Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007.
USU Repository © 2009
11. Penyedia Jasa Keuangan, Pejabat, serta Pegawainya tidak dapat dituntut baik
secara perdata maupun pidana atas pelaksanaan kewajiban Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Pasal 15
12. Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara Tindak Pidana Pencucian
Uang maka penyidik, penuntut umum atau hakim yang berwenang untuk meminta keterangan dari Penyedia Jasa Keuangan mengenai Harta Kekayaan
setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK, tersangka, atau terdakwa dan tidak berlaku ketentuan mengenai rahasia perbankan Pasal 33
13. Hakim memerintahkan penyitaan terhadap Harta Kekayaan yang diketahui
atau patut diduga hasil tindak pidana yang belum disita oleh Penyidik atau Penuntut Umum Pasal 34
14. Dikenal adanya pembuktian terbalik Pasal 35
15. Dapat diadili secara internasional-absentia Pasal 36
16. Dalam hal Terdakwa meninggal dunia sebelum putusan haki dijatuhkan dan
terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana pencucian uang, maka hakim dapat mengeluarkan
penetapan bahwa Harta Kekayaan terdakwa yang telah disita, diramaps untuk negara Pasal 37
17. PPATK, Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim wajib merahasiakan identitas
saksi atau pelapor Pasal 39 18.
Kerjasama bantuan Timbal Balik Internasional Pasal 44A.
E. Modus Pencucian Uang Yang Dapat Dilakukan Utuk Menyembunyikan
Uang Hasil Tindak Pidana Korupsi
Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007.
USU Repository © 2009
Ada beberapa modus dengan menggunakan objek dan sarana yang dimanfaatkan oleh para pencuci uang dalam melakukan operasi pencucian uang
dari hasil tindak pidana korupsi. Menurut NHC Siahaan, modus operasi kejahatan pencucian uang terbagi
atas 13 tiga belas modus seperti tertera di bawah ini :
55
1. Modus secara Loan Back, yakni dengan cara meminjam uangnya sendiri,
baik dalam bentuk direct loan dengan cara meminjam uang dari perusahaan luar negeri; bentuk back to loan si pelaku meminjam uang
dari cabang bank asing di negaranya dan bentuk parallel loan menggunakan perusahaan lain di luar negeri untuk sama-sama mengambil
loan untuk dipertukarkan satu sama lain.
2. Modus Operasi C-Chase, yakni dengan menggunakan tenaga konsultan
manajemen.Misalnya kasus Bank of Credit Commerce International BCCI tahun 1991.
3. Modus transaksi dagang internasional. Modus ini menggunakan sarana
dokumen LC. 4.
Modus penyelundupan uang tunai atau sistem bank paralel ke negara lain. 5.
Modus Akuisisi, yang diakuisisi adalah perusahaannya sendiri. 6.
Modus Real Estate Carousel, yakni dengan menjual suatu properti beberapa kali kepada perusahaan di dalam kelompok yang sama.
7. Modus Investasi Tertentu, misalnya dalam bisnis transaksi barang lukisan
atau antik. 8.
Modus Over Invoices atau Doble Invoice yakni modus yang dilakukan dengan mendirikan perusahaan ekspor impor di negara sendiri lalu di luar
negeri yang bersistem tax haven mendirikan pula perusahaan bayangan shell company.
9. Modus Perdagangan Saham
10. Modus Pizza Connection, yakni modus yang dilakukan dengan
menginvestasikan hasil perdagangan obat bius diinvestasikan untuk mendapat konsesi Pizza,sementara sisa lainnya diinvestasikan di Karibia
dan Swiss.
11. Modus La Mina, yaitu kasus yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1990.
Dana yang diperoleh dari perdagangan obat bius diserahkan kepada pedagang grosiran emas dan permata sebagai suatu sindkat.
12. Modus Deposit Taking, yaitu dengan mendirikan perusahaan-perusahaan
keuangan seperti Deposit Taking Institutions DTI di Canada. 13.
Modus Identitas Palsu, yakni memanfaatkan lembaga perbankan sebagai mesin pemutihan uang, dengan cara mendepositokan secara nama palsu.
55
NHC Siahaan, Money Loundering Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002, hal. 13-18.
Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007.
USU Repository © 2009
Lebih lanjut, NHC Siahaan menjelaskan, bahwa ada 3 tiga metode yang dilakukan untuk mencuci uang, yaitu:
1. Buy and Sell Conversions
Metode ini dilakukan melalui transaksi barang dan jasa. Suatu aset dapat dijual kepada konspirator yang bersedia membeli atau menjual lebih mahal
dengan mendapatkan fee atau diskon. Selisih harga yang dibayar kemudian dicuci secara transaksi bisnis. Barang atau jasa dapat diubah
menjadi hasil yang legal melaluirekening pribadi atau perusahaan yang ada di suatu bank Offshore Conversions.
Uang hasil, kejahatan dikonversi ke dalam wilayah yang merupakan tempat yang sangat menyenangkan bagi penghindaran pajak tax heaven
money loundring centers untuk kemudian didepositokan di bank yang berada di wilayah tersebut.
2. Legitimate Business Conversions
Metode ini dengan melakukan kegiatan bisnis yang sah sebagai cara pengalihan atau pemanfaatan hasil uang kotor. Uang kotor kemudian
dikonversi secara transfer, cek atau alat pembayaran lain utuk disimpan di rekening bank atau ditransfer kemudian ke rekening lainnya.
56
Mahmoeddin, H.As yang dikutip oleh Munir Fuady mengemukakan ada 8 delapan modus operandi pencucian uang
57
1. Kerjasama Penanaman Modal
:
Uang hasil kejahatan dibawa ke luar. Kemudian uang itu dimasukkan lagi ke dalam negeri lewat proyek penanaman modal asing joint venture.
Selanjutnya keuntungan dari perusahaan joint venture diinvestasikan lagi ke dalam proyek-proyek yang lain, sehingga keuntungan dari proyek
tersebut sudah uang bersihbahkan sudah dikenakan pajak.
2. Kredit Bank Swiss
Uang hasil kejahatan diselundupkan dulu ke luar negeri lalu dimasukkan di bank tertentu, lalu ditransfer ke Bank Swiss dalam bentuk deposito.
Deposito dijadikan jaminan hutang atas pinjaman di bank lain di negara lain. Uang dari pinjaman ditanamkan lagi ke negara asal dimana kejahatan
dilakukan. Atas segala kegiatan ini menjadikan uang itusudah bersih.
3. Transfer ke luar Negeri
Uang hasil kejahatan ditransfer ke luar negeri lewat cabang bank luar negeri di negara asal. Selanjutnya dari luar negeri uang dibawa kembali ke
dalam negeri oleh orang tertentu seolah-olah uang itu berasal dari luar negeri.
4. Usaha Tersamar di dalam Negeri
Suatu perusahaan samaran di dalam negeri didirikan dengan uang hasil kejahatan. Perusahaan itu berbisnis tidak mempersoalkan untung dan rugi.
56
Ibid., hal. 21.
57
Munir Fuady, Op.Cit.,hal. 155.
Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007.
USU Repository © 2009
Akan tetapi seolah-olah terjadi adalah perusahan itu telah menghasilkan uang bersih.
5. Tersamar Dalam Perjudian
Uang hasil kejahatan didirikanlah suatu usaha perjudian, sehingga uang itu dianggap sebagaiusaha judi. Atau membeli nomor undian berhadiah
dengan nomor dipesan dengan harga tinggi sehingga uang itu dianggap sebagai hasil menang undian.
6. Penyamaran Dokumen
Uang hasil kejahatan tetap di dalam negeri. Keberadaan uang itu tetap didukung oleh dokumen bisnis yang dipalsukan atau direkayasa sehingga
ada kesan uang itu merupakan hasil berbisnis yang berhubungan dengan dokumen yang bersangkutan. Rekayasa itu misalnya dengan melakukan
double invoice dalam hal ekspor impor sehingga uang itu dianggap hasil kegiatan ekspor impor.
7. Pinjaman Luar Negeri
Uang hasil kejahatan dibawa ke luar negeri. Kemudian uang itu dimasukkan lagi ke dalam negeri asal dalam bentuk pinjaman luar negeri.
Sehingga uang itu dianggap diperoleh dari pinjaman bantuan kredit dari luar negeri.
8. Rekayasa Pinjaman Luar Negeri
Uang hasil kejahatan tetap berada di dalam negeri. Namun dibuat rekayasa dokumen seakan-akan bantuan pinjaman dari luar negeri.
Sekalipun terdapatberbagai macam modus operandi pencucian uang, namun pada dasarnya proses pencucian uang dapat dikelompokkan ke dalam tiga
tahap kegiatan yaitu : 1.
Placement adalah merupakan upaya menempatkan dana yang dihasilkan darisemua aktitas kejahatan melaluisistegm keuangan. Dalam hal ini
terdapat pergerakan fisik uang tunai dari luar sistem keuangan masuk ke dalam sistem keuangan. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan melalui cara-
cara sebagai berikut : a.
Penempatan dana dalam bentuk tabungan, giro, deposito. b.
Pembayaran angsuran kredit c.
Setoran modal secara tunai d.
Penukaran uang e.
Pembelian polis asuransi
Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007.
USU Repository © 2009
f. Pembelian produk sekuritas atau suarat-surat berharga
2. Layering diartikan sebagai upaya untuk memisahkan atau lebih menjauhkan
hasil kejahatan dari sumbernya atau menciptakan serangkaian transaksi yang kompleks untuk menyamarkanmengelabuhi sumber dana ”haram” tersebut
dengan cara-cara sebagai berikut : a.
Dana hasil placement, selanjutnya dipidahkan dari suatu rekening atau lokasi tertentu di rekening atau lokasi lain.
b. Pembukaan sebanyak mungkin rekening-rekening perusahan-perusahaan
fiktif untuk menerima dana hasil placement dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank, terutama di negara-negara yang tidak kooperatif
dalam upaya memerangi kegiatan pencucuian uang. c.
Menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah.
d. Transaksi yang dilakukan dalam jumlah relatif kecil namun dengan
frekuensi yang tinggi untuk menghindari pelaporan transaksi tunai atau structuring
e. Transaksi dilaukan dengan menggunakan beberapa rekening atas nama
individu yang berbeda untuk kepentingan satu orang tertentu smurfing f.
Dilakukan transaksi di bursa saham dengan mengguka n dana hasil placement
3. Intergration yaitu upaya untuk menetapkan suatu ladasan sebagai suatu
’legitimate explanation’ bagi hasil kejahatan. Disini uang yang telah dicuci melalui placement maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegaitan
resmi sehigga tampak tidak berhubungan sama sekali dengan aktifitas
Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007.
USU Repository © 2009
kejahatan sebelumnya yang menjadi sumber dari uang yang dicuci. Pada tahap ini uang telah dicuci dimasukkan kembali ke dalam sirkulasi dengan bentuk
tertentu sesuai dengan aturan hukum. Cara-cara yag lazim dilakukan dalam tahapan ini seperti :
a. Menggabungkan uang yang telah dicuci dengan uang yang sah untuk
kegiatan bisnis atau investasi yang sah b.
Melakukan setoran modal bank dengan sumber dana dari perusahaan yang diciptaka untuk menampung hasil uang haram dan sumber dana yang sah.
c. Sumbanagn untuk kegiatan sosial melalui yayasan, seperti rumah sakit,
pendidikan, amal, dan pendirian tempat ibadah dari uang hasil pencucian d.
Pemanfaatan lain untuk kegiatan tetrtentu seperti pembelanjaan untuk konsumtif atau pembiayaan kegiatan lain yang tidak legal.
Ketiga tahap pencucian uang tersebut pada dasarnya dilakukan untuk menciptakan ”disassociation” antara uang atau harta hasil kejahatan dengan si
penjahat serta tindak pidananya, sehingga proses hukum konvensional akan menagalami kesulitan dalam melacak si penjahat dan menemukan jenis tindak
pidananya. Modus operandi pencucian uang dari waktu ke waktu semakin kompleks
denga menggunakan teknologi dan rekayasa keuangan yang cukup rumit. Hal itu terjadi baik pada tahap placement, layering, maupun intergration, sehingga
penangannyapun menjadi semakin sulit dan membutuhkan pendekatan kemapuan capacity building secara sistematis dan berkesinambungan. Pemilihan modus
operandi pencucin uang tergantung dari kebutuhan pelaku tindak pidana.
Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007.
USU Repository © 2009
BAB IV. PENANGANAN DAN PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG DARI HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA STUDI KASUS LC FIKTIF BNI 46
A. Kasus LC FIKTIF BNI 46
Kasus pembobolan Bank BNI menjadi isu yang mengejutkan masyarakat Indonesia di akhir tahun 2003, dimana Bank BNI mengalami kerugian sebesar Rp
1,7 triliun yang diduga terjadi karena adanya transaksi ekspor fiktif melalui surat Letter Of Credit disingkat LC. Kasus ini menjadi fenomenal karena selain
merugikan keuangan Bank BNI tetapi juga berimbas pada keuangan negara secara makro.