Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2. Kambuh relaps adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
3. Pindahan transfer in adalah penderita TB Paru yang sedang mendapat
pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukanpindahan.
4. Setelah Lalai pengobatan setelah defaultdrop-out adalah penderita TB Paru
yang sudah berobat paling kurang satu bulan, dan berhenti dua bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif. 5.
Lain-lain
•
Gagal yaitu penderita BTA positif yang tetap masih positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih. Bisa juga penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. •
Kasus Kronis yaitu penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.
2.1.6. Pemeriksaan Dahak
Menurut Depkes RI 2002, diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Pemeriksaan tiga spesimen ”Sewaktu Pagi Sewaktu”
SPS dahak secara mikroskopis langsung merupakan pemeriksaan yang paling efisien, mudah dan murah, dan hampir semua unit laboratorium dapat melaksanakan.
13
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB Paru adalah:
1. Menegakkan diagnosis dan menentukan tipeklasifikasi.
2. Menilai kemajuan pengobatan.
3. Menentukan tingkat penularan.
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pada:
- Akhir tahap intensif
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-2 pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan
ulang penderita BTA positif kategori 2. -
Sebulan sebelum akhir pengobatan Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan ulang penderita BTA positif dengan kategori 2.
- Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang
BTA positif dengan kategori 2. Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan sembuh atau gagal.
14
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2.1.7. Prinsip Pengobatan
Adapun tujuan dari pengobatan TB Paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat
penularan. Obat yang diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman termasuk
kuman persisten dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan, kuman TB Paru akan berkembang menjadi kuman kebal obat. Untuk menjamin kepatuhan penderita
menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung DOTS=Directly Observed Treatment Shortcourse oleh seorang Pengawas Menelan
Obat PMO. Menurut Depkes 2002, pengobatan TB Paru diberikan dalam dua tahap
yaitu: 1.
Tahap Intensif Pada tahap intensif awal penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama ripamfisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 dua minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif
konversi pada akhir pengobatan intensif.
15
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan. Program
Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan paduan OAT: 1.
Kategori 1 2HRZE4H3R3 Tahap intensif terdiri dari Isoniazid H, Rifampisin R, Pirasinamid Z dan
Etambutol E. Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HRZE. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid H dan
Rifampisin R, diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan 4H3R3. Obat ini diberikan untuk:
• Penderita baru TB Paru BTA positif
• Penderita TB Paru BTA negatif Rontgen positif yang sakit berat
• Penderita TBC Ekstra Paru berat.
Satu paket kombipak berisi 114 blister harian. 2.
Kategori 2 2HRZESHRZE5H3R3E3 Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan
IsoniazidH, Rifampisin R, Pirasinamid Z, Etambutol E dan suntikan Streptomisin setiap hari di UPK. Dilanjutkan dengan 1 bulan Isoniazid H,
16
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Rifampisin R, Pirasinamid Z, dan Etambutol E setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga
kali seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk :
• Penderita kambuh relaps
• Penderita gagal failure
• Penderita dengan pengobatan setelah lalai after default.
Satu paket kombipak berisi 156 blister harian. 3.
Kategori 3 2HRZ4H3R3 Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HRZ,
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu 4H3R3. Obat ini diberikan untuk:
• Penderita baru BTA negatif dan Rontgen positif sakit ringan
• Penderita Ekstra Paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe limfadenitis,
pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang kecuali tulang belakang, sendi dan kelenjar adrenal.
Satu paket kombipak berisi 114 blister harian. 4.
OAT Sisispan HRZE Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan HRZE setiap hari
selama satu bulan.
17
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2.1.8. Efek Samping OAT