Hubungan antara Tiga Aspek Intensi dengan Intensi

Perceived Behavoral Control PBC juga diasumsikan sebagai fungsi yang terkait dengan beliefs keyakinan-keyakinan. Keyakinan dalam PBC adalah mengenai kehadiran atau ketidakhadiran faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghalangi munculnya perilaku tersebut, yang kemudian disebut dengan control beliefs. Keyakinan mengenai sumber dan kesempatan dipandang sebagai dasar terbentuknya PBC Ajzen, 1988. Kedua faktor ini, termasuk faktor internal informasi, skill, kemampuan, emosi dan tekanan dan juga faktor eksternal yakni kesempatan, ketergantungan terhadap faktor lain. Secara keseluruhan, control belief menunjukkan persepsi bahwa seseorang memiliki atau tidak memiliki kapasitas untuk mengamalkan perilaku. Jadi, control beliefs ini menjadi dasar persepsi seseorang terhadap kontrol perilaku Ajzen, 2005.

2.1.4 Hubungan antara Tiga Aspek Intensi dengan Intensi

Intensi memiliki tiga aspek utama yang saling berhubungan dengan yang lainnya, yaitu attitude toward behavior, subjective norm, dan perceived behavior control. Attitude toward behavior ialah penilaian positif ataupun negatif individu terhadap suatu objek sikap. Aspek ini merupakan hasil dari keyakinan individu behavioral belief dan penilaian hasil akhir outcome evaluation terhadap suatu objek sikap Ajzen, 1975. Aspek selanjutnya adalah subjective norm. Aspek ini merupakan keyakinan individu mengenai norma-norma yang berlaku normative belief atau apa yang orang lain harapkan untuk ia lakukan dan seberapa besar motivasi dirinya untuk memenuhi harapan tersebut. Individu yang mempunyai keyakinan bahwa sebagian orang-orang disekitarnya memotivasi dirinya untuk melakukan sesuatu, ia akan merasakan motivasi itu sebagai suatu tekanan sehingga ia cenderung untuk melakukan suatu tingkah laku yang mendukung tekanan tersebut. Aspek yang terakhir ialah perceived behavior control. Aspek ini terbentuk dari keyakinan individu mengenai kemampuan yang ia miliki untuk melakukan suatu tingkah laku serta persepsi dirinya dalam melalui hambatan-hambatan yang ia alami dalam menampilkan tingkah laku. Tingkah laku yang ditampilkan bukan hanya ditentukan oleh motivasi untuk melakukan namun juga ditentukan oleh kontrol diri terhadap suatu tingkah laku. Hal ini dapat membawa untuk memprediksikan pencapaian tujuan secara terpisah dari intensi untuk menampilkan suatu tingkah laku. Dari ketiga aspek yang mendasari intensi tersebut, dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan aspek yang sangat erat hubungannya dengan munculnya suatu tingkah laku. Hal ini disebabkan karena bahwa tingkah laku individu seringkali didahului oleh adanya niat atau intensi untuk berperilaku. Ajzen, 1975

2.2 Persepsi

2.2.1 Pengertian Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988 persepsi adalah tanggapan penerimaan langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Sedangkan menurut Kamus Psikologi Chaplin, 2005, persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya, kemudian stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan otak merupakan proses psikologisnya sehingga individu bisa mempersepsi stimulus yang diterimanya Walgito, 2002. Pendapat lain tentang persepsi itu sendiri adalah proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan Atksinson, 2000. Senada dengan itu persepsi juga diartikan sebagai suatu proses yang didahului oleh stimulus yang diterima oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan iinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diindrakannya itu Davidoff, 1981. Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Menurut Young 1956 persepsi merupakan aktivitas