Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepatuhan Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2009
No. Kategori Kepatuhan Berobat
Jumlah
1. Patuh
5 13,1
2. Kurang patuh
21 55,3
3. Tidak patuh
12 31,6
Jumlah 38
100
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak patuh berobat dikarenakan responden sudah merasa sembuh, keluhan yang dirasakan sudah
hilang setelah beberapa minggu menelan obat, lupa minum obat karena bekerja sebagai nelayan yang waktu kerjanya tidak menentu atau merasa bosan karena terlalu
lama minum obat.
4.6. Gambaran Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Pederita TB Paru
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap 16 tempat tinggal responden yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan diketahui bahwa seluruh
responden tinggal di lingkungan padat penduduk dan sangat berdebu. Berdasarkan kepadatan huniannya, sebanyak 9 tempat tinggal responden 56,25 termasuk ramai
overcrowded dengan jumlah penghuni berkisar antara 4 sampai 10 orang per rumah. Semakin padat, maka perpindahan penyakit khususnya yang melalui udara akan
semakin mudah dan cepat. Keadaan ventilasi 11 tempat tinggal responden 68,75 tidak memenuhi persyaratan rumah sehat yaitu 10 dari luas lantai. Berdasarkan
kelembaban pada tempat tinggal responden maka seluruhnya 100 tidak ditemukan jamur tapi cahaya matahari kurang. Keadaan seperti ini sangat memungkinkan
56
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
terjadinya penularan kepada anggota keluarga yang lainnya karena kuman Tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar yang lembab.
Observasi yang dilakukan di Rumah Tahanan Medan Labuhan tempat dilakukannya wawancara terhadap 3 responden menunjukkan bahwa kamar sel
tahanan sangat tidak sehat karena pencahayaannya kurang sehingga terasa lembab dan kepadatan hunian setiap selnya melebihi 25 orang overcrowded.
4.7. Hasil Uji Statistik Bivariat
Berdasarkan analisis univariat, diketahui bahwa variabel ketersediaan OAT dan kunjungan rumah hanya memiliki satu jawaban, yaitu seluruh responden 100
menyatakan ketersediaan OAT di Puskesmas dalam keadaan baik dan seluruh responden 100 menyatakan tidak ada kunjungan rumah yang berkaitan dengan TB
Paru dari pihak Puskesmas. Oleh karena itu, variabel ketersediaan OAT dan kunjungan rumah tidak dilakukan uji selanjutnya. Untuk menjelaskan hubungan
karakteristik penderita TB Paru, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor peran PMO dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru digunakan uji statistik korelasi
Pearson Product Moment dengan hasil sebagai berikut: 1.
Pada karakteristik responden, variabel pendidikan =0,004, variabel pengetahuan =0,000 dan variabel efek samping OAT =0,048 menunjukkan
hubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru karena nilai 0,05. Pada faktor pelayanan kesehatan, variabel sikap petugas
kesehatan =0,028 berhubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan
57
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
berobat. Variabel peran PMO =0,002 juga menunjukkan hubungan signifikan dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
2. Variabel umur responden, jenis kelamin, pekerjaan, lokasijarak dan penyuluhan
kesehatan tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru 0,05.
3. Berdasarkan acuan Colton Hastono, 2001 mengenai tingkat kekuatankeeratan
hubungan, dapat ditarik kesimpulan dari hasil korelasi Pearson sebagai berikut: a.
Hubungan variabel pendidikan dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang r=0,455 dan berpola positif,
artinya semakin tinggi jenjang pendidikan responden maka akan terjadi peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
b. Hubungan variabel pengetahuan responden dengan tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang kuat r=0,661 dan berpola positif, artinya semakin tinggi pengetahuan responden maka akan terjadi
peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru. c.
Hubungan variabel efek samping OAT dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang r=0,323 dan berpola
positif, artinya semakin baik efek samping responden maka akan terjadi peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
d. Hubungan variabel sikap petugas kesehatan dengan tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang r=0,358 dan berpola positif, artinya semakin baik sikap petugas kesehatan maka akan terjadi
peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru.
58
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
e. Hubungan variabel peran PMO dengan tingkat kepatuhan berobat penderita
TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang r=0,484 dan berpola positif, artinya semakin tinggi peran PMO maka akan terjadi peningkatan kepatuhan
berobat penderita TB Paru. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson No.
Variabel Correlation Coefficient r
Sig
1. Umur
-0,179 0,282
2. Jenis Kelamin
0,306 0,062
3. Pendidikan
0,455 0,004
4. Pekerjaan
0,022 0,896
5. Pengetahuan
0,661 0,000
6. Efek Samping OAT
0,323 0,048
7. Sikap Petugas Kesehatan
0,358 0,028
8. LokasiJarak
0,276 0,094
9. Penyuluhan Kesehatan
0,150 0,369
10. Peran PMO 0,484
0,002
4.8. Hasil Uji Statistik Multivariat