Karakteristik Responden HASIL PENELITIAN

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. masing 2 dua orang, dan Dokter Gigi, Sarjana Keperawatan, Analis, Gizi, dan SPPH masing-masing 1 satu orang. Tabel 4.3. Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 NO. Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Bidan 6 4. Sarjana Keperawatan 1 5. Perawat 18 6. Asisten Apoteker 2 7. Analis 1 8. Gizi 1 9. SPPH 1 10. LPCK 2 Jumlah 35 Sumber: SP2TP Puskesmas Pekan Labuhan, 2008.

4.2. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini karakteristik responden meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan dan efek samping OAT di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan, seperti yang tercantum pada Tabel 4.4. Umur responden yang terbanyak terdapat pada kelompok umur 25-49 tahun yaitu 21 responden 55,3; sebanyak 21 responden 55,3 berjenis kelamin laki- laki sedangkan 17 responden 44,7 adalah perempuan; pendidikan responden yang terbanyak adalah SLTP yaitu 15 responden 39,5. Sebanyak 20 responden 52,6 bekerja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden yang terbanyak berada pada tingkat sedang yaitu sebanyak 22 responden 57,9; sebagian 43 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. besar responden menyatakan ada efek samping OAT yang dialami yaitu sebanyak 28 responden 73,7. Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 No. Karakteristik Responden Jumlah 1. Umur Tahun 1. 15-24 Orang muda 14 36,8 2. 25-49 Dewasa 21 55,3 3. ≥50 Orang tua 3 7,9 Jumlah 38 100 2. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 21 55,3 2. Perempuan 17 44,7 Jumlah 38 100 3. Pendidikan 1. Tidak tamat SD 4 10,5 2. SD 5 13,1 3. SLTP 15 39,5 4. SLTA 12 31,6 5. AkademiSarjana 2 5,3 Jumlah 38 100 4. Status Pekerjaan 1. Tidak Bekerja 18 47,4 2. Bekerja 20 52,6 Jumlah 38 100 5. Pengetahuan 1. Rendah 12 31,6 2. Sedang 22 57,9 3. Tinggi 4 10,5 Jumlah 38 100 6. Efek Samping OAT 1. Tidak ada 10 26,3 2. Ada 28 73,7 Jumlah 38 100 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan penderita TB Paru berada pada tingkat pengetahuan sedang yaitu 44 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. sebanyak 22 responden 57,9. Hal ini ditunjukkan dari 27 responden 71,1 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyakit TB Paru adalah penyakit batuk berdarah, sedangkan responden yang mengatakan bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang paru dan dapat disembuhkan hanya 6 responden 15,7 dan sisanya 5 responden 13,2 menjawab tidak tahu. Berdasarkan pertanyaan tentang penyebab penyakit TB Paru, 18 responden 47,4 menjawab disebabkan oleh bibit penyakitmerokok dan hanya 6 responden 15,8 yang menjawab kuman Tuberkulosis. Sisanya 14 responden 36,8 tergolong tidak mengetahui penyebab penyakit TB Paru karena sebagian dari mereka memang menjawab tidak tahu dan sebagian lainnya mengatakan bahwa TB Paru disebabkan oleh keturunan, angin malam, ganja, dan bahkan ada yang menjawab ”datang dari Tuhan”. Berdasarkan pertanyaan tentang cara penularan TB Paru, 24 responden 63,1 menjawab melalui batuk dan makanan, 12 responden 31,6 menjawab tidak tahu, dan hanya 2 responden 5,3 yang menjawab melalui batuk, bersin yang mengandung kuman TBC dan terhirup oleh orang lain. Berdasarkan pertanyaan tentang keadaan yang dapat memperburuk penderita TB paru, 31 responden 81,6 menjawab kebiasaan merokok atau lingkungan yang kotor, 3 responden 7,9 menjawab kebiasaan merokok, lingkungan dan kurang gizi, sedangkan sisanya 4 responden 10,5 tidak tahu. Menurut 22 responden 57,9, semua orang tanpa batas usia dapat terkena penyakit TB Paru sedangkan 10 responden 26,3 menyatakan bahwa orang yang 45 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. rentan terhadap penyakit TB Paru adalah orang dewasa. Sisanya 6 responden 15,8 tidak tahu. Berdasarkan pertanyaan tentang lama pengobatan TB Paru yang diketahui, sebanyak 28 responden 73,7 menjawab tidak tahu dengan alasan tidak pernah diberi informasi oleh petugas Puskesmas berapa lama harus mengkonsumsi obat, sedangkan responden yang menjawab 2 bulan sebanyak 8 responden 21 dan yang menjawab 6 bulan hanya 2 responden 5,3. Berdasarkan pertanyaan tentang pengobatan TB Paru, sebagian besar yaitu 33 responden 86,8 menjawab minum obat setiap hari pada tahap awal dan tiga kali dalam seminggu pada tahap lanjutan. Hanya 4 responden 10,6 yang menjawab pada tahap awal obat diminum setiap hari dan pada tahap lanjutan tiga kali dalam seminggu ditambah dengan pemeriksaan dahak sebanyak tiga kali. Sisanya 1 responden 2,6 menjawab tidak tahu. Menurut 17 responden 44,7 manfaat dari pemeriksaan dahak dan photo Rontgen adalah untuk memastikan penyakit atau memantau kemajuan pengobatan. Hanya 3 responden 7,9 yang menjawab lengkap yaitu untuk memastikan penyakit, memantau kemajuan pengobatan dan memastikan kesembuhan sedangkan sebanyak 18 responden 47,4 menjawab tidak tahu. Menurut 11 responden 28,9 penyakit TB Paru dapat dicegah dengan meningkatkan gizi atau lingkungan yang bersih, sedangkan sisanya 27 responden 71,1 menjawab tidak mengetahui cara pencegahan penyakit TB Paru Tabel 4.5. 46 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 No. Pengetahuan Responden Jumlah 1. Penyakit TB Paru 1. Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang paru dan dapat disembuhkan 6 15,7 2. Penyakit batuk darah 27 71,1 3. Tidak tahu 5 13,2 Jumlah 38 100 2. Penyebab Penyakit 1. Kuman Tuberkulosis 6 15,8 2. Bibit penyakit dan merokok 18 47,4 3. Tidak tahu 14 36,8 Jumlah 38 100 3. Cara Penularan 1. Melalui batuk, bersin yang mengandung kuman TBC yang terhirup orang lain. 2 5,3 2. Melalui batuk dan makanan 24 63,1 3. Tidak tahu 12 31,6 Jumlah 38 100 4. Keadaan yang Memperburuk 1. Kebiasaan merokok, lingkungan dan kurang gizi 3 7,9 2. Kebiasaan merokok atau lingkungan kurang gizi 31 81,6 3. Tidak tahu 4 10,5 Jumlah 38 100 5. Usia Rentan TB Paru 1. Semua orang tanpa batas usia 22 57,9 2. Semua orang terutama orang dewasa 10 26,3 3. Tidak tahu 6 15,8 Jumlah 38 100 6. Lama Pengobatan 1. 6 bulan 2 5,3 2. 2 bulan 8 21,0 3. Tidak tahu 28 73,7 Jumlah 38 100 7. Pengobatan TB Paru 1. Pada tahap awal minum obat setiap hari dan pada tahap lanjutan tiga kali dalam seminggu 4 10,6 2. Pada tahap awal minum obat setiap hari dan pada tahap lanjutan tiga kali dalam seminggu dan pemeriksaan dahak sebanyak tiga kali 33 86,8 3. Tidak tahu 1 2,6 Jumlah 38 100 47 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. Lanjutan Tabel 4.5. No. Pengetahuan Responden Jumlah

8. Manfaat Pemeriksaan Dahak dan Rontgen

1. Untuk memastikan menderita penyakit TB Paru, memantau kemajuan pengobatan dan memastikan kesembuhan 3 7,9 2. Untuk memastikan menderita penyakit TB Paru atau memantau kemajuan pengobatan atau memastikan kesembuhan 17 44,7 3. Tidak tahu 18 47,4 Jumlah 38 100 9. Cara Pencegahan 1. Meningkatkan gizi, memberikan imunisasi BCG, memberikan pengobatan pencegahan 2. Meningkatkan gizi atau memberikan imunisasi BCG atau memberikan pengobatan pencegahan 11 28,9 3. Tidak tahu 27 71,1 Jumlah 38 100 Berdasarkan hasil penelitian, 28 responden 73,7 mengalami efek samping selama mengkonsumsi OAT dengan efek yang banyak dirasakan adalah warna kemerahan pada urine, mual dan gangguan pencernaan lainnya, gatal dan kemerahan pada kulit, kesemutan dan rasa terbakar di kaki, dan nyeri sendi Tabel 4.6. Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Efek Samping OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 No. Efek Samping OAT Ada Tidak 1. Efek samping yang dialami 28 73,7 10 26,3 2. Mengganggu aktivitas sehari-hari 25 65,8 13 34,2 3. Mengatasi dengan cara sendiri 13 34,2 25 65,8 Sebanyak 25 responden 65,8 mengaku terganggu aktivitas sehari-harinya akibat efek samping tersebut sekitar 1-7 hari. Awalnya responden akan mengatasi gangguan tersebut dengan cara yang diketahuinya sendiri seperti membeli obat yang dijual bebas di warung-warung atau membiarkannya saja sampai efek tersebut hilang 48 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. dengan sendirinya. Namun, sebagian responden memilih berobat ke Puskesmas untuk menghindari bertambah parahnya penyakit 4.3. Faktor Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan pada penelitian ini meliputi: ketersediaan OAT, sikap petugas kesehatan, lokasijarak, penyuluhan kesehatan, dan kunjungan rumah. Ketersediaan OAT dilihat dari tersedia atau tidaknya OAT pada saat jadwal pengambilan obat responden dan kualitas obat yang diperoleh dari Puskesmas. Sikap petugas kesehatan diukur melalui keramahan petugas, perhatian terhadap keluhan responden, penjelasan tentang penyakit yang diderita responden, mengingatkan jadwal periksa ulang, perhatian terhadap kemajuan dan efek samping yang mungkin dialami responden, dan tentang pemungutan biaya perobatan. Lokasijarak diukur dengan jarak tempuh, transportasi dari dan ke Puskesmas, dan biaya transportasi. Kunjungan rumah dinilai berdasarkan pernah atau tidaknya petugas berkunjung ke rumah responden dan kegiatan yang dilakukan pada saat kunjungan tersebut, s edangkan penyuluhan kesehatan diukur dari ada tidaknya penjelasan petugas tentang penyakit TB Paru, penjelasan tentang jadwal minum obat, penjelasan manfaat minum obat secara benar, penjelasan tentang kemungkinan adanya efek samping dari OAT dan penjelasan tentang PMO. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden 100 menyatakan bahwa OAT selalu tersedia dan berkualitas baik yaitu kondisi fisik obat dan kemasannya selalu dalam keadaan bagus dan warna obat tidak berubah, namun responden tidak 49 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. pernah memerhatikan tanggal kadaluarsa obat. Dalam hal sikap petugas kesehatan, sebanyak 38 responden 100 menyatakan bahwa petugas kesehatan di Puskesmas Pekan Labuhan ramah, memerhatikan keluhan responden, memberikan keterangan yang jelas tentang cara memakan obat, selalu menanyakan kemajuan pengobatan dan menanyakan ada tidaknya efek samping yang diderita oleh responden. Terdapat 3 responden 7,9 yang pernah dipungut bayaran pada awal pengobatan TB Paru di Puskesmas Pekan Labuhan. Biaya yang dipungut oleh petugas kesehatan berkisar antara Rp.1000,- sampai dengan Rp.5000,-. Petugas kesehatan menjelaskan bahwa uang tersebut bukanlah pungutan wajib melainkan ”uang terima kasih” karena dahak pasien yang diperiksa terlalu parah dibandingkan dengan pasien yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33 responden 86,8 menyatakan jarak dari tempat tinggal mereka ke Puskesmas tidak menjadi hambatan karena sebagian besar tempat tinggal responden relatif tidak jauh dan berada satu lingkungan dengan Puskesmas; seluruh responden 100 mengatakan bahwa alat transportasi baik karena Puskesmas Pekan Labuhan dilalui oleh banyak angkutan kota dan juga ojek; sebanyak 29 responden 76,3 menyatakan bahwa biaya transportasi yang dibutuhkan terjangkau, hal ini dikarenakan Puskesmas yang dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki atau dengan ongkos angkutan kota sekitar Rp.2000,- pulang pergi. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 33 responden 86,8 pernah diberi penyuluhan tentang penyakit TB Paru; seluruh responden 100 pernah dijelaskan tentang jadwal minum obat; sebanyak 30 responden 78,9 pernah mendapatkan penyuluhan tentang manfaat minum obat secara teratur. Namun, responden tersebut 50 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. mengatakan bahwa manfaat minum obat secara teratur supaya cepat sembuh bukan untuk mencegah resistensi kuman. Responden yang tidak pernah diberi penyuluhan tentang efek samping OAT yang mungkin timbul pada penderita yaitu sebanyak 36 orang 94,7; dan sejumlah 34 responden 89,5 mengatakan bahwa tidak pernah diberi penjelasan tentang perlunya seorang PMO. Seluruh responden 100 mengatakan bahwa tidak ada kunjungan rumah dari pihak Puskesmas yang berkaitan dengan pengobatan TB Paru Tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009 No. Faktor Pelayanan Kesehatan Ketersediaan OAT Baik Tidak Baik 1. Adatidak ada OAT 38 100 2. Kualitas OAT 38 100 Sikap Petugas Kesehatan Baik Tidak Baik 1. Keramahan 38 100 2. Perhatian terhadap keluhan 38 100 3. Penjelasan tentang penyakit 37 97,4 1 2,6 4. Penjelasan cara minum obat 38 100 Pernah Tidak Pernah 5. Mengingatkan periksa ulang 38 100 6. Menanyakan kemajuan pengobatan 38 100 7. Menanyakan gejala efek samping 38 100 8. Meminta bayaran 3 7,9 35 92,1 LokasiJarak Ada Tidak Ada 1. Hambatan jarak ke Puskesmas 5 13,2 33 86,8 2. Ketersediaan transportasi 38 100 3. Keterjangkauan biaya perjalanan 29 76,3 9 23,7 Penyuluhan Kesehatan Pernah Tidak Pernah 1. Penyakit TB Paru 33 86,8 5 13,2 2. Jadwal minum obat 38 100 3. Manfaat minum obat teratur 30 78,9 8 21,1 4. Kemungkinan adanya efek samping 2 5,3 36 94,7 5. Perlunya PMO 4 10,5 34 89,5 Kunjungan Rumah Ada Tidak Ada 1. Adatidak ada kunjungan rumah 38 100 51 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. Berdasarkan kategori pengukuran faktor pelayanan kesehatan maka seluruh responden 100 termasuk ke dalam kategori baik.

4.4. Peran Pengawas Menelan Obat PMO