pedagang asongan yang memasarkan rokok di jalanan. Industri rokok di Indonesia menyerap tenaga kerja sekitar 500.000 karyawan, yang bekerja langsung pada
pabrik dan pada seluruh level struktur organisasi. Penyerapan tenaga kerja tidak hanya ada di pabrik rokok saja tetapi apabila ditambah dengan jumlah orang yang
terlibat dari hulu sampai hilir yang diawali dengan petani tembakau dan cengkeh, karyawan produksi kertas pembungkus rokok, sampai karyawan dalam jalur
distribusi ritel, outlet dan pedagang asongan, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri ini sekitar 18 juta jiwa.
Perkembangan teknologi memacu juga modernisasi industri rokok di Indonesia diawali dengan mesinisasi yang dipelopori oleh PT. Bentoel pada tahun
1968 sehingga produksinya disebut dengan sigaret kretek mesin SKM. Walaupun ada modernisasi tetapi kebutuhan tenaga kerja masih tetap tinggi yang
diserap oleh proses produksi pelintingan rokok yang dikerjakan oleh tenaga manusia dan produknya selama ini dikenal dengan nama sigaret kretek tangan
SKT.
C. GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROKOK INDONESIA
1. PT. GUDANG GARAM Tbk
Gudang Garam Tbk adalah sebuah perusahaan produsen rokok populer asal
Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo, perusahaan ini merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki
kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri, Jawa Timur. Presiden Direktur perusahaan ini adalah Susilo Wonowidjojo.
Universitas Sumatera Utara
PT Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie. Di saat berumur sekitar dua puluh tahun, Ing Hwie mendapat tawaran bekerja dari
pamannya di pabrik rokok Cap 93 yang merupakan salah satu pabrik rokok terkenal di Jawa Timur pada waktu itu. Berkat kerja keras dan kerajinannya beliau
mendapatkan promosi dan akhirnya menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut.
Pada tahun 1956 Ing Hwie meninggalkan Cap 93. Dia membeli tanah di Kediri dan memulai produksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari
kelobot dengan merek Inghwie. Setelah dua tahun berjalan Ing Hwie mengganti nama perusahaannya menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam.
Beberapa produk dari PT. Gudang Garam, Tbk antara lain adalah Gudang
Garam International, Gudang Garam Surya 12, Gudang Garam Surya 16, Gudang garam Surya Slims, Gudang Garam Surya Signature, Gudang garam Nusantara,
Gudang Garam Nusantara Mild, Gudang Garam Merah, Gudang Garam Djaja, Taman Sriwedari dan Sigaret Kretek Filter Klobot.
PT. Gudang Garam Tbk berdiri sejak tahun 1971 dengan Nomor Wajib Pajak 01.107.155.2-092.00. Modal dasarnya sebesar Rp. 962.044.000.000,- dan
modal disetor sebesar Rp. 962.044.000.000,-. PT. Gudang Garam Tbk beralamat di Jl. Semampir III Wisselboard 21091-21096. Direktur utama adalah Buntoro
Turutan. Komisaris adalah Juni Setiawan Wonowidjojo. Komite Audit ketua adalah Frans Willem Van Gelder dan anggota adalah Yudiono Mukti Widjojo.
Pemegang saham PT. Gudang Garam Tbk adalah PT. Surya Mitra Kesuma www.idx.co.id, 20 Maret 2010 .
Universitas Sumatera Utara
2. PT. H.M SAMPOERNA Tbk
Hanjaya Mandala Sampoerna adalah perusahaan rokok terbesar ketiga di Indonesia. Kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan ini
sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki keluarga Sampoerna, namun sejak Maret 2005 kepemilikan mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris,
perusahaan rokok terbesar di dunia dari Amerika Serikat, mengakhiri tradisi keluarga yang melebihi 90 tahun. Beberapa merek rokok terkenal dari Sampoerna
adalah Dji Sam Soe, A Mild. Dji Sam Soe adalah merek lama yang telah bertahan sejak masa awal perusahaan tersebut. Selain itu, perusahaan ini juga juga terkenal
karena iklan-iklannya yang kreatif di media massa. Sampoerna didirikan pada tahun 1913 di Surabaya oleh Liem Seeng Tee dan
istrinya Siem Tjiang Nio, imigran Tionghoa dari Fujian, Tiongkok dengan nama Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee yang kemudian berubah menjadi NV Handel
Maastchapij Sampoerna. Perusahaan ini meraih kesuksessan dengan merek Dji Sam Soe pada tahun 1930-an hingga kedatangan Jepang pada tahun 1942 yang
memporak-porandakan bisnis tersebut. Setelah masa tersebut, putra Liem, Aga Sampoerna mengambil alih kepemimpinan dan membangkitkan kembali
perusahaan tersebut dengan manajemen yang lebih modern. Nama perusahaan juga berubah seperti namanya yang sekarang ini. Selain itu, melihat kepopuleran
rokok cengkeh di Indonesia, dia memutuskan untuk hanya memproduksi rokok kretek saja.
Generasi berikutnya, Putera Sampoerna adalah generasi yang membawa PT. Sampoerna melangkah lebih jauh dengan terobosan-terobosan yang dilakukannya,
seperti perkenalan rokok bernikotin rendah, A Mild dan perluasan bisnis melalui
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan di perusahaan supermarket Alfa, dan untuk suatu saat, dalam bidang perbankan.Pada tahun 2000, putra dari Putera Sampoerna yaitu Michael, masuk ke
jajaran direksi dan menjabat sebagai CEO. PT. H.M Samperna Tbk listing di Bursa Efek Jakarta pada 5 Agustur 1990
dengan Nomor Wajib Pajak 01.108.205.4-092.000 dengan klasifikasi rokok. Modal dasarnya adalah sebesar Rp 630.000.000.000,- dan modal disetor sebesar
Rp 450.000.000.000,-. Kantor pusat PT. H.M Sampoerna terletak di Jl. Rangkut Industri Raya 18 Surabaya. Direktur utama PT. H.M. Sampoerna adalah Martin
Gray King. Komisaris adalah Douglas Walter Werth. Komisaris Independen adalah Ekadhamantjanto Kasih. Komite Audit ketua adalah Louis Suwarna
dengan anggota yaitu Timotius dan Amir Abadi Jusuf. Pada Maret 2005, perusahaan ini kemudian diakuisisi oleh Philip Morris www.idx.co.id, 20 Maret
2010.
3. PT. BAT INDONESIA Tbk
PT. BAT Indonesia Tbk adalah anak perusahaan dari British American Tobacco p.l.c, kelompok perusahaan tembakau terbesar kedua didunia dengan
lebih dari 300 merek dan beroperasi di 10 negara serta bermarkas di London, Inggris. PT. BAT Indonesia Tbk telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1917
dan pertama kali terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1979 dengan kantor pusat di Jakarta. Saat ini mempekerjakan sekitar 500 orang karyawan di 6 kantor
cabang penjualan, 3 pusat pertembakauan, pabrik dan 1 kantor pusat. Merek- merek utama dati PT. BAT Indonesia Tbk adalah Dunhill, Lucky Strike, Ardath,
Commfil dan Kansas.
Universitas Sumatera Utara
PT. BAT Indonesia Tbk memiliki Nomor Wajib Pajak 1.000.164.2-054 dengan klasifikasi rokok. Modal dasarnya adalah sebesar Rp 88.000.000.000,- dan
modal disetor sebesar Rp 22.000.000.000,-. Kantor pusat beralamat di Jl. Plaza Exim lantai 25 Gatot Subroto No 36-38 Jakarta.
Komisaris utama PT. Bat Indonesia Tbk adalah Frans Seda, Komisaris adalah Stuart Damon Brazier, Komisaris Independen adalaqh Subroto Zaini, MBA
dan Djoto Moeljono. Komite Audit ketua adalah Frans Seda dengan anggota Djoto Moeljono dan Subroto Zaini. Direktur utama adalah Ian Thomas Morton
dengan anggota Lekir Amir Daud, Masudil Badri, Ir MBA, Mark Drain dan Wahyu Indrawanto. Pemegang saham PT. Bat Indonesia Tbk adalah British
American Tobacco, HMSP- Fund Services Client, dan Ssb s71 v Acf First Eagle Overs www.idx.co.id, 20 Maret 2010.
4. PT. BENTOEL INTERNATIONAL INVESTAMA Tbk
Bentoel Group adalah perusahaan induk dari beberapa perusahaan yang menjalankan usaha di bidang industri rokok yang biasa dikenal dengan nama
Bentoel. Sejarah Bentoel di mulai pada saat Ong Hok Liong mendirikan industri rokok rumahan yang dinamakan “Strootjes Fabriek Ong Hok Liong” pada tahun
1930. Industri rumahan tersebut berubah nama menjadi N.V Pertjetakan Hien An pada tahun 1951. Empat tahun kemudian nama perusahaan kembali diubah
menjadi PT. Perusahaan Rokok Tjap Bentoel. Pada akhir tahun 60an, Bentoel adalah produsen rokok pertama yang
memproduksi sigaret kretek mesin SKM berfilter di Indonesia. Bentoel juga merupakan produsen pertama yang menggunakan plastik sebagai pembungkus
Universitas Sumatera Utara
kemasan. Inovasi tersebut kemudian menjadi acuan di industri rokok kretek nasional. Pada dekade 70an dan 80an, Bentoel tumbuh dengan pesat, dan menjadi
salah satu pemain utama dalam industri rokok dalam negeri. Pengakuan terhadap Bentoel sebagai produsen dan distributor rokok yang dapat
diandalkan juga diperoleh dari Philip Morris, melalui kerja sama yang berlangsung selama lebih dari 20 tahun sejak tahun 1984. Dalam periode tersebut,
Bentoel diberikan hak eksklusif untuk memproduksi rokok Marlboro dan menjadi distribusi tunggal dari semua produk Philip Morris di Indonesia. Pemberian hak
eksklusif pada Bentoel untuk memproduksi rokok Marlboro berakhir pada tahun 1998 sedangkan kerja sama distribusi baru berakhir pada tahun 2005.
PT. Bentoel International Inv Tbk listing di Bursa Efek Jakarta pada 5 Maret 1990. Modal dasarnya adalah sebesar Rp 2.996.240.625.000,- dan modal disetor
sebesar Rp 6.733.125.000,-. Kantor pusatnya terletak di Jl. Jenderal Sudirman Kav 34-35 Jakarta 10220. Presiden Komisaris adalah M. Sjan Arifin. Komisaris
Independen adalah Harianto Mangkusasono. Komisaris adalah Frans Setiawan Widjaja. Presiden direktur adalah Y.W Junardy. Wakil Presiden Direktur adalah
Darjoto Setyawan. Direktur adalah Theodorus Sunarlis, Sun Alexander Yapeter dan Henry Komala.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI