16
kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air.
4 Pengendalian dengan insektisida Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain :
Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan kimia insektisida
ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun tidak berhasil. Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian insektisida dapat dilakukan
jika ketiga cara tersebut di atas pencegahan, sanitasi, trapping dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali. Celah-celah atau lobang-
lobang dinding, lantai dan lain-lain merupakan tempat persembunyian yang baik. Lobang-lobang yang demikian hendaknya ditutupditiadakan atau diberi insektisida
seperti Natrium Fluoride beracun bagi manusia, serbuk Pyrethrum dan Rotenone, Chlordane 2,5 , efeknya baik dan tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari
tempat-tempat persembunyiannya. Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang
paling efektif adalah dengan fumigasi.
2.1.6 Pengendalian pinjal pada tikus
Pinjal tikus merupakan vektor penyakit pes. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain yang dapat ditularkan kepada manusia.
Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes dikenal ada 2 macam yaitu pes bubo ditandai dengan demam tinggi, tubuh
Universitas Sumatera Utara
17
menggigil, perasaan tidak enak, malas, nyeri otot, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjer lipat paha, ketiak dan leher. Sedangkan pes pneumonic ditandai dengan
gejala batuk hebat, berbuih, air liur berdarah, sesak nafas dan susah bernafas Simanjuntak, 2006.
Menurut Richardson 2003, bakteri Yersinia pestis endemik pada rodent liar
dan disebarkan oleh gigitan pinjal, ketika terlalu banyak tikus yang mati akibat pes, maka pinjal tersebut dapat menggigit tikus urban atau manusia dan menyebarkan
infeksi. Sedangkan menurut Depkes RI 2000, secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara dalam rodent. Bakteri Yersinia pestis yang terdapat di
dalam darah tikus terjangkit dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia melalui gigitan pinjal yang berperan sebagai vektor penyakit pes.
Penularan pes dapat juga terjadi di atas kapal dan menurut Chin 2006 :
a Direct contact yaitu penularan pes ini dapat terjadi kepada seseorang atau para ABK melalui gigitan pinjal jika ditemukan tikus mati tersangka pes di atas kapal.
b Penularan pes dapat terjadi pada orang atau para ABK, karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit tikus domestikkomersial yang mengandung kuman pes.
d Droplet penderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan ludah atau pernapasan, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo dan
pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru sekunder pes. Menurut Santi 2004, pinjal bisa menjadi vektor penyakit pada manusia yang
penting misalnya penyakit pes sampar = plague dan murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai
Universitas Sumatera Utara
18
penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita, anjing dan tikus yang kadang- kadang juga bisa menginfeksi manusia. Pinjal bisa juga menjadi vektor untuk
penyakit pes kira-kira 60 species. Beberapa species pinjal menggigit dan menghisap darah manusia. Vektor terpenting untuk penyakit pes dan Murine typhus ialah pinjal
tikus Xenopsylla cheopis. Kuman pes, Pasteurella pestis, berkembang biak dalam tubuh tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokan pinjal itu. Kalau pinjal mau
mengisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk mengeluarkan kuman- kuman pes yang menyumbat tenggorokannya. Muntah ini masuk dalam luka gigitan
dan terjadi infeksi dengan Pasteurella pestis. Pinjal-pinjal yang tersumbat tenggorokannya akan lekas mati.
Menurut Soejoedi 2005 yang mengutip pendapat Ehler dan Stell, keberadaan tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara dan yang paling umum adalah adanya
kerusakan barang atau alat. Tanda tanda berikut merupakan penilaian adanya kehidupan tikus yaitu:
a Gnawing bekas gigitan b Burrows galian lubang tanah
c Dropping kotoran tikus d Runways jalan tikus
e Foot print bekas telapak kaki f Tanda lain : Adanya bau tikus, bekas urine dan kotoran tikus, suara, bangkai tikus.
Universitas Sumatera Utara
19
Selanjutnya pengendalian tikus dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi lingkungan yaitu menciptakan lingkungan yang tidak favourable untuk kehidupan
tikus pelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara: a Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat yang kedap
tikus. b Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang terbuat dari bahan
yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara dengan baik. c Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas pondasi beton atau semen,
rak atau tonggak. d Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari.
e Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barangalat sehingga tidak dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.
Pemasangan perangkap trapping perlu diupayakan secara rutin. Macam perangkap tikus yang beredar di pasaran adalah jenis snapguillotine trap dan cage
trap. Jenis cage trap digunakan untuk mendapatkan tikus hidup, guna diteliti pinjalnya. Biasanya perangkap diletakkan di tempat jalan tikus atau di tepi bangunan.
Pemasangan perangkap lebih efektif digunakan setelah dilakukan poisoning, dimana tikus yang tidak mati karena poisoning dapat ditangkap dengan perangkap.
Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia karena menghabiskanmerusak makanan, tanam-tanaman, barang-barang dan lain-lain harta
benda. Kehidupan tikus disebut juga “Commersial”, yaitu makan, tinggal dari dekat kehidupan manusia. Tikus dapat pula sebagai vektor berbagai jenis penyakit-penyakit
Universitas Sumatera Utara
20
bakterial, penyakit-penyakit virus, penyakit-penyakit Spirochaeta dan penyakit cacing. Dilihat dari sudut estetika dan pelayanan umum, tikus dapat menimbulkan
citra kurang baik karena dihubungkan dengan sektor pariwisata Depkes RI, 2002. Menurut Depkes RI 2007a, pengendalian tikus di kapal dilakukan dengan
mengamati dan mengawasi terhadap pemasangan rat guard, pemasangan lampu pada malam hari yang menerangi seluruh tangga, usaha menghindari kapal
tenderbergandengan serta posisi tangga kapal harus ditinggikan 60 cm dari dermaga. Sedangkan pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal adalah :
1 Pemeriksaan terhadap kapal dilakukan sekali enam bulan dan disesuaikan dengan masa berlakunya dokumen Sertifikat Sanitasi Kapal. Pemeriksaan tikus di kapal
di lakukan dengan melihat tanda-tanda kehidupan tikus. 2 Tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal :
a. Dropping kotoran tikus, tersebar halus dan berbentuk kumparan spindle
shape, kotoran baru lembek, hitam gelap dan mengkilap sedang kotoran lama keras, abu-abu hitam.
b. Runways, tikus suka mempergunakan jalan yang sama untuk keluar dari
sarangnya mencari makan dan sebagainya, karena badan tikus bulunya kotor dan berlemak maka akan terdapat bulu menempel pada jalan tikus.
c. Tracks atau bekas tapak kaki, dapat dilihat jelas pada tempat-tempat lantai
yang berdebu halus. d.
Bekas gigitan gnawing, tikus menggigit untuk tiga keperluan yakni : untuk membuat jalan lobang menembus tempat makanan, untuk
Universitas Sumatera Utara
21
mengunyahmenggigit makanan dan sebagai binatang pengerat ia harus selalu menggigit-gigit agar gigi seri tetap pendek, selain bahan-bahan yang empuk
kadang-kadang metal seperti pipa leding dan lain-lain digigit pula. e.
Tikus hidup, jika pada waktu pemeriksaan kapal ditemukan tikus dalam keadaan hidup. Sedangkan tikus mati, jika pada waktu pemeriksaan
ditemukan tikus mati akibat peracunan atau terinfeksi pes. Apabila terlihat satu ekor tikus sewaktu pemeriksaan berarti diperkirakan ada 20 ekor di
tempatkapal itu.
Selanjutnya teknik pengendalian tikus di atas kapal adalah:
1 Cara Mekanik a.
Pemasangan perangkap pada tempat-tempat yang diperkirakan tempat bersarangnya tikus.
b. Penggunaan lem tikus.
c. Penangkapan langsung sulit dilakukan.
2 Cara Biologis a.
Dengan memelihara binatang pemangsa predator seperti kucing. 3 Cara peracunan Poisoning
a. Pemberitahuan kepada pihak kapal tentang akan diadakan peracunan, bahaya
terhadap manusia dan cara-cara pengamanannya. b.
Menentukan tempat-tempat pemasangan racun dan diberi tandapenomoran. c.
Racun yang telah dicampur dengan makanan antractaf diletakkan di atas piring kertas.
Universitas Sumatera Utara
22
4 Fumigasi a.
Fumigasi kapal dilakukan berdasarkan hasil pemeriksana adanya tanda-tanda kehidupan tikus dan atas permintaan pihak kapal nakhodapemilik.
b. Dilakukan apabila dalam pemeriksaan dijumpai adanya tanda-tanda
kehidupan tikus. c.
Kegunaannya adalah untuk melakukan hapus tikusserangga diatas kapal sebagai syarat untuk mendapatkan dokumen kesehatan Internasional Surat
Keterangan Bebas Pengawasan Sanitasi Kapal. d.
Bila fumigasi dilakukan, harus ditentukan fumigan yang dipakai HCN, CH
3
Br atau CO
2
.
2.2. Determinan Perilaku