah pada kisaran 1,0- 1,5 tonhabulan, produksi ini merupakan produksi rata-rata dari tanaman karet di Kabupaten Mandailing Natal.

4.9. Luas Lahan

Luas lahan yang dikelola responden berbeda satu dengan yang lainnya. Luasan lahan tersebut berkisar antara 1,0 hektar sampai dengan 2,0 hektar, seperti tertera pada Tabel 4.13. berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal No Luas Lahan Ha Jumlah Responden Persen 1 1,0-1,5 81 81,0 2 1,5-2,0 19 19,0 Jumlah 100 100,0 Sumber: Data Primer Olahan 2009 Dari 100 responden petani karet, sebagian besar dengan luas lahan 1,0-1,5 ha sebanyak 81 responden 81,0, dan luas lahan 1,5-2,0 ha sebanyak 19 responden 19,0. Berdasarkan Tabel 4.13 di atas diperoleh dominasi luas lahan tanaman karet yang diusahai oleh responden rata-rata seluas 1-1,5 hektar dengan status lahan yang dimiliki responden adalah status lahan yang dialih fungsikan.

4.10. Faktor yang mempengaruhi Produksi Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal

Dengan menggunakan persamaan regresi berganda, dibentuk fungsi persamaan produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal. Variabel-variabel yang dianggap memberikan pengaruh terhadap persamaan ini adalah modal, tenaga kerja, dan luas lahan. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan kedalam persamaan regresi berganda dan setelah ditransformasi kedalam bentuk logaritma diperoleh hasil sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14. Hasil Uji Statistik Pengaruh Modal, Tenaga Kerja dan Luas Lahan, Terhadap Produksi Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal. Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficien ts Model B Std. Error Beta t Sig. 1 Constant -1.575 .316 -4.986 .000 Modal .163 .043 .367 3.800 .000 Tenaga Kerja .294 .066 .268 4.478 .000 Luas .330 .089 .358 3.726 .000 a Dependent Variable: Produksi Hasil rekapitulasi regresi variabel modal, tenaga kerja dan luas lahan terhadap produksi karet sebagai berikut: Log Y = -1,575 + 0,163 log X 1 Modal+0,294 Log X 2 Tenaga Kerja+0,330 Log X 3 Luas lahan Stat -4,986 3,800 4,478 3,726 Keterangan T R 2 = 0,744 F = 92,933 = Signifikan pada  = 5 = Signifikan pada  = 10 = Signifikan pada  = 1 Berdasarkan Tabel 4.14. diatas koefisien determinasi R sebesar 0,744 menunjukkan bahwa 74,4 produksi karet dapat dijelaskan oleh variasi variabel modal, tenaga kerja dan luas lahan. Sedangkan sisanya 26,6 dijelaskan oleh 2 variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan uji F. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel 92,933 2,70, pada tingkat kesalahan α 1 . Hal ini berarti variabel independen yaitu, modal, tenaga kerja dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu produksi karet. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen dilakukan secara partial terhadap variabel dependen digunakan uji- t sebagai berikut: a. Modal Variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi karet, hal ini ditandai dengan nilai t-hitung t-tabel pada α 1 3,800 2.366. Koefisien regresi modal adalah sebesar 0,163 berarti bahwa setiap pertambahan modal sebesar 1, akan meningkatkan produksi karet sebesar 0,163, ceteris paribus. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu modal berpengaruh terhadap produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal. Menurut Stern 2002 iklim usaha atau investasi yang kondusif adalah iklim yang mendorong seseorang melakukan investasimodal dengan biaya dan risiko serendah mungkin di satu sisi, dan bisa menghasilkan keuntungan jangka panjang setinggi mungkin. Usaha perkebunan rakyat tergolong jenis usaha marginal, yang antara lain ditunjukkan oleh penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan Universitas Sumatera Utara akses terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Studi-studi yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa usaha perkebunan karet rakyat mempunyai peranan yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, penyediaan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan www.smeru.or.id . b. Tenaga Kerja Variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi karet, hal ini ditandai dengan nilai t-hitung t-tabel pada α 1 4,476 2.366. Koefisien regresi tenaga kerja adalah sebesar 0,294 berarti bahwa setiap pertambahan tenaga kerja sebesar 1, akan meningkatkan produksi karet sebesar 0,294, ceteris paribus. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal. Salah satu sektor pertanian yaitu perkebunan ternyata menjadi tumpuan pembangunan ekonomi nasional pada masa krisis dan selama pemulihan ekonomi, karena itu sektor pertanian sub sektor perkebunan perlu diposisikan sebagai sektor andalan dan didukung secara konsisten dengan mengembangkan ekonomi pedesaan yang bersifat resource based Simatupang, 1999. Atas dasar tersebut, potensi perekonomian pedesaan diharapkan akan menjadi determinan dari perekonomian nasional secara keseluruhan dan dengan demikian perubahan yang terjadi pada struktur perekonomian pedesaan perlu dicermati terutama dampaknya terhadap Universitas Sumatera Utara struktur kesempatan kerja dan pendapatan di wilayah pedesaan. Sejalan dengan penelitian Sitepu 2005 bahwa tenaga kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi karet alam di Propinsi Sumatera Utara. Dalam pedoman Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan RPPK tahun 2005 disebutkan bahwa secara umum sasaran pembangunan pertanian jangka panjang 2025 adalah: a terwujudnya pertanian industrial yang berdaya saing; b mantapnya ketahanan pangan secara mandiri; c tercapainya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian; dan d terhapusnya kemiskinan di sektor pertanian dan tercapainya pendapatan petani sebesarUS 2500kapitatahun. c. Luas lahan Variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi karet, hal ini ditandai dengan nilai t-hitung t-tabel pada α 1 3,726 2.366. Koefisien regresi tenaga kerja adalah sebesar 0,330 berarti bahwa setiap pertambahan luas lahan sebesar 1, akan meningkatkan produksi tanaman karet sebesar 0,330, ceteris paribus. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu luas lahan berpengaruh terhadap produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi 1994 yang menyatakan bahwa luas tanah mempunyai hubungan yang positif, artinya semakin besar luasan usahatani yang disusahakan maka akan semakin tinggi produksi lahan yang dihasilkan. Pertambahan luas lahan berarti terjadi pertambahan populasi tanaman, dengan demikian produksi bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah tanaman. Universitas Sumatera Utara

4.11. Peranan Komoditas Karet Terhadap Pembangunan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Mandailing Natal