65
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengendalian Vektor Penyakit
Pengendalian vektor di atas kapal merupakan upaya yang harus dilakukan secara sustainable dalam rangka pemutusan mata rantai penularan penyakit menular
seperti penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah. IHR 2005 telah mengisyaratkan bahwa setiap alat angkut yang meninggalkan pintu masuk dari
daerah pelabuhan harus dijaga agar bebas dari vektor penyakit. Oleh sebab itu seyogyanya negara-negara di dunia yang menjadi anggota WHO harus menyetujui
pelaksanaan hapus serangga dan hapus tikus dan tindakan pengendalian lainnya terhadap alat angkut yang dilakukan oleh negara lain selama metode yang digunakan
sesuai dengan anjuran WHO, namun kenyataan di lapangan bahwa kapal-kapal yang berlayar lintas internasional belum sepenuhnya melaksanakan amanat IHR 2005.
Fakta menunjukkan kapal-kapal yang masuk malalui pelabuhan-pelabuhan laut khususnya melalui pelabuhan Belawan masih teridentifikasi membawa vektor
penyakit. Hal ini dapat disebabkan oleh masih rendahnya pengendalian vektor penyakit yang dilakukan oleh ABK.
Beberapa indikator rendahnya tingkat pengendalian vektor penyakit di atas kapal oleh ABK adalah masih dijumpainya vektor tikus, kecoa di atas kapal,
perangkap tikus dibiarkan tersimpan rapi di gudang, rat guard tidak terpasang dengan baik, tangga kapal tidak dinaikkan setinggi 60 cm, tidak melakukan penyemprotan
Universitas Sumatera Utara
66
secara rutin dan masih membiarkan vektor hidup di atas kapal tanpa melakukan tindakan apapun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya pengendalian vektor penyakit di kapal relatif bervariasi berdasarkan beberapa indikator. Namun secara umum
diperoleh data 65,2 responden tidak memasang perangkap tikus, 69,6 responden tidak memasang rat guard, 58,7 responden tidak menaikkan tangga setinggi 60 cm
dari dermaga, 60,9 membiarkan tikus hidup di atas kapal, 58,7 responden membiarkan kecoa hidup di atas kapal dan 41,3 responden tidak menutup celah-
celah dindingruangan yang menjadi tempat telurkapsul kecoa untuk berkembangbiak.
Adapun penyebab rendahnya pengendalian vektor penyakit cenderung akibat beberapa variabel faktor pendukung dan pendorong. Faktor pendukung dalam hal ini
adalah ketersediaan waktu untuk melakukan tindakan pengendalian vektor penyakit masih kurang karena kesibukan ABK untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.
Sedangkan faktor pendorong adalah rendahnya dukungan teman seprofesi akibat kurangnya kerja sama diantara para ABK untuk melakukan pengendalian vektor
penyakit, rendahnya dukungan dari kapten kapal akibat kurangnya komunikasi tentang pengendalian vektor penyakit antara ABK dengan kapten kapal.
Menurut Notoatmodjo yang mengutip pendapat Kar 2003, perilaku kesehatan bertitik tolak dari niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
kesehatan atau perawatan kesehatannya, dukungan sosial dari masyarakat dalam hal ini teman seprofesi, tokoh yang berpengaruh kapten kapal atau dukungansikap
Universitas Sumatera Utara
67
petugas kesehatan petugas KKP dan adanya situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak ketersediaan waktu yang dimiliki ABK. Oleh sebab
itu tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan tokoh lain yang berpengaruh di lingkungan sekitar
pekerjaannya. Untuk berperilaku sehat, kadangkala yang diperlukan ABK bukan hanya pengetahuan dan sikap positif atau dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan contoh atau dukungan dari teman-teman, dari tokoh yang dianggap berpengaruh, lebih-lebih para petugas kesehatan.
5.2 Pengaruh Faktor Predisposisi