Risiko Penularan Gejala Klinis TB Paru Tipe Penderita TB Paru

Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. bernyanyi, bersin atau bersiul. Secara umum dapat dikatakan bahwa penularan penyakit TB Paru banyak tergantung dari beberapa faktor seperti jumlah kuman yang ada, tingkat keganasan kuman, dan daya tahan tubuh orang yang tertular Aditama, 1994.

2.1.2. Penemuan Penderita TB Paru

Menurut Depkes RI 2002, penemuan penderita TB Paru dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke Unit Pelayanan Kesehatan UPK. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

2.1.3. Risiko Penularan

Risiko penularan setiap tahun Annual Risk of Tuberculosis Infection=ARTI di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1, berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk sepuluh orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB Paru, hanya sekitar 10 dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB Paru. Berdasarkan keterangan tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa pada daerah dengan ARTI 1, maka di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita TB Paru setiap tahun, di mana 50 penderita adalah BTA positif. Faktor yang 11 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. memengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, di antaranya karena gizi buruk atau HIVAIDS Depkes RI, 2002.

2.1.4. Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan malaise, berkeringat malam hari walau tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan Depkes RI, 2002. Gejala-gejala tersebut di atas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB Paru. Mengingat prevalensi TB Paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan UPK dengan gejala tersebut di atas, dianggap sebagai seorang tersangka pasien TB Paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung Depkes RI, 2002.

2.1.5. Tipe Penderita TB Paru

Menurut Depkes RI 2002, ada beberapa tipe penderita TB Paru berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya yaitu: 1. Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti Tuberkulosis OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 30 dosis harian. 12 Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009, 2010. 2. Kambuh relaps adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. 3. Pindahan transfer in adalah penderita TB Paru yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukanpindahan. 4. Setelah Lalai pengobatan setelah defaultdrop-out adalah penderita TB Paru yang sudah berobat paling kurang satu bulan, dan berhenti dua bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. 5. Lain-lain • Gagal yaitu penderita BTA positif yang tetap masih positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih. Bisa juga penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. • Kasus Kronis yaitu penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.

2.1.6. Pemeriksaan Dahak