c. Tidak terkelolanya pasar tradisional dengan baik sehingga mengakibatkan malasnya konsumen untuk datang berbelanja di
pasar tradisional. d. Tidak adanya pengaturan harga pasti diantara sesama pedagang,
sehingga pedagang yang mampu menjual termurahlah yang bisa didatangi konsumen.
B. Sifat Persaingan Dalam Pasar
Tabel 12 mencatat tentang persentase dari parsaingan dan strategi yang ada di Pasar Ciputat.
Tabel 12. Persaingan dan Strategi Pesaing Terberat
Strategi untuk Menarik Pembeli
Ramayana 32,9 Sopan-santun
37,6 Victoria
27,5 Menjamin kualitas barang 19,9
Ananda 17,9 Diskon
12,8 Plaza Ciputat
5.4 Menambah keanekaragaman produk
9.1 Mini Market
2.5 Pengelolaan barang yang lebih baik
3.4 Pedagang Asongan
1.0 Prioritas bagi pembeli rutin
2.5 Tabel 13 menerangkan tentang perubahan omzet pedagang pada tahun
2008 hingga sekarang.
Tabel 13. Rata-rata Perubahan Proporsional dalam Keuntungan dan Omzet Pedagang di Pasar Tradisional, 2008 – 2010 Metode DiD
Omzet Pakaian
Sayuran Buah
2008 1.000.000 – 2.000.000
1.000.000 – 1.500.000 1.000.000 – 1.500.000
2009 1.000.0000
500.000 – 1.000.000 500.000 – 1.000.000
2010 200.000 – 300.000
100.000 – 200.000 200.000 – 300.000
C. Manajemen atau Pengelolaan
Aspek manajemen yang dianalisis dalam bab ini adalah terkait dengan permasalahan dan analisanya tentang organisasi dan sistem manajemen yang
diterapkan dalam pengelolaan pasar ciputat. Beberapa masalah yang ditemukan dan terkait dengan aspek
manajemen adalah sebagai berikut : 1. Manajemen pasar belum merupakan satu kesatuan kerja. Dalam
konteks ini manajemen masih dilaksanakan secara terpisah dan belum menjadi satu kesatuan. Beberapa unit manajemen yang terdapat dalam
pasar meliputi unit pengelola pasar, unit pengelola keamanan, unit pengelola perparkiran, dan unit pengelola kebersihan.
Dari aspek unit pengelola pasar, pengelolaan pasar ciputat dilaksanakan oleh PD. Pasar Niaga Kerta Raharja yang merupakan
Badan Usaha Milik Daerah BUMD Pemerintah Kabupaten Tangerang. Hal ini sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh PD.
Pasar Niaga Kerta Raharja dalam melakukan pengelolaan Pasar Ciputat.
Dari unit pengelolaan keamanan, fungsi keamanan pasar ciputat masih dilaksanakan di luar kendali PD. Pasar Niaga Kerta Raharja.
Terpisahnya unit pengelolaan keamanan ini menimbulkan dampak tersendiri di mana fungsi keamanan dalam upaya mewujudkan
keamanan dan ketertiban pasar ciputat cenderung tidak optimal.
Dari unit pengelolaan parker, fungsi perparkiran pasar ciputat masih dilakukan secara terpisah di luar unit pengelola pasar. Pengelolaan
parker yang dilakuka secara terpisah cenderung menyebabkan tidak optimalnya fungsi perparkiran baik dari sisi tanggungjawab keamanan
kendaraan yang diparkir serta tidak optimalnya penerimaan retribusi parker yang diterima oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang.
Tidak optimalnya fungsi perparkiran juga berpotensi mengganggu ketertiban dan kelancaran lalu lintas kendaraan yang berada di sekitar
pasar. Selain itu berpotensi juga mengurangi minat masyarakat yang ingin berkendara pribadi menuju pasar ciputat.
Dari aspek unit pengelola kebersihan, fungsi pengelola kebersihan masih dilakukan secara terpisah dari PD. Pasar Niaga Kerta Raharja.
Pengelolaan kebersihan yang dilakukan secara terpisah tersebut berdampak pada tidak optimalnya fungsi kebersihan pasar. Hingga saat
ini, masalah penumpukan sampah di pasar ciputat belum dapat diselesaikan dengan baik. Menumpuknya sampah di pasar ciputat ini
memang disebabkan karena belum tersedianya fasilitas Tempat Pembuangan Sampah TPS yang disediakan Kota Tangerang Selatan.
Selain berdampak pada menurunnya kualitas sanitasi lingkungan, menumpuknya sampah juga menyebabkan menurunnya omzet
penjualan pada pedagang. Meskipun telah dioperasikan mesin penghancur sampah melalui SIPESAT atau Sistem Pengelolaan dan
Pengolahan Sampah Terpadu sejak maret 2010, tetapi masalah penumpukan sampah masih terjadi.
2. Tidak adanya rentang kendali antara PD Pasar Niaga Kerta Raharja sebagai pengelola pasar ciputat dengan Pemerintah Kota Tangerang
Selatan yang cenderung berdampak pada lemahnya fungsi kontrol dan pengawasan dalam pengelolaan pasar.
Tabel 14: Analisis SWOT dalam Aspek Pengelolaan FAKTOR INTERNAL
KEKUATAN S KELEMAHAN W
1 ASPEK PENGELOLAAN Pengalaman pengelola yang cukup
lama dalam pengelolaan pasar tradisional
1 ASPEK PENGELOLAAN Struktur fungsi operasional pasar
yang masih harus disempurnakan untuk
memenuhi kebutuhan-
kebutuhan utama dalam ketertiban dan keamanan, pengelolaan sampah
dan ancaman kebakaran
2 Kondisi sosial pengelola yang tinggi dengan masyarakat pedagang
2 Pengelolaan pasar
belum merupakan suatu kesatuan kerja,
fungsi keamanan di luar kendali PD. Pasar
FAKTOR EKSTERNAL PELUANG O
ANCAMAN T 1 ASPEK PENGELOLAAN
Restrukturisasi fungsi operasional 2 ASPEK PENGELOLAAN
Tidak adanya rentang kendali antara PD. Pasar sebagai pengelola
dengan pemerintah
2 Kemitraan dalam
sistem pengelolaan pasar
2 Intervensi pihak-pihak tertentu kea rah
penguasaan pedagang,
pedagang sulit dikendalikan Tabel 15 coba menggambarkan tentang penyebab lesunya usaha di
Pasar Ciputat.
Tabel 15. Penyebab Kelesuan Usaha di Pasar Tradisional PENYEBAB
Kurangnya jumlah pembeli 67.2
Meningkatnya persaingan dengan pedagang lain 44.8
Meningkatnya persaingan dengan pasar modern 41.8
Kurangnya pengelolaan dari PD Pasar 56.8
Harga lebih tinggi 37.7
Meningkatnya persaingan dengan PKL 32.2
Kondisi pasar yang semakin memburuk 40.8
Catatan: Jawaban dari pedagang yang mengklaim pernah mengalami penurunan omzet dan keuntungan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Studi ini mengkaji terhadap dampak-dampak dari timbulnya Retail Modern pada Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang Selatan. Kajian
ini utamanya menggunakan analisis dampak dengan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif menggunakan metode analisis SWOT dan metode
analisis difference-in-difference DiD. Metode kualitatif meliputi wawancara mendalam dengan pengelola pasar tradisional dan pedagang pasar tradisional.
Dalam studi ini, periode data awal baseline ditetapkan pada 2008 untuk menjamin agar pedagang relatif masih memiliki ingatan yang baik akan
keadaan pada waktu tersebut. Selain itu, kehadiran retail modern dimulai pada 2008, yang membuat tahun tersebut cocok sebagai baseline.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa keberadaan retail modern merupakan salah satu dampak dari turunnya jumlah pendapatan dan kondisi
kesejahteraan pedagang di pasar ciputat. Antara tahun 2008 sampai tahun 2010, ketiga pedagang yang menjadi
objek dari penelitian dampak ini mengalami penurunan omzet sampai dengan 70. Di mana ketiga pedagang tersebut hanya dapat mendapatkan omzet tiga
ratus ribu rupiah perharinya, berkurang 70 dari sebelumya. Di mana sebelumnya bisa memperoleh 1 sampai 2 juta rupiah perharinya.