Rima Zhuhriah Auda : Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli, 2009. USU Repository © 2009
Untuk melihat penyebaran skor dalam bentuk matriks kategori dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini.
Tabel 19 Matriks hubungan Antar variabel dalam bentuk kategori
Variabel Intensi Membeli
Rendah Sedang
Tinggi
Citra Merek
Rendah 4
4 1
1 Sedang
24 24
63 63
1 1
Tinggi 5
5 2
2
Jumlah 100 100
Matriks hubungan antar variabel pada tabel 19 diatas menunjukkan bahwa hubungan variabel yang memiliki persentase terbesar terletak pada kategori citra
merek yang sedang dan intensi membeli yang sedang juga, yaitu sebanyak 63 orang 63. Selain itu ada 4 orang 4 yang memiliki citra merek rendah dan
intensi membeli yang rendah pula, serta 2 orang 2 memiliki citra merek tinggi dan intensi membeli yang tinggi.
Hasil ini mempertegas temuan bahwa citra merek memiliki hubungan yang positif terhadap intensi membeli. Hal ini sesuai dengan hasil analisa penelitian
yang menyatakan bahwa ada pengaruh citra merek terhadap intensi membeli. Semakin tinggi citra mereknya, semakin tinggi pula intensi membelinya.
Sebaliknya semakin rendah citra mereknya, semakin rendah pula intensi membelinya.
d. Gambaran intensi membeli berdasarkan jenis kelamin
Gambaran intensi membeli pada subjek berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini.
Rima Zhuhriah Auda : Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 20 Gambaran intensi membeli berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis
kelamin Jumlah
N Mean
SD F
p
Intensi membeli
Pr 69
70.71 15.39872
0,732 0,394
Lk 31
73.29 9.89004
Total 100
71.51 13.92657
Tabel 20 diatas menunjukkan bahwa nilai rata – rata intensi membeli pada laki – laki sebesar 73,29 , sedangkan nilai rata – rata intensi membeli pada perempuan
sebesar 70,71. Hal ini menjelaskan bahwa intensi membeli pada laki – laki lebih tinggi daripada intensi membeli perempuan.
Berdasarkan uji anova diperoleh F sebesar 0,732 dengan nilai signifikansi 0,394 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
intensi membeli pada laki – laki dan perempuan.
e. Gambaran intensi membeli berdasarkan usia
Gambaran intensi membeli pada subjek berdasarkan jenis usia dapat kita
lihat pada tabel 21 berikut ini. Tabel 21
Gambaran intensi membeli berdasarkan usia
Variabel Usia
Jumlah N
Mean SD
F p
Intensi membeli
11 – 20 68
69.3676 12.27168
5,244 0,024
20 – 40 32
76.0625 16.20023
Total 100
71.5100 13.92657
Rima Zhuhriah Auda : Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 21 diatas menunjukkan bahwa nilai rata – rata terendah intensi membeli terdapat pada rentang usia 11 – 20 tahun sebesar 69,37 sedangkan nilai
rata – rata intensi membeli tertinggi terdapat pada rentang usia 20 – 40 tahun sebesar 76,06.
Berdasarkan uji anova diperoleh F sebesar 5,244 dengan nilai signifikansi 0,024 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat
intensi membeli ditinjau dari usia.
f. Gambaran intensi membeli berdasarkan status pendidikan
Gambaran intensi membeli pada subjek berdasarkan status pendidikan
dapat kita lihat pada tabel 22 berikut ini. Tabel 22
Gambaran intensi membeli berdasarkan status pendidikan Variabel
Status pendidikan
Jumlah N
Mean Std.
Deviation F
p
Intensi membeli
S1 35
72.1429 14.50789
0,466 0,629
D3 29
69.4138 14.66170
SMA 36
72.5833 12.92036
Total 100
71.5100 13.92657
Tabel 22 diatas menunjukkan bahwa nilai rata – rata terendah intensi membeli terdapat pada tingkat pendidikan D3 sebesar 69,41 sedangkan nilai rata –
rata intensi membeli tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMA sebesar 72,58.
Berdasarkan uji anova diperoleh F sebesar 0,466 dengan nilai signifikansi 0,629 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat
intensi membeli ditinjau dari status pendidikan.
Rima Zhuhriah Auda : Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli, 2009. USU Repository © 2009
B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada segmen pasar Billabong menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari citra merek terhadap intensi membeli, yaitu
sebesar 15,7. Hasil ini sesuai dengan pendapat Levy dalam Mowen dan Minor, 2002 yang mengatakan bahwa orang sering membeli produk bukan hanya untuk
manfaat fungsional, tetapi lebih untuk nilai simboliknya. Nilai simbolik inilah yang diharapkan konsumen dapat mengkomunikasikan dirinya kepada observer.
Sebagaimana dijelaskan oleh Veblen dalam Horton, 1984 bahwa sebagian besar konsumsi dimotivasi oleh keinginan untuk mengesankan orang lain dan produk
yang sering dikonsumsi adalah jenis pakaian, perhiasan, rumah, dan yang sejenisnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Grubb dan Grathwohl dalam Mowen
dan Minor, 2002 yang mengatakan bahwa langkah pertama yang akan dilakukan konsumen dalam mengkonsumsi sesuatu adalah membeli sebuah produk yang
mengkomunikasikan konsep dirinya kepada observer, kemudian konsumen berharap bahwa observer akan memiliki persepsi yang diinginkan dari sifat alami
produk secara simbolik, dan akhirnya konsumen berharap bahwa observer akan memandang dirinya seperti memiliki sifat simbolik yang hampir sama dengan
produk tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan hasil persamaan linieritas intensi membeli = 32,54 + 0,78citra merek yang berarti bahwa setiap
tejadi peningkatan citra merek, maka intensi membeli juga mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Seock 2003 yang mengatakan
bahwa semakin positif sikap seorang konsumen terhadap suatu merek, maka semakin tinggi pula intensi membeli konsumen.