Bila VIF 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius Bila VIF 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang
serius
2. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Ada dua jenis koefisien
regresi yang dapat dilakukan yaitu uji-F dan uji-t.
a. Uji-F uji signifikansi simultan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian
terhadap variabel terikat. Bentuk pengujian :
H :
3 2
1
= =
= b
b b
, artinya nilai tukar, suku bunga, dan inflasi tidak mempunyai pengaruh signifikan secara simultan
terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia. H
1
: b
3 2
1
≠ ≠
≠ b
b , artinya factor nilai tukar, suku bunga,
dan inflasi mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia.
Pada penelitian ini nilai F
hitung
akan dibandingkan dengan F
tabel
pada tingkat signifikan α = 5. Kriteria penilaian hipotesis pada
uji simultan atau uji-F : H
1
ditolak H diterima jika F
tabel hitung
F ≤
pada α = 5 H
1
diterima H ditolak jika F
tabel hitung
F
pada α = 5
Universitas Sumatera Utara
b. Uji-t uji parsial
Digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial
masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah didapat nilai t
hitung
maka selanjutnya nilai t
hitung
dibandingkan dengan nilai t
tabel
. Bentuk pengujian :
1. H
:
1
= b
, artinya faktor nilai tukar tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek
Indonesia. H
:
1 1
≠ b
, artinya faktor nilai tukar mempunyai pengaruh terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia
2. H
:
2
= b
, artinya faktor suku bunga tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek
Indonesia. H
:
2 1
≠ b
, artinya faktor suku bunga mempunyai pengaruh terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia
3. H
:
3
= b
, artinya faktor inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia
H :
3 1
≠ b
, artinya faktor inflasi mempunyai pengaruh terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini nilai t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
pada tingkat signifikan α = 5. Akan tetapi, penulis melihat t
tabel
pada tingkat signifikansi 2,5 karena melihat dua arah. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t :
H diterima jika : -t
tabel hitung
tabel
t t
≤ ≤
H
1
diterima jika : -t
hitung tabel
t
atau t
tabel hitung
t
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE Best Linier Unbiased Estimated .
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan program Software SPSS Statistic Package for the Social Sciens 15.00 for
windo ws.
Universitas Sumatera Utara
BAB II URAIAN TEORETIS
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Pane tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ”. Hasil penelitian membuktikan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga dan inflasi secara bersama-sama
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia. Risiko sistematis yang dihitung dengan indeks beta tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia. Nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri
rokok di Bursa Efek Indonesia. Suku bunga tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia. Inflasi berpengaruh
negatif signifikan terhadap harga saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Riyanto pada tahun 2007
dengan judul “Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ”. Sampel yang digunakan
dikelompokkan menjadi perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Hasil penelitian bahwa variabel makro yaitu nilai kurs dan suku bunga mempengaruhi
risiko sistemtik saham, namun hasilnya tidak konsisten pada dua karakteristik industri yang berbeda. Pada perusahaan manufaktur hanya kurs yang
mempengaruhi risiko saham sedangkan pada perusahaan non-manufaktur suku bunga SBI yang mempengaruhi risiko sistematis saham. Selain itu hasil
Universitas Sumatera Utara