Fase UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001 tentang

Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 sebagaimana diintrodusir oleh UU No. 24 Prp 1960. Akan tetapi, diganti dengan terminoloi pengertian dengan melawan hukum yang diartikan pengertian melawan hukum formal dalam artian khusus saja da melawan hukum materiel dalam artian bukan saja hukum tertulis, tetapi juga hukum yang tidak tertulis. b. Perluasan pengertian pegawai negeri dalam UU No. 3 Tahun 1971 dimana diartikan juga meliputi orang-orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah atau yang menerima gaji atau upah dari suatu badan-badan hukum yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran dari negara atau masyarakat. c. Adanya pengaturan mengenai percobaan atau pemufukatan untuk melakukan Tindak Pidana Korupsi karena pembentk undang-undang memandang tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan atau perekonomian negara, percobaan melakukan Tindak Pidana Korupsi merupakan delik tersendiri dan diancam dengan hukuman yang sama dengan ancaman bagi tinda pidana yang telah diselesaikan. d. Adanya penambahan Pasal-Pasal KUHP yang ditarik dala tindak pidana korupsi bukan saja pasal 209, 210, 415, 418, 419, 420, 423 dan 425, tetapi ditambahkan lagi dengan pasal 387, 388, KUHP dan dalam UU No. 3 tahun 1971 diatur juga mengenai hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya 20 tahun penjara dan denda setinggi-tingginya Rp.30.000.000, 00 tiga puluh juta rupiah e. Dikenal adanya pidana tambahan sebaimana dikenal dalam KUHP yaitu berupa perampasan barang-barang tetap maupun tak tetap yang berwujud mupun yang tak berwujud. f. Dalam pasal 9 UU No. 3 Tahun 1979 diatur tentang Menteri Keuangan dapat memberi izin kepada jaksa untuk minta keterangan kepada Bank tentang keadaan keuangan tersangaka dan dengan izin Menteri Keuangan, Bank wajib memperlihatkan surat-sarat Bank dan memberikan keterangan tentang keuang an dari tersangka. 44

6. Fase UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001 tentang

pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pada hakikatnya ada bebeapa aspek krusial yang membedakan UU No.3 Tahun 1971 dengan UU No. 31 tahun 1999, yaitu sebagai berikut : a. Pengertian pegawai negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 31 Tahun 1999. 44 Ibid., hal. 16-17 Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 Pegawai Negeri adalah 1 pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Kepegawaian; 2 pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam kitab Undang-undang Hukum pidana; 3 orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah; 4 orang yang menerima gaji atau upah dari suatu koorporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah; 5 atau orang yang menerima gaji atau upah dari koorporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat. b. Perluasan adanya pengertian perbuatan melawan hukum yaitu mencakup perbuatan melawa hukum dalam arti formil maupun materil. Dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1 maka kata dapat sebelum frasa merugikan keuangan negara atau perekonomian negara menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah sirumuskan bukan dengan timbulnya akibat. c. Adanya perluasan terhadap pengertian keuangan negara dan perekonomian negara. d. Adanya pengaturan korporasi sebagai subyek tindak pidana korupsi yang dapat dikenakan sanksi, penentuan ancaman minimum khusus dan maksimun Pasal 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 21, 22, dan 23, adanya pidana tambahan Pasal 18 , pidana denda yang lebih tinggi dan ancaman pidana mati yang merupakan pemberatan pidana. e. diperkenalkan tim Gabungan yang dikordinasikan Jaksa Agung terhadap tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya sedangkan proses penyidikan dan penuntutan dilaksanakan sesuai dengan peratura perundangan-undangan yang berlaku. Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 f. Diperkenalkannya asas beban pembuktian terbalik yang bersifat terbatas atau berimbang yakni terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melukan tindak pidana korupsi dan wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri, atau suami, anak dan dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkut an. g. Bahwa UU No.31 Tahun 1999 menentukan bahwa pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana serta adanya peran Kejaksaaan sebagai Jaksa Pengacara Negara untuk melakukan gugatan perdata kepada yang bersangkutan atau ahli warisnya atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan. h. Adanya peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan, pemberantasan korupsi i. Adanya penghargaan dari pemerintah kepada anggota masyrakat yang telah berjasa membantu upaya pencegahan, pemberantasan atau pengungkapan tindak pidana korupsi. Dan 2 dua tahun sejak undang- undang ini berlaku dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Kemudian, untuk menambah dinamika dan kesinambungan pemberantasan tindak pidana korupsi, UU No. 31 Tahun 1999 diperbaharui dengan dikeluarkannya UU No. 20 Tahun 2001. Pada prinsipnya perubahan ini beorientasikan aspek-aspek berikut : a. Adanya ketentuan Pasal 2 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2001, ditentukan dalam penjelasan Pasal kemudian diubah sehingga rumusannya Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 sebagaimana tercantum dalam penjelasan Pasal Demi Pasal angka 1 UU No. 20 Tahun 2001 menjadi berbunyi : ”Yang dimaksud dengan ’keadaan tertentu’ dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi, yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penaggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasioanl, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan penanggulangan tindak pidana korupsi.” b. Ketentuan Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12, rumusannya diubah dengan tidak mengacu Pasal-pasal dalam KUHP, tetapi lansung menyebutkan unsur – unsur yang terdapat dalam masing-masing pasal KUHP yang diacu. c. Diantara Pasal 12 dan 13 UU No. 31 Tahun 1999 disisipkan adanya 3 tiga buah Pasal baru yakni pasal 12 A, Pasal 12 B, dan Pasal 12 C yang pada dasarnya bahwa ketentuan mengenai Pidana penjara dan pidana denda sebagaimana dimaksud Pasal 5, 6, 7, 9, 10, 11, dan 12 tidak berlaku bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp.5.000.000,00 lima juta rupiah dan dipidana paling lama 3 tiga tahun dan pidana denda paling banyak Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Kemudian adanya pembuktian terbalik yang bersifat mutlak. d. Bahwa mengenai alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana ketentuan Pasal 188 ayat 2 KUHAP khusus untuk tindak pidana korupsi dapat juga diperoleh dari : a alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau serupa dengan itu; b dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, danatau didengar yang dapat Andyri Hakim Siregar : Penanganan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pidana Pencucian Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Studi Kasus LC Fiktif BNI 46, 2007. USU Repository © 2009 dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang dalam kertas, benda fisik apapun selain kertas maupun yang terekam secara elektronik yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka atau performasi yang memiliki makna. e. Dalam Bab VI dan VII UU No. 31 Tahun 1999 ditambah Bab baru yakni Bab VI A dalam UU No.20 Tahun 2001 mengenai Ketentuan Peralihan ynag berisi 1 satu Pasal yaitu pasal 43 A yang menentukan, bahwa Tindak Pidana Korupsi yang terjadi sebelum UU No. 31 Tahun 1999 diundangkan, diperiksa dan diputus bedasarkan UU no. 3 Tahun 1971 dengan ketentuan maksimun pidana penjara yang menguntungkan terdakwa diperlakukan Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 13 UU No. 31 tahun 1999 dan ketentuan minimun penjara tidak berlaku bagi tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum UU No. 31 Tahun 1999. f. Kemudian dalam Bab VII sebelum Pasal 44 ditambah 1 satu pasal baru yakni pasal 43 B yang menentukan bahwa, ”Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan pasal 435 KUHP jis UU No. 1 tahun 1946 sebagaima telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berkaitan dengan Kejahatan terhadap Keamanan Negara , diyatakan tidak berlaku”.

7. Fase UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak