9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengendalian Vektor Penular Penyakit 2.1.1 Pengawasan
Institusi yang berwenang dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian vektor di pelabuhan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan KKP. KKP merupakan
UPT pusat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Hal
ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.356MenkesPerIV2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan yang menyatakan
bahwa tugas Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah melaksanakan pencegahan masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, pelaksanaan
kekarantinaan, pelayananan kesehatan terbatas di wilayah pelabuhanbandara dan lintas batas darat serta pengendalian dampak risiko lingkungan Depkes RI, 2008.
Selanjutnya salah satu fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan sesuai Permenkes RI. No. 356MenkesPerIV2008 tersebut di atas adalah pelaksanaan pengawasan alat
angkut dan pengendalian vektor penular penyakit dan risiko lingkungan di wilayah pelabuhanbandara dan lintas batas darat.
2.1.2 Pengertian Vektor
Menurut WHO 2005, vektor adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu risiko bagi kesehatan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
10
Menurut Iskandar 1989, vektor adalah anthropoda yang dapat memindahkanmenularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk
semang yang rentan. Sedangkan menurut Soemirat 2005, keberadaan vektor penyakit dapat mempermudah penyebaran agent penyakit. Hal ini menentukan bahwa
masuknya agent baru ke dalam suatu lingkungan akan merugikan kesehatan masyarakat setempat.
2.1.3 Pengertian Zoonosis
Definisi zoonosis menurut Badan Kesehatan Dunia World Health OrganizationWHO adalah suatu penyakit yang secara alamiah dapat menular di
antara hewan vertebrata dan manusia WHO, 2005. Sedangkan menurut Undang Undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan kesehatan Hewan, dinyatakan
bahwa penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya.
Karena banyaknya penyakit menular yang tergolong zoonosis dan kompleknya keragaman penyakit ini, maka berbagai ahli berusaha untuk
menggolongkan menurut cara penularannya, reservoir utama, penyebab dan asal
hewan penyebarnya. Berdasarkan cara penularannya penyakit zoonosis menurut
Dharmonojo, 2001 dapat dibedakan menjadi :
a Anthropozoonoses yaitu penyakit yang ditularkan dari manusia ke hewan vertebrata.
b Zooanthropozoonoses yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. c Amphixenoses yaitu penyakit yang terdapat pada manusia maupun hewan.
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.4 Vektor Penyebab Penyakit
Menurut Nafika 2008, hewan yang termasuk ke dalam vektor penyakit antara lain nyamuk, lalat dan kecoa. Vektor nyamuk yang terdapat di pemukiman
perkotaan secara umum ada tiga jenis yaitu Culex quinquefasciatus, Anophele dan Aedes aegypti. Yang kedua adalah lalat, jenis serangga ini memiliki keunikan
dibandingkan dengan serangga lain, yaitu biasa meludahi makanannya sendiri, lalat hanya bisa makan dalam kondisi cair. Sedangkan reaksi lalat terhadap makanan akan
mengeluarkan enzim agar makanan tersebut dapat menjadi cair, setelah makanan tersebut cair akan disedot masuk ke dalam perut lalat sehingga akan memudahkan
bakteri dan virus turut masuk ke dalam saluran pencernaannya dan berkembang di dalamnya. Jenis yang ketiga adalah tikus dan mencit yang termasuk hewan mengerat
rodensia. Jenis ini lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang dan hewan pengganggumenjijikkan di perumahan. Belum banyak diketahui
dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan.
Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Selain ketiga hewan
tersebut diatas, serangga lainnya juga dapat menularkan penyakit. Dalam pengertian yang luas, organisme yang tidak termasuk keluarga serangga juga termasuk vektor,
seperti laba-laba, keong dan yang lainnya dijadikan perantara sebagai parasit pada manusia dan binatang penghuni gudang dan berperan sebagai patogen terhadap
penyakit tertentu. Beberapa vektor penyakit memiliki dampak terhadap kesehatan
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat, antara lain: Nyamuk Aedes aegypti menyebabkan penyakit demam berdarah dan cikungunya, Culex quinquefasciatus menyebabkan penyakit disentri,
dan Anopheles gambiae menyebabkan penyakit malaria. Lalat menyebabkan penyakit gastrointestinal pada manusia. Larva dan lalat dewasa Musca domestica
sering termakan ayam, kemudian menjadi “hospes intermedier” cacing pita pada ayam dan kalkun. Tikus dan mencit, penyakit bersumber rodensia yang disebabkan
oleh berbagai agen penyakit seperti virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing dapat ditularkan kepada manusia secara langsung. sedangkan secara tidak langsung
dapat melalui feses, urin dan ludah, melalui gigitan vektor ektoparasit tikus dan mencit kutu, pinjal, caplak, tungau. Disamping itu kecoa juga merupakan vektor
penularan penyakit yang cukup penting yang sering hidup di sekitar kita.
2.1.5 Pengendalian kecoa Jenis-jenis kecoa yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat dan
tempat hidupnya pada umumnya berada di dalam lingkungan manusia dan khususnya di dalam lingkungan kapal antara lain : German cockroach Blatella germanica,
American cockroach Periplaneta americana, Oriental cockroach Blatta orientalis Brown-banded cockroach Supella longipalpa, Australian cockroach Periplaneta
fuliginosa dan Brown cockroach Periplanetabrunnea Aryatie, 2005. Menurut Depkes RI 2002, kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam
rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan manusia, menyukai bangunan
Universitas Sumatera Utara
13
yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari seperti di dapur, tempat penyimpanan makanan,
sampah, saluran-saluran air kotor. Umumnya menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan sering bersembunyi di celah-celah. Serangga ini
dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Kecoa mempunyai peranan
yang cukup penting dalam penularan penyakit. Peranan tersebut antara lain : a Sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
b Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing. c Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan
pembengkakan pada kelopak mata. Menurut Aryatie 2005, penularan penyakit dapat terjadi melalui bakteri atau
kuman penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana kuman tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui
organ tubuh kecoa, selanjutnya kuman penyakit tersebut mengkontaminasi makanan. Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada umumnya kecoa
merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang atau celah-celah tersembunyi. Kecoa yang menjadi permasalahan dalam kesehatan
manusia adalah kecoa yang sering berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah mati. Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan
melewati dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap sehingga kita dapat mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
14
kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia. Kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari
tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi.
Cara pengendalian kecoa menurut Depkes RI 2002, ditujukan terhadap kapsul telur dan kecoa :
1 Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara : Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding,
celah-celah almari, celah-celah peralatan, dan dimusnahkan dengan membakardihancurkan.
2 Pemberantasan kecoa Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia.
Secara fisik atau mekanis dengan : - Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.
- Menyiram tempat perindukkan dengan air panas. - Menutup celah-celah dinding.
Secara Kimiawi : - Menggunakan bahan kimia insektisida dengan formulasi spray pengasapan,
dust bubuk, aerosol semprotan atau bait umpan. Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam pemberantasan kecoa
yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan, menyimpan makanan dengan baik dan intervensi kimiawi insektisida, repellent, attractan.
Universitas Sumatera Utara
15
Strategi pengendalian kecoa ada 4 cara Depkes RI, 2002 : 1 Pencegahan
Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-barang atau bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup semua celah-celah,
lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup kecoa dalam dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta menutup atau memodifikasi instalasi
pipa sanitasi. 2 Sanitasi
Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di lantai atau
rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai, membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah
kulkas, kompor, furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan
saluran air drainase, bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan tempat hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian atau tempat
penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.
3 Trapping Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk
menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring. Penempatan perangkap
Universitas Sumatera Utara
16
kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air.
4 Pengendalian dengan insektisida Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain :
Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan kimia insektisida
ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun tidak berhasil. Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian insektisida dapat dilakukan
jika ketiga cara tersebut di atas pencegahan, sanitasi, trapping dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali. Celah-celah atau lobang-
lobang dinding, lantai dan lain-lain merupakan tempat persembunyian yang baik. Lobang-lobang yang demikian hendaknya ditutupditiadakan atau diberi insektisida
seperti Natrium Fluoride beracun bagi manusia, serbuk Pyrethrum dan Rotenone, Chlordane 2,5 , efeknya baik dan tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari
tempat-tempat persembunyiannya. Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang
paling efektif adalah dengan fumigasi.
2.1.6 Pengendalian pinjal pada tikus