1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar  Tradisonal  Ciputat  adalah  kumpulan  pelaku  ekonomi  yang bergerak pada usaha dalam skala mikro, di mana hanya sekedar berdagang dan
melakukan investasi yang sangat sedikit untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa  depan.  Mereka  perlu  medapatkan  perhatian  penuh  dari  pemerintah,
sebab  pasar  tradisonal  dapat  membantu  pada  tingkat  pertumbuhan  ekonomi nasional secara luas serta dapat mengurangi tingkat pengangguran.
Namun  bagaimana  eksistensi  mereka  dalam  mempertahankan  profesi dan kontribusi mereka dalam pembangunan jika di sekeliling mereka terdapat
yang  keberadaannya sangat mengancam dan mungkin  juga dapat menghapus mereka dari profesi berdagang.
Serbuan  bisnis  retail  modern  membuat  banyak  pasar  tradisional menjadi  terpinggirkan.  Saat  ini  terdapat  sekitar  300  jenis  retail  modern  di
Indonesia, bisnis retail modern tumbuh pesat, namun sebaliknya dengan pasar tradisional.  Data  tahun  2004  menunjukkan,  pasar  tradisional  berkurang  9,
sedangkan  retail  modern  tumbuh  sekitar  4.  Buktinya  400  pedagang  pasar tradisional gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan retail modern.
1
1
“Bisnis Waralaba Semakin Menggeliat” artikel diakses pada 28 oktober 2010 dari http:syadiashare.comjenis-jenis-pasar.html.
2
Di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta melalui instruksi Gubernur DKI No. 115 Tahun 2006, melarang penerbitan izin baru pendirian mini market di
seluruh kawasan DKI Jakarta.
2
Dalam Peraturan
Menteri Perdagangan
RI. No.
53M- DAGPER122008  tentang  Pedoman  Penataan  dan  Pembinaan  Pasar
Tradisional,  Pusat  Perbelanjaan  dan  Toko  Modern.  Di  mana  pendirian  mini market  baik  yang  berdiri  sendiri  atau  yang  terintegrasi  wajib  memperhatikan
keberadaan  pasar  tradisional  dan  toko  yang  lebih  kecil  serta  harus memperhatikan jarak serta faktor negatif dan positif dari jarak  yang ada serta
menciptakan  iklim  usaha  yang  sehat.
3
Namun  kenyataannya  mengapa  retail modern  dapat  berdiri  di  depan  pasar  tradisional  yang  jelas-jelas  sangat
dilarang dalam peraturan di atas. Islam menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara
layak  sebagai  manusia.  Sekurang-kurangnya  ia  dapat  memenuhi  kebutuhan pokok  berupa  sandang  dan  pangan,  memperoleh  pekerjaan  sesuai  dengan
keahliannya, atau membina rumah tangga dengan bekal  yang cukup. Dengan demikian ia mampu melaksanakan berbagai kewajiban yang dibebankan Allah
dan  berbagai  tugas  lainnya  dalam  masyarakat  Islam,  seorang  tidak  boleh dibiarkan  sengsara,  kelaparan,  tanpa  pakaian,  hidup  menggelandang,  tidak
memiliki  tempat  tinggal,  atau  kehilangan  kesempatan  membina  keluarga walupun ia ahlu dzimmah non muslim yang hidup dalam masyarakat Islam.
4
2
Koran Kontan, “Gubernur DKI Melarang Pemberian Izin Mini Market Baru”, 25 Desember 2006
3
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 53M-DAGPER122008 “Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar  Tradisional,  Pusat Perbelanjaan  dan  Toko Modern.”  Artikel
diakses pada tanggal 18 Oktober 2010 dari http:www.google-persaingan pasar.com
4
DR. Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, h. 50
3
Dari  sudut  pandang  UU  No  5.  Tahun  1999  mengenai  anti  monopoli dan  persaingan  tidak  sehat,  kajian  sektor  retail  ini  dianggap  penting  karena
aspek persaingan akan dikaji melalui berbagai sudut pandang dari pasal-pasal dalam undang-undang tersebut. Potensi pelanggaran pelaku usaha akan dikaji
lebih jauh dengan menggunakan kacamata persaingan usaha.
5
Persoalan ini tentu juga dialami pasar ciputat. Kendati persaingan antar retail  modern  dan  tradisional  secara  teoritis  menguntungkan  konsumen,  dan
mungkin  perekonomian  secara  keseluruhan,  relatif  sedikit  yang  diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat penting
mengingat  retail  modern  saat  ini  secara  langsung  bersaing  dengan  pasar tradisional.
6
Di  sekitar  Pasar  Ciputat  juga  terdapat  pusat-pusat  perbelanjaan  lain seperti  Carrefour  dan  Ramayana,  ini  berimplikasi  negatif  kepada  beberapa
pedagang  yang  berdagang  di  pasar  tradisional.  Menurunnya  jumlah pendapatan  merupakan  konsekuensi  materil  yang  terjadi  akibat  persaingan
usaha ritel tersebut. Dari  fenomena  yang  terjadi  di  atas,  penulis  ingin  mengetahui  lebih
jauh mengenai keluh kesah para pedagang pasar tradisional  yang menyangkut adakah  pengaruh  terhadap  pendapatan  mereka  sebelum  dan  sesudah  adanya
retail modern yang beroperasi di sekitar wilayah pasar. Hal  lain  yang  menjadi  stimulan  bagi  penulis  dalam  mengungkap
permasalahan  persaingan  retail  di  pasar  ciputat  adalah  penulis  merupakan
5
Reardon,  Thomas  and  Rose  Hopkins  2006  ’The  Supermarket  Revolution  in  Developing”. Diterbitkan dalam European Journal of Development Reasearch.
6
Daniel Suryadarma, Studi Bank Dunia Mengenai Supermarket di Indonesia, SMERU. 2007.
4
warga asli ciputat, dan penulis juga mempunyai beberapa saudara yang pernah berjualan di pasar ciputat.
Permasalahan ini penulis tuangkan dalam tulisan skripsi yang berjudul Dampak  Retail  Modern  Terhadap Kesejahteraan  Pedagang  Pasar  Tradisional
Ciputat, Tangerang Selatan.
B.   Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.