Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
e. Hubungan variabel peran PMO dengan tingkat kepatuhan berobat penderita
TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang r=0,484 dan berpola positif, artinya semakin tinggi peran PMO maka akan terjadi peningkatan kepatuhan
berobat penderita TB Paru. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson No.
Variabel Correlation Coefficient r
Sig
1. Umur
-0,179 0,282
2. Jenis Kelamin
0,306 0,062
3. Pendidikan
0,455 0,004
4. Pekerjaan
0,022 0,896
5. Pengetahuan
0,661 0,000
6. Efek Samping OAT
0,323 0,048
7. Sikap Petugas Kesehatan
0,358 0,028
8. LokasiJarak
0,276 0,094
9. Penyuluhan Kesehatan
0,150 0,369
10. Peran PMO 0,484
0,002
4.8. Hasil Uji Statistik Multivariat
Berdasarkan hasil uji statistik bivariat di atas, diketahui bahwa variabel jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, efek samping OAT, sikap petugas kesehatan,
lokasijarak, dan peran PMO menunjukkan -value0,25, sehingga variabel-variabel
tersebut dapat dilanjutkan analisis multivariat regresi linier ganda. Hasil uji statistik regresi linier berganda dengan tingkat kepercayaan 95
α=0,05 menunjukkan bahwa:
59
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel pengetahuan responden
=0,003 dan variabel peran PMO =0,000 terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru karena nilai 0,05. Variabel jenis kelamin, pendidikan, efek
samping OAT, sikap petugas kesehatan, lokasijarak tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru.
2. Nilai koefisien determinasi Adjusted R Square adalah 0,634, artinya
pengetahuan, dan peran PMO memberikan pengaruh sebesar 63,4 terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru, sedangkan sisanya 36,6
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti variabel status gizi dan faktor lingkungan.
3. Hasil uji Anova memiliki nilai F hitung 10,141 F=10,141
dan =0,0000,05. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan, dan peran PMO secara bersama-sama
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru. 4.
Model persamaan regresi yang terbentuk adalah: Y = -12,125 konstanta + 0,305 X3 + 0,558 X7
Keterangan: Y = Variabel Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru
X3 = Variabel Pengetahuan X7 = Variabel Peran PMO
60
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan persamaan di atas dapat dideskripsikan bahwa apabila dinaikkan satu poin variabel pengetahuan maka tingkat kepatuhan penderita TB
Paru akan meningkat sebesar 0,305 dan apabila dinaikkan satu poin variabel peran PMO maka tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru akan meningkat
sebesar 0,558. Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan tabel 4.31 berikut ini:
Tabel 4.13. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan, dan Peran PMO Terhadap Tingkat
Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru. No.
Variabel Taraf
Signifikan B
R R
Square P
Value
1. Jenis Kelamin
0,455 0,305
0,838 0,634
0,000 2.
Pendidikan 0,450
0,223
3. Pengetahuan
0,003 0,305
4. Efek Samping OAT
0,654 0,086
5. Sikap Petugas Kesehatan
0,290 0,586
6. LokasiJarak
0,433 0,235
7. Peran PMO
0,000 0,558
61
Imelda Zuliana : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB V PEMBAHASAN
Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan regresi linier berganda
menunjukkan bahwa pengetahuan dan peran PMO mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru, sedangkan jenis
kelamin, pendidikan, efek samping OAT, dan faktor pelayanan kesehatan tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru di Puskesmas
Pekan Labuhan Kota Medan.
5.1. Pengaruh Umur Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru.
Berdasarkan hasil penelitian, umur responden sebagian besar pada usia produktif 15-49 tahun yaitu 35 orang 92,1. Hal ini karena pada usia produktif
manusia cenderung mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman TB lebih besar, selain itu setelah pubertas tubuh lebih mampu
mencegah penyebaran penyakit melalui darah, tetapi kemampuan untuk mencegah penyebaran penyakit di dalam paru berkurang jauh Crofton, 2002.
Menurut Warren Achmadi, 2005, risiko mendapatkan TBC dapat dikatakan seperti halnya kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena di
atas 2 dua tahun hingga dewasa memiliki daya tangkal terhadap TBC dengan baik. Puncaknya pada dewasa muda, dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok
menjelang usia tua. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, umur responden tidak berhubungan
dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru p=0,2820,05. Hal ini karena 62