Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam penelitian sejarah masuknya Islam di Malaysia 1 dahulu Melaka, para sejarawan telah menyatakan bahwa Islam telah memasuki Semenanjung Melaka pada abad ke-15 M. Pada abad ke-15 itu, agama Islam sudah menjadi agama yang dianut oleh Kerajaan dan kebanyakkan rakyatnya. Penetapan ini didasarkan atas bukti-bukti sejarah berupa pengalaman ajaran-ajaran Islam dikalangan masyarakat Melayu dan non-Muslim yang kemudian memeluk agama Islam telah dianggap sebagai orang Melayu. Semua ini berlangsung sejak abad ke-15 M. Tun Saleh Abbas, sejarawan Melayu, mantan Ketua Hakim Negara menyebutkan bahwa Islam telah menjadi agama orang-orang Melayu sejak 500 tahun yang lalu. 2 Menurut cacatan sejarah, agama Islam pertama sekali dibawa para pedagang Arab ke India, dan disebarkan ke Tanah Melayu pada abad ke-15. Sejak saat itu 1 Negara ini memperoleh kemerdekaan dari Inggeris pada tanggal 30 Agustus 1957. Malaysia adalah negara federasi dari 13 negara bagian, terdiri dari Johor, Kedah, Kelantan, Negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perak, Perlis, Serawak, Selangor, dan Terengganu. Malaysia menggunakan sistem Demokrasi Berparlimen. Kepala Negara dijabat oleh seorang Raja dengan gelar Sultan Yang Dipertuan Agong. Kepala Pemerintahan dipegang oleh oleh Perdana Menteri sebagai pemegang Kekuasaan Eksekutif dan dibantu oleh anggota Kabinet atau para Menteri. Kekuasaan Legislatif berada di tangan parlimen, terdiri dari yang Dipertuan Agong, Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Negara Kerajaan ini menganut banyak partai. Partai yang berhasil menempatkan wakil terbanyak di Parlimen, ketua partai otomatis menjadi Perdana Menteri. Raja Malaysia dipilih oleh para Sultan Negara bagian melalui Majelis Raja-raja. Raja yang dipilih adalah salah seorang diantara para Sultan 13 Negara bagian. Lihat Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 cet.5, h. 189 2 Tun Salleh Abbas, Traditional Elemen of Malaysian Constitutions dalam Mohamed Suffian, H. P. Lee Trindade Ed, the Constitution of Malaysia, Its Development 1957-1977, Kuala Lumpur, Oxford University Press, 1978 h. 22. telah banyak orang-orang Melayu yang memeluk agama Islam, dan berupaya melakukan perlawanan terhadap kolonial penjajah di Tanah Melayu. Pada tahun 1511 M, datang pelaut Portugis ke Melaka, kemudian disusul pelaut bangsa Belanda pada 1641 M, dan pada tahun 1786 pelaut Inggeris tiba di Pulau Pinang yang pada tahun 1874 menguasai Perak. Semenjak itu Inggeris menjajah Malaysia sampai tahun 1957. Pada tahun itu 1957 Malaysia merdeka. Pada tahun 1963, ketika Undang-Undang Dasar Perlembagaan Persekutuan Malaya dibicarakan pada tahun 1956, menjelang kemerdekaan Malaysia, di dalam draf rancangan undang-undang tersebut tidak dicantumkan bahwa agama Islam adalah agama Persekutuan. Ketika itu, salah seorang anggota sidang, Hakim Abdul Hamid dari Pakistan, mengajukan cadangan bahwa agama Islam perlu ditetapkan menjadi agama negara. Akan tetapi, hasil akhir dari pembahasan undang-undang tersebut tidak menyetujui usulan tersebut, tetapi juga tidak disebutkan bahwa Persekutuan Malaya sebagai Negara Sekular. Setelah dilakukan perubahan terhadap Undang-undang Perlembagaan Malaysia, dalam perkara 3 1, dinyatakan bahwa : “Agama Islam adalah agama bagi Persekutuan, tetapi agama-agama lain boleh diamalkan dengan aman dan damai di mana-mana bagian Persekutuan”. 3 Perkara 3 1 ini, menurut Ahmad Ibrahim, menunjukkan bahwa Agama Islam bukan saja menyangkut persoalan formal atau identitas seseorang, tetapi juga 3 Lembaga Penyelidikan undang-undang, Perlembagaan Persekutuan Constitution Of Federal , Kuala Lumpur: Internasional Law Book services, 1991 h 280 meliputi seluruh amalan dan aspek kehidupan. Masyarakat Melayu harus menunjukkan sikap keislamannya dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, masyarakat melayu, yang hak-hak istimewa mereka dijamin oleh undang- undang, berhak untuk mengatur hidup mereka sesuai dengan ajaran Islam, baik yang berhubungan dengan masalah ibadah, dan muamalah, maupun jenayah, dan hukum-hukum lainnya. 4 Berdasarkan kenyataan ini, maka tidaklah mengherankan kalau setiap negara bagian di Malaysia dalam menyusun undang-undang yang akan berlaku untuk setiap negeri, dan menyesuaikan undang-undang tersebut dengan ajaran Islam. Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang Perlembagaan Malaysia, maka dalam merealisasikan keinginan rakyat dan pemerintah di tingkat negara bagian, secara bertahap masing-masing negara bagian, secara bertahap telah melakukan kondifikasi hukum dalam beberapa aspek kehidupan. Negara Bagian Kelantan Darul Naim, yang menjadi wilayah kajian skripsi ini, telah memiliki beberapa kodifikasi hukum, yaitu Undang-undang Pengadilan Syariah 1327 H, Undang-undang Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu 1911, dan Undang-undang Perkawinan dan Perceraian Islam 1938. pada tahun 1938 itu juga diberlakukan Undang-undang Pelanggaran Agama dan Undang- undang Masjid 1938. 4 Lembaga Penyelidikan undang-undang, Perlembagaan Persekutuan Constitution Of Federal , Kuala Lumpur: Internasional Law Book services, 1991 h. 300 Pada pra dan awal kemerdekaan Malaysia, produk undang-undang yang berkaitan dengan hukum Islam tidak banyak perubahan. Menurut Ahmad Ibrahim, perubahan undang-undang pada awal kemerdekaan Malaysia lebih banyak menyangkut pengadministrasian, yurisdiksi dan kekuasaan Pengadilan Syariah. 5 Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menilai sajauh manakah Enakmen 6 Kanun Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan yang telah diluluskan sebulat suara oleh Dewan undangan Negeri DUN Kelantan 7 pada 25 November 1993 itu dapat dilaksanakan sepenuhnya di Negeri Kelantan Darul Naim khususnya dan di Malaysia amnya. Kandungan enakmen tersebut memperuntukkan tentang kesalahan dan sanksi pidana Islam Hudud sebagaimana yang disyariatkan oleh Allah SWT dalam al-Quran dan bertetapan dengan Hadis Nabi SAW. Kajian ini melibatkan satu enakmen yang telah diluluskan tetapi belum dapat dilaksanakan di dalam sejarah Malaysia moden untuk melaksanakan undang- undang yang disyariatkan oleh Allah yang selama ini hanya dipelajari secara teoritas sahaja oleh rakyat Malaysia pada hari ini. Kejayaan di dalam pelaksanaan enakmen ini akan memberi kesan yang besar kepada masyarakat, sistem politik dan sistem perundangan negara Malaysia. 5 Ahmad Ibrahim, “Perkembangan Kodifikasi Hukum Islam Di Malaysia” Dalam Sudirman Tebba Ed, Perkembangan Terakhir Hukum Islam Di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga Dan Pengkodifikasiannya, Bandung, Mizan, 1993 H 100 6 Enakmen adalah nama bagi undang-undang yang diluluskan oleh dewan legislatif di peringkat negara bagian DPRP. Jika di dewan legislatif tingkat nasional parlemen dinamakan akta 7 Dewan legeslatif tingkat negara bagian. Berdasarkan kajian dan penilaian yang dibuat, enakmen ini adalah suatuenakmen yang amat penting untuk menjadi titik tolak kepada perlaksanaan hukum Islam secara keseluruhannya hudud, qisas, dan takzir di Malaysia, yang selama ini hanya tertumpu kepada hukum kekeluargaan, kewarisan, dan wakaf Ahwal Syakhsiyyah sahaja, justeru itu semua pihak terutamanya yang beragama Islam seharusnya memainkan peranan untuk menjayakannya. Jika terdapat sedikit kelemahan maka ia tidak seharusnya menjadi satu alasan untuk menolak keseluruhan hukum itu, akan tetapi usaha-usaha haruslah dicari untuk mengatasi kelemahan itu. Perlembagaan Persekutuan Malaysia, dan akta mahkamah Syariah bidangkuasa Jenayah 1965 pindaan 1984 haruslah dinilai semula untuk memberikan laluan kepada pelaksanaan enakmen ini di Kelantan. Untuk itu di dalam skripsi ini, penulis akan membahaskan tentang Pelaksanaan Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negara Bagian Kelantan, dari sudut perlembagaan , dan perundangan serta politik, serta akan membahaskan cadangan penyelesaian bagi membolehkan ia dilaksanakan berdasarkan pandangan pakar politik, dan hukum di Malaysia. Dengan demikian penulis memilih judul “IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II 1993 DI NEGERI KELANTAN”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.