Jenis – jenis Delik Tindak Pidana Korupsi Menurut UU Korupsi

Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 d. Putusan Perkara Dengan Nomor 069PUU-II?2004 Tanggal 15 Desember 2005: Pengujian UU No. 30 tahun 2002 Pasal 68 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi Terhadap Pasal 28 huruf I ayat 1 Perubahan Kedua UUD Negara RI Tahun 1945 e. Putusan Perkara Dengan Nomor 006PUU-I2003 Tanggal 30 Maret 2004 Pengujian UU No.30 Tahun 2002 Tentang KPTPK f. Putusan Perkara Dengan Nomor 024PUU-I2003 Tanggal 13 Juli 2004 Pengujian UU No.15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang g. Putusan Perkara Dengan Nomor 004PUU-II2003 Tanggal 13 Desember 2004 : Pengujian UU No. 14 Tahun 2002 Tentang Pengadila Pajak 9. Konvensi Internasional United Nations Convention Against Curruption

D. Jenis – jenis Delik Tindak Pidana Korupsi Menurut UU Korupsi

Menurut perspektif hukum, jenis – jenis delik tindak pidana korupsi secara gamblang telah dijelaskan di dalam 13 Pasal dalam UU PTPK. Berdasarkan pasal- pasl tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 tiga puluh bentuk jenis tindak pidana korupsi. Ketiga puluh bentuk jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya bisa dikelompokkan sebagai berikut : 1. Kerugian uang negara Pasal 2 dan Pasal 3 2. Suap-menyuap Pasal 5 ayat 1 huruf a dan b, Pasal 5 ayat 2, Pasal 6 ayat 1 huruf a dan b, Pasal 6 ayat 2, Pasal 11, Pasal 12 huruf a, b, c, dan d, Pasal 13. 3. Penggelapan dalam jabatan Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 huruf a, b, dan c. Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 4. Pemerasan Pasal 12 huruf e, f dan g. 5. Perbuatan curang Pasal 7 ayat 1 huruf a, b dan c, Pasal 7 ayat 2 dan Pasal 12 huruf h. 6. Benturan kepentingan dalam pengadaan Pasal 12 huruf i. 7. Gratifikasi Pasal 12 B dan Pasal 12 C. Selain defenisi tindak pidana korupsi yang telah dijelaskan diatas, masih ada tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidanan korupsi, yaitu : 1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi Pasal 21 2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar Pasal 22 jo Pasal 28 3. Bank yang tidak memberikan keterngan rekening tersangka Pasal 22 jo Pasal 29 4. Saksi atau ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu Pasal 22 jo Pasal 35 5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu Pasal 22 jo Pasal 3 6. Saksi yang membuka rahasia pelapor Pasal 24 jo Pasal 31 Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009

BAB III MODUS PENCUCIAN UANG YANGDAPAT DILAKUKAN UNTUK

MENYEMBUYIKAN UANG HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI

A. Pengertian Pencucian Uang

Setiap perbuatan kejahatan dalam kegiatannya apabila dilihat dari rumusan delik dalam hukum pidana maka pembuatan itu harus dapat dibuktikan, dalam rumusan delik menunjukkan apa yang harus dibuktikan menurut hukum pidana, semua yang tercantum dalam rumusan delik harus dibuktikan menurut aturan hukum pidana. Dalam pembuatan tindak pidana pencucian uang terdapat beberapa unsur yang bisa dikelompokkan dan mengandung suatu pengertian yang sama, misalnya dalam pasal 6 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas UU No. 15 tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang TPPU, yaitu : Setiap orang yang menerima atau menguasai : a. penempatan; b. pentransferan; c. pembayaran d. hibah; e. sumbangan; f. penitipan, atau g. penukaran, Harta kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00,- seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 15.000.000.000.00,- lima belas milyar rupiah.” Unsur-unsur dalam pasal 6 ayat 1 adalah : 1. Setiap orang