Transaksi Pengertian Pencucian Uang

Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 2. Menerima dan menguasai 3. Penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, atau penukaran 4. Harta kekayaan 5. Diketahuinya atau patut diduganya 6. Merupakan hasil pidana Ini merupakan unsur-unsur delik tertulis yaitu persyaratan tertulis untuk dapat dipidana, untuk dapat dipidana maka semua unsur harus dituduhkan dan dibuktikan. Kemudian unsur-unsur tersebut terdapat yang mengandung pengertian yang sama, yaitu 48 : Menerima atau mengusai Penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan atau penukaran adalah merupakan suatu kegiatan Transaksi Harta kekayaan merupakan Harta Kekayaan Diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana adalah merupakan suatu rangkaian perbuatan

1. Transaksi

Melawan Hukum Sehingga dalam unsur tindak pidana pencucian uang terdapat unsur pokok yang harus selalu ada di dalam setiap perbuatan tindak pidana pencucian uang, yaitu : Transaksi menurut pasal 1 butir 6 UU TPPU adalah : “seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan kewajiban atau meyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, termasuk kegiatan perntransferan dan atau pemindah bukuan dan yang dilakukan dengan oleh penyedia jasa keuangan.” Transaksi menurut Kamus Akuntansi, yaitu : a. Kejadian atau kondisi yang dilakukan dengan membuat ayat dalam buku akuntansi 48 Tb. Irman S, Hukum Pembuktian Pencucian Uang Money Laundering, jakarta:MQS Publishing Ayyccs Group, 2006, hal.56 Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 b. Pelaksanaan perintah membeli dan menjual suatu surat berharga atau kontrak komoditi berjangka setelah pembeli dan penjul menyepakati harganya, penjual harus menyerahkan surat berharga atau komoditi yang dijual dan pembeli harus meneriman atau membayarnya. c. Suatu peristiwa bisnis, yang diukur dalam bentuk uang yang dicatat dalam catatan keuangan suatu perusahaan atau suatu organisasi bisnis. 48 Transaksi, dalam tatanan hukum Indonesia terdapat dalam KUHPPerdata, secara lebih sederhana transaksi mengandung suatu kejadian jual beli, sedangkan jual beli menurut Pasal 1457 KUHPPerdata adalah “Suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk mebayar harga yang telah dijanjikan.” Transaksi keuangan mencurigakan menurut UU TPPU diatur dalam pasal 1 butir 7 adalah: a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi, dari nasabah yang bersangkutan b. Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh penyedia jasa keuangan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini atau c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga dari hasil tindak pidana. Lebih lanjut dalam Penjelasan Umum Pasal 13 ayat 1 huruf a UU TPPU dijelaskan bahwa : Pada dasarnya Transaksi Keuangan Mencurigakan tidak memiliki ciri-ciri yang baku, karena hal tersebut dipengaruhi oleh variasi dan perkembangan jasa dan instrumen keuangan yang ada. Meskipum demikian, terdapat ciri-ciri umum dari Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dapat dijadikan acuan antara lain sebagai berikut : a. Tidak memiliki tujuan ekonomis dan bisnis yang jelas; 48 Syahrul, Kamus Akuntansi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hal. 854. Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 b. Tidak menggunakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar danatau dilakukan secara berulang-ulang di luar kewajaran; c. Aktivitas transaksi nasabah di luar kebiasaan dan kewajaran. 2. Harta Kekayaan Harta kekayaan menurut Pasal 1 butir 4 UU Tindak Pidana Pencucian Uang adalah ”Semua benda bergerak atau benda tidak bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud.” Dalam Pasal 2 ayat 1 UU TPPU dijelaskan tentang harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana pencucian uang, yaitu : a. korupsi; b. penyuapan; c. penyelundupan barang; d. penyelundupan tenaga kerja; e. penyelundupan imigran; f. di bidang perbankan; g. di bidang pasar modal; h. di bidang asuransi; i. narkotika; j. psikotropika; k. perdagangan manusia; l. perdagangan senjata gelap; m. penculikan; n. terorisme; o. pencurian; p. penggelapan; q. penipuan; r. pemalsuan uang; s. perjudian; t. prostitusi; u. di bidang perpajakan; v. di bidang kehutanan; w. di bidang lingkungan hidup; x. di bidang kelautan; atau y. tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 empat tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia. Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 Selanjutnya dalam Penjelasan Umum Pasal 3 ayat 1 dijelaskan bahwa ”Terhadap Harta Kekayaan yang diduga merupakan hasil tindak pidana tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya, untuk dapat dimulainya pemeriksaan tindak pidana pencucian uang.” Menurut KUHPerdata : a. Dalam Pasal 499 KUHPPerdata dinyatakan bahwa yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh Hak Milik; b. Dalam Pasal 500 KUHPPerdata dinyatakan bahwa segala apa yang karena hukum termasuk kebendaan, seperti pun segala hasil dari kebendaan itu, baik hasil karena alam maupun hasil karena pekerjaan orang, selama yang akhir-akhir ini melekat pada kebendaan itu. c. Dalam Pasal 503 sampai dengan 505 KUHPPerdata dinyatakan bahwa : 1 Tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh atau tidak bertubuh 2 Tiap-tiap kebendaan bergerak atau tidak bergerak 3 Tiap-tiap kebendaan bergerak adalah tempat dihabiskan atau tak dapat dihabiskan, kebendaan dikatakan dapat dihabiskan bilamana karena dipakai menjadi habis.

3. Perbuatan Melanggar Hukum