B. SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK
Perkembangan rokok kretek Indonesia dimulai di Kudus pada tahun 1890 dan kemudian menyebar ke berbagai daerah lain di Jawa Tengah antara lain
Magelang, Surakarta, Pati, Rembang, Jepara, Semarang juga ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Perkembangan industri rokok di Indonesia ditandai dengan lahirnya
perusahaan rokok besar yang menguasai pasar dalam industri ini, yaitu PT.Gudang Garam,Tbk yang berpusat di Kediri, PT. Djarum yang berpusat di
Kudus, PT.HM Sampoerna, Tbk yang berpusat di Surabaya, PT. Bentoel yang berpusat di Malang dan PT. Nojorono yang berpusat di Kudus.
Rokok Indonesia memiliki cita rasa yang berbeda dengan rokok luar negeri yang biasa dikenal dengan nama rokok putih. Rokok Indonesia, yang dikenal
dengan rokok kretek clove cigarette, mempunyai cita rasa yang berbeda karena adanya pemanfaatan bahan baku cengkeh sebagai tambahan aroma selain
tembakau sebagai bahan pokoknya. Dalam sejarah perkembangannya produksi rokok cenderung mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, salah satu sebabnya adalah semakin dikenalnya rokok kretek sehingga permintaan untuk rokok kretek
meningkat. Sebelum tahun 1975 industri rokok Indonesia masih didominasi oleh rokok putih yang diimpor. Setelah tahun 1975 industri rokok kretek mampu
menjadi primadona di negerinya sendiri. Industri rokok di Indonesia merupakan industri yang banyak menyerap
tenaga kerja sumber daya manusia, SDM. SDM dibutuhkan mulai dari penanaman tembakau dan cengkeh di perkebunan, pengeringan tembakau dan
cengkeh, perajangan tembakau dan pelintingan rokok di pabrik-pabrik sampai
Universitas Sumatera Utara
pedagang asongan yang memasarkan rokok di jalanan. Industri rokok di Indonesia menyerap tenaga kerja sekitar 500.000 karyawan, yang bekerja langsung pada
pabrik dan pada seluruh level struktur organisasi. Penyerapan tenaga kerja tidak hanya ada di pabrik rokok saja tetapi apabila ditambah dengan jumlah orang yang
terlibat dari hulu sampai hilir yang diawali dengan petani tembakau dan cengkeh, karyawan produksi kertas pembungkus rokok, sampai karyawan dalam jalur
distribusi ritel, outlet dan pedagang asongan, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri ini sekitar 18 juta jiwa.
Perkembangan teknologi memacu juga modernisasi industri rokok di Indonesia diawali dengan mesinisasi yang dipelopori oleh PT. Bentoel pada tahun
1968 sehingga produksinya disebut dengan sigaret kretek mesin SKM. Walaupun ada modernisasi tetapi kebutuhan tenaga kerja masih tetap tinggi yang
diserap oleh proses produksi pelintingan rokok yang dikerjakan oleh tenaga manusia dan produknya selama ini dikenal dengan nama sigaret kretek tangan
SKT.
C. GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROKOK INDONESIA